6

2.7K 220 8
                                    

Seminggu lebih lamanya Azka menghilang seperti ditelan bumi. Dia tidak kelihatan di kampus. Dia juga tidak pernah kelihatan di minimarketnya. Tidak ada yang tahu kemana Azka pergi. Termasuk Laras dan Yudi. Dua orang yang bekerja di minimarket tersebut.

Petang itu Randi dan Jemmy terlihat duduk dalam satu meja. Keduanya tidak banyak bicara satu sama lain. Tapi keduanya sudah sepakat untuk berdamai sejenak demi membuktikan kebenaran satu hal yang sangat penting ini.

Randi belum sepenuhnya yakin kalau Azka itu adalah adik kandungnya. Meski dia tidak bisa pungkiri kalau ekspresi wajah, suara, dan gesture Azka itu sangat-sangat mirip sekali dengan Raka.

"Mana mungkin dia melakukan hal gila kayak gitu?" Suara Randi memecah keheningan.

"Hal gila maksudnya?"

Drrttt...!

Hape Randi berdering. Telepon dari pacarnya yang menagih janjinya untuk makan malam bersama di rumah pacarnya tersebut.

"Pergilah kalo lo emang udah gak peduli sama adek lo sendiri."

Sontak Randi menatap Jemmy tajam.

"Ada gitu ya, seorang kakak yang sampe segitu teganya sama adeknya. Tckckck...!"

Kesabaran Randi sudah habis. Ia menarik sweater Jemmy dan nyaris saja memukulnya. Untung saja di waktu yang tepat Zein datang.

"Kalo waktu itu gue tahu di bakalan dorong gue, gue juga gak akan ---"

"Basi!" Potong Jemmy. "Mendingan lo pergi deh sekarang, kan cewek lo itu lebih penting dan berharga dari adek lo sendiri..."

"Bangsat!"

"CUKUP!!" Zein berteriak emosi. "Kalian ini kapan sih bisa akur?!"

"Dia yang mulai duluan..." ujar Jemmy santai sambil menyalakan rokoknya.

Kelihatan sekali emosi Randi yang masih meletup-letup. Bukannya pergi, tapi dia malah kembali menduduki kursinya.

"Faro --- eh maksudku Kak Faro, kalian udah ketemu dengannya?"

Lagi, mata Randi dan Jemmy kembali bertemu. Sepertinya mereka terlalu sibuk memikirkan Azka, sampai lupa mengenai hal itu.

"Dia baru balik bulan depan." Sahut Jemmy.

"Tadi aku ketemu dia sama Kakek Malik di parkiran atm kampus."

"Lo gak usah ngawur deh.." Tukas Randi.

Zein garuk-garuk kepala. Wajahnya kelihatan lucu dan imut sekali.

"Masa iya, aku salah ngeliat orang. Kan tadi aku itu sempet tegur sapa sama Kakek Malik juga."

Sampai malam, ketiga cowok tampan, keren, kaya, tapi gak pernah lulus dari bangku kuliah itu masih saja duduk-duduk di bangku luar minimarket. Sepertinya mereka masih belum akan menyerah sampai mereka bisa bertemu kembali dengan Azka.

Diiinnn...!! Ciiittt...!! Brakkk...!!

"Wah-wah, bakalan ada perang dunia nih..." Kata Jemmy sambil berdiri dan pindah kursi ke bagian dalam minimarket.

Zein ikut mengekor di belakang Jemmy. Dia cuma tersenyum kecut menanggapinya. Sebab, dia sendiri sebenarnya lagi ada masalah dengan pacarnya. Abi.

Jemmy tersenyum puas melihat cewek itu melabrak Randi habis-habisan di depan umum. Meskipun dia gak bisa mendengar apa yang dikatakan oleh cewek itu dan Randi, tapi sepertinya --- malam ini juga hubungan kedua orang itu harus berakhir sampai disini.

"Kak, menurut lo ada yang aneh gak sih?"

Jemmy lantas menoleh ke arah Zein. "Menurut gue sih gak ada yang aneh. Lagian si Randi belom tau aja gimana sifat asli ceweknya itu."

"Aku gak lagi ngomongin Kak Randi, tapi Azka.."

"Hmm, terus?"

"Waktu pertama kita ketemu di deket kuburan itu, kok dia kayak gak bereaksi apa-apa ya sama aku?"

Jemmy pun memutar kembali video itu dari channel youtubenya Zein.

"Emang lo tau gimana reaksi dia, padahal dia lagi pake topi sama masker, hah?"

"Ya maksudku, waktu dia ngeliat Kak Jemmy ekspresi sama gesture langsung berubah. Apalagi pas Kak Randi dateng. Dia kayak langsung refleks ngenalin gitu."

"Satu-satunya yang masih ngeganjel pikiran gue adalah, Raka gak mungkin punya keinginan buat oplas. Apalagi dengan bentuk wajah yang sekarang ini." Randi tiba-tiba muncul. "Americano dong satu!" Tukasnya pada Yudi, si pegawai minimarket itu.

"Dah selesai urusan lo?"

Randi mendelik pada Jemmy. "Ngurusin amat!"

"Itu juga buat aku kepikiran siang malem, kak!" Pekik Zein. "Raka yang dulu itu lebih imut, polos, dan ngegemesin loh dibanding penampilan Raka yang sekarang.."

Randi refleks memegang pipinya. Pikirannya menerawang jauh. Ia tahu  betul seberapa besar kekuatan dan tenaga adiknya itu. Jika dulu-dulu Raka sering meninju wajah dan menendangnya, itu semua sama sekali tak pernah menimbulkan rasa sakit. Beda sekali rasanya ketika ia menerima tinjuan maut dari adiknya belum lama ini.

"Fuck!" Jemmy memasang wajah masam. "Kakek nyuruh balik. Katanya Faro udah di rumah."

Randi tersenyum santai. "Sorry ya, gua gak ada urusan sama orang itu."

"Americano nya, mas.." Yudi datang dengan membawakan secangkir americano panas untuk Randi.

"Lagian nih ya, dia itu kan kakak kandung lo --- jadi, ya --- lo balik aja sendiri sana.."

"Mas Faro sudah kembali ya? Apa dia baik-baik saja...?"

Suara itu terdengar bersamaan dengan munculnya satu sosok yang sudah sangat ditunggu kehadirannya oleh ketiga orang itu.

"Azka?!!" Zein memekik tak percaya. Karena akhirnya, sosok itu muncul kembali di hadapannya.

$$$$$$

H.I.M 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang