"Bengong aja lo! Kesambet setan tauk rasa!"
Abi nyengir aja saat Randi baru naik dari kolam renang, lalu duduk di sebelahnya dan menyalakan rokoknya.
"Mendingan juga lo pulang aja, daripada bengong doang disini.."
"Ngusir, mas?"
"Gue gak ngusir. Cuma gue prihatin aja ngeliat lo." jawab Randi.
Abi menghela nafas. Memang sejak Raka kembali ke keluarga ini, dia agak cemburu melihat Zein yang begitu dekat sekali dengan Raka. Malah sekarang, hampir gak ada lagi waktu buat dia dan Zein berduaan.
"Gue tau lo pasti bosen denger kata-kata gue, tapi lo percaya deh -- Zein sama Raka gak mungkin pacaran."
"Hmmm..."
"Kan lo sendiri udah denger dari si Jemmy.."
"Ngapain lo pada ngomongin gue?!" Jemmy muncul dengan kaos tanpa lengan dan celana selututnya.
"Nihh, ada yang lagi patah hati keknya.." Tukas Randi sambil senyum kecut.
"Bi, apa perlu lo gue anterin ke kamarnya Raka dan ngeliat apa yang lagi mereka berdua lakuin sekarang?"
"Enggak, kak!" Tolak Abi tegas.
"Meskipun waktu itu gue statusnya murid pindahan, tapi gue tahu kok gimana hubungan Zein sama Raka. Mereka itu gak lebih dari sekedar sahabat." jelas Jemmy.
"Waktu itu kan si Ulfa sama Astrid juga bilang, kalo ---"
"Hahaha...!!!"
Kalimat Randi terputus saat suara nyaring dua orang yang sedang tertawa itu terdengar dari salah satu balkon lantai dua rumah bertingkat tiga itu. Bahkan kini ketiganya melihat Zein dan Raka yang lagi senang banget nyalain kembang api dan air mancur.
"Lo liat tuh, masa kayak gitu aja lo cemburu.." Ujar Jemmy.
Abi cengar-cengir. Memang Zein itu dekat sekali dengan Raka. Tapi, selama kedekatan mereka berdua itu -- ia tidak pernah melihat hal yang aneh-aneh. Malah dia melihat Raka dan Zein itu selalu melakukan tingkah konyol dan menggelikan.
"ABIII, ZEIN BILANG DIA MAU PUNYA BAYI KEMBAR DARI KAMU...!!"
"RAKA, KAMU APAAN SIH?!!"
Abi sontak melongo mendengar apa yang diteriaki oleh Raka barusan.
"MAS RANDI KASIAN BANGET YA DI RUMAH TERUS!! GAK PUNYA CEWEK SIH YA?!! MANGKANYA KALO MANDI YANG BERSIH, BIAR GAK BAU KETEK LAGI!!"
Randi ikutan melongok karena dia gak nyangka kalau namanya ikut disebut oleh adik kandungnya itu. Ia pun menggulung handuk kecilnya dan bermaksud melemparkan handuk itu ke arah balkon adiknya, tapi sayang handuk itu nyaris saja mengenai wajah papahnya.
"Randi..." Hendrik menggeram pelan.
"Sorry pap, aku gak maksud kok --"
"Ada Laras tuh di depan."
"LARAS YA, PAH?!! AKU MAU KETEMU AHH!!!"
Randi bergegas memakai kaos dan celananya. Ia gak mau kalau sampai pedekatenya sama cewek manis itu terganggu karena ulah jahil adiknya.
"Ras.." Randi muncul dengan nafas tersengal.
Laras malah memandangi wajah Randi dengan tatapan bingung.
"Aku bawain buah sama bubur Ran, buat kamu."
"Nak Laras, kapan sampai?" Kakek Malik muncul dari ruang tengah.
Laras pun mencium tangan Kakek Malik. "Baru aja, Pak Malik. Maaf menganggu malam-malam. Saya cuma mau menjenguk Randi."
"Menjenguk Randi? Memangnya Randi sakit?" Kakek Malik ikutan heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
H.I.M 2
Teen FictionMereka tidak sadar kalau selama ini ia tidak pernah pergi jauh... Dia melakukannya karena dia cuma ingin melindungi orang-orang yang dicintai dan disayanginya... Namun masalah muncul semakin rumit, ketika ketiga orang itu datang untuk memperebutkan...