"Tidak masalah. Karena dengan penampilan dan kondisinya saat ini, saya yakin sekali tak akan ada seorang pun yang bisa mengenalinya.."
Srekkkksss...
"Selamat pagi, Dokter Ryan.."
Ryan berbalik dan langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.
"Pagi..." Ia membalas senyum kedua perawat itu. "Kenapa senyum kalian itu begitu mencurigakan sekali?"
"Enggak-enggak kok, dok!" sahut si perawat kurus bermata belo itu gugup sambil membetulkan rambut ikal sebahunya.
"Semenjak kembali dari liburan, Dokter Ryan kelihatan jadi makin gagah dan keren aja..!" Kata perawat satunya.
Ryan tertawa renyah. "Kalian bisa saja. Padahal saya itu kan cuma liburan biasa saja ke desa."
"Ngomong-ngomong dok, pasien ini emang dari keluarga orang penting ya?" Tanya si perawat kurus itu sambil melakukan pemeriksaan rutin pada remaja yang masih terbaring dalam keadaan 'koma' itu.
"Ckckck, kalian berdua ini mau tau saja. Sudah ya, saya mau istirahat sebentar."
"Baik, Dokter Ryan! Selamat beristirahat!"
Ryan pun keluar dari ruang pasien VVIP itu. Ia sempat memberi isyarat pada empat orang berjas hitam yang selalu siaga berjaga di depan ruangan itu.
Ting...!
Ryan memasuki lift itu. Wajahnya begitu serius memandangi layar hapenya. Tak berselang lama, pintu lift kembali terbuka. Seorang perempuan muda berjubah putih masuk dengan seorang perempuan paruh baya yang mengekor di belakangnya.
"Serius banget sih...?" Tukas cewek muda dengan rambut yang diikat ala kadarnya itu.
Wajah Ryan merengut. "Maaf..?"
Cewek itu menghela nafas sambil memijat dahinya. "Lupain aja.." ucapnya sambil mengibaskan tangan dan keluar dari lift begitu pintu lift itu kembali terbuka.
Wajah Ryan kembali serius. Ia berharap tak ada orang lain yang menaiki lift ini, sampai ia tiba di lantai dasar.
Ting...!
Ryan bergegas keluar dari dalam lift, dan menuju ruangannya. Ada satu urusan yang harus segera diselesaikannya. Tapi di tengah jalan, ada seorang dokter lain yang menghadangnya.
Ryan mendengus kesal melihat wajah itu. Ia ingin segera pergi dari hadapan orang itu, tapi sayang tangan orang itu sudah mencengkeram tangannya.
"Sebegitu bencinya kamu sama saya?"
Ryan memutar bola matanya. Tidak enak juga, kalau sampai hal ini dilihat oleh orang lain. Apalagi mereka berdua ini kan statusnya sebagai dokter ahli dan paling dipandang di rumah sakit besar itu.
Ryan melepas tangan pria berambut cokelat gelap dan berwajah tampan itu. Ia memberi syarat pada rekannya itu untuk mengikutinya.
Blammm...!
Sesampainya di ruangan tangga darurat, Ryan menyalakan rokoknya. Tentu saja hal ini membuat pria setinggi 185 senti dan berkumis tipis itu menatap Ryan heran.
"Apa yang ingin kamu bicarakan, hah?" Tukas Ryan ketus.
"Ehmmm --- itu ---"
"Cepatlah. Waktuku gak banyak."
"Aku ingin minta maaf atas ---"
Ryan menghempas rokoknya ke lantai. Lalu ia injak rokok yang masih tersisa separuh batang itu.
"Cihh, cuma buang waktu aja aku disini!"
"Aku yang mengajak Azka waktu itu. Dan aku yang memaksanya...!"
Mata Ryan kontan memelotot. Ditariknya kerah kemeja rekannya itu dengan wajah penuh emosi.
"Sekali lagi kamu deketin dia ---"
Drrrtttt...!
Kalimat Ryan terputus karena hapenya yang bergetar tiba-tiba.
"Ya..?"
'Dok, anda dimana?! Pasien VVIP anda sudah siuman!'
"Siuman?!" Ryan langsung meninggalkan rekannya itu. Tidak menaiki lift, tapi ia langsung melompati anak tangga darurat dengan cepat sekali. "Baiklah! Jangan biarkan siapapun masuk! Aku akan segera kesana!"
Brakkk...!!
Ryan menggeser kasar pintu kamar VVIP yang berada di ujung lorong itu. Matanya nyaris tak berkedip saat melihat sosok itu kini tengah duduk dengan wajah pucat dan tatapan yang seolah kosong.
"Daniel ---" Ryan menyebut nama itu dengan suara sedikit gemetar. Setelah bertahun-tahun lamanya, akhirnya ia dan sosok itu bisa saling menatap satu sama lain.
Bibir sosok itu bergerak perlahan. Mengulang satu kata yang baru saja ia dengar.
Daniel --- bukankah nama itu terasa sangat asing dan tidak familier di telinganya.
Sosok itu masih diam mematung, saat Ryan memeluknya dengan perasaan bahagia bercampur haru.
'Siapa sebenarnya dia ini?!! Karena yang kutahu Mas Ryan tidak pernah bertingkah seaneh ini sebelumnya. Dan lagi --- kenapa dia memanggilku dengan nama 'Daniel'? Padahal kan dia tahu kalau namaku itu --- Raka...'
$$$$$$
KAMU SEDANG MEMBACA
H.I.M 2
Teen FictionMereka tidak sadar kalau selama ini ia tidak pernah pergi jauh... Dia melakukannya karena dia cuma ingin melindungi orang-orang yang dicintai dan disayanginya... Namun masalah muncul semakin rumit, ketika ketiga orang itu datang untuk memperebutkan...