"Dokter Ryan, anda ditangkap dengan tuduhan penculikkan, pembunuhan berencana, penyalahgunaan obat-obat dan perlengkapan medis, serta tindak asusila anak di bawah umur!"
Ryan yang baru saja duduk di kursinya melepas lelah, bukan main syoknya saat para petugas kepolisian itu menjemputnya.
"Sialan kamu, Ryan!! Dimana kamu sembunyikan cucuku?!! Dimana dia, Ryan?!" Suara Kakek Robert menggelegar.
"Tunggu dulu, Pak Robert! Sepertinya anda ---"
"Anda mempunyai hak untuk menyewa pengacara dan berbicara di pengadilan nanti!" Kata salah satu petugas itu sambil memborgol tangan Ryan.
"Saya tidak bersalah!! Pasti ada kesalah pahaman disini!"
Tidak ada yang mendengarkan ucapan Ryan saat itu. Semua dokter dan perawat yang melihatnya pun tak bisa berbuat apa-apa.
Dengan dituntun Christoper, Kakek Robert kembali ke mobilnya.
"Daniel, apa semua ini tidak apa-apa?" Ujar Kakek Robert cemas.
"Hanya ini satu-satunya jalan, kakek. Membuat Dokter Ryan aman selama di dalam penjara."
"Daniel, Kakek tidak mau sesuatu terjadi lagi padamu..."
"Kakek ---" Daniel berbicara dalam sekali. "Kakek tahu kan kalau aku bukan cucu kakek?"
Wajah Kakek Robert kian sayu. Ia tak bisa memungkiri kenyataan pahit itu. Bahwa cucu aslinya memang telah tiada.
"Lalu, bagaimana cara supaya Jonathan bisa ditemukan?"
"Kakek tenang saja. Sekarang biarkan Mas Faro yang mengurusnya."
"Ya Tuhan, kenapa masalah ini jadi rumit sekali?"
"Mas Christ tenang ya. Aku kenal betul Mas Arlan. Dia gak secepat itu untuk menghabisi para korbannya.."
"Jonathan..." suara Christoper bergetat hebat. Ia tak bisa membayangkan kalau adiknya itu akan ditemukan dalam kondisi tinggal jasadnya saja.
•
•
•
•
•Kediaman Kakek Malik...
"Jadi, lo mau ngediriin panti asuhan..?"
Faro yang sedang menelepon, langsung buru-buru mematikan teleponnya dan berbalik.
"Ada yang salah?"
Randi tersenyum kecut. Ia menyodorkan bungkus rokoknya ke Faro. Namun Faro menolaknya.
"Nelpon cewek? Ngumpet-ngumpet segala..."
"Sorry, gua gak ada masalah dan gak mau cari masalah sama orang-orang di rumah ini.." Kata Faro sambil beranjak pergi meninggalkan Randi. "Gue gak nyangka, sebagai kakak --- ternyata lo setega itu sama adek lo sendiri.."
"Maksud lo?!"
Faro lantas berbalik lagi. Dengan santai dan cuek, dia memperlihatkan layar hapenya.
"Gua gak bisa mikir aja, kok bisa ya --- seorang kakak ngentotin adek kandungnya sendiri..."
"Shitt...!!" Randi cepat-cepat menghapus video yang direkam Faro secara sembunyi-sembunyi itu. "Dari mana lo bisa --- brengsek!!"
"Tenang aja, karena disini bukan cuma lo doang yang udah ngentot sama Azka."
"Maksud lo?!" Mata Randi membelalak.
Faro memicingkan mata. "Gua -- Jemmy -- dan kedua pengawal serta supir pribadi Kakek Malik pun pernah ngentotin dia.."
"Elo...!!?"
Faro pun memperlihatkan beberapa rekaman lain, yang isinya memperlihatkan Azka yang sedang disetubuhi oleh orang-orang penghuni rumah mewah berlantai tiga itu.
Faro mengambil hapenya kembali.
"Sebagai kakak, seharusnya lo tahu --- apa mungkin seorang Raka yang polos dan cerewetnya minta ampun itu ---bisa sebegitu drastisnya berubah?"
Seperti ada sebuah pilar besi besar yang menghujam kepala Randi. Perkataan Faro itu seolah membuatnya tersadar akan satu hal.
"Gua tahu Raka dan Zein deket banget. Dan semua orang juga tahu, gimana ganteng dan tajirnya dia. Tapi asal lo tahu, Raka yang dulu gue kenal --- sedikitpun gak pernah naroh rasa sama Zein. Jangan ngeseks, ciuman aja mereka gak pernah..."
"Zein juga...?"
Faro meremas sebelah pundak Randi. "Apa lo masih yakin, kalo dia itu adek kandung lo yang asli...?"
$$$$$$
KAMU SEDANG MEMBACA
H.I.M 2
Teen FictionMereka tidak sadar kalau selama ini ia tidak pernah pergi jauh... Dia melakukannya karena dia cuma ingin melindungi orang-orang yang dicintai dan disayanginya... Namun masalah muncul semakin rumit, ketika ketiga orang itu datang untuk memperebutkan...