"Ayo Mas Randi, cepetan ihhh...! Aku kan gak sabar pengen liat ikan di SeaWorld...!"
Azka terus menarik Randi dengan penuh antusias. Bahkan sejak semalam, dia sudah mempersiapkan segalanya demi bisa berpergian berdua saja dengan Randi.
"Kakek, aku pergi dulu ya...!" Ujar Azka Riang.
Kakek Malik membelai kepala Azka. "Hati-hati, jangan sampai telat makan kalian. Randi, jaga adikmu ini ya..."
"Iya. Kakek tenang aja..." Sahut Randi sambil merangkul Azka. "Kalo nakal, tinggal aku pites aja dia!"
"Ihh, Mas Randi jahat!"
"Jangan terlalu malam, karena orang tua kalian kan sore ini pulang. Dan kita akan memberikan kejutan kepada mereka."
"Beres deh, kek. Pokoknya aku juga udah nyiapin kado istimewa buat daddy sama papah.." celoteh Azka.
Nissan Juke SUV keluaran terbaru punya Randi pun perlahan keluar meninggalkan pekarangan halaman rumah mewah itu.
Kakek Malik menghela pelan. Matanya berkaca-kaca saat sosok itu dan beberapa orang lainnya keluar dari persembunyian mereka.
"Sekarang rencana kedua kita ---"
BRAKKK...!!
Kakek Malik berdiri sambil menggebrak meja. Bibirnya bergemetar dan tubuhnya terasa lemah sekali.
"Pak..." Ervan refleks meraih lengan Kakek Malik dan membantunya duduk kembali.
"Kenapa semua ini harus terjadi pada keluargaku?!!" Ucap Kakek Malik lirih.
"Raka sayang, tolong dengerin kata-kata Mamah ya nak..."
Daniel tersenyum simpul. Ia meraih tangan wanita paruh baya yang semakin menua itu.
"Mamah, kalau ini tidak segera diakhiri akan semakin banyak korban lainnya.."
"Hendrik!" Sulis memekik pada mantan suaminya itu.
Hendrik sendiri bingung akan melakukan apa. Karena dia masih sulit untuk percaya kalau remaja yang sedang berdiri di hadapannya itu adalah anak kandungnya. Dan ia merasa telah menjadi orang paling bodoh di dunia ini. Karena berhasil dibohongi oleh remaja berumur belasan tahun, yang selama ini tinggal dan mengaku sebagai anaknya.
"Semua orang-orang Kakek sudah berjaga mengawasi rumah itu." Ucap Kakek Robert. "Bagaimana dengan tim medis?"
"Semuanya juga sudah siap, Pak Robert." Jawab Aryani dan Farhan berbarengan.
"Christ, saya tahu kamu sangat panik dan cemas memikirkan adikmu itu. Tapi tolonglah jangan bertindak gegabah." pesan Kakek Robert.
"Baik, Pak Robert."
"Adi bagaimana?" Tanya Daniel pada Abi dan Zein.
"Siap, Ka. Ehh, Daniel maksudnya." Zein kelihatan kikuk sekali.
"Panji ---" Daniel mendekati Panji.
"Kalaupun aku harus dipenjara, tolong jangan beritahu ibuku --"
"Aku janji, Kakek Robert yang menanggung semua biaya pengobatan ibumu sampai sembuh."
"Maafin aku, Daniel..."
"Udahlah jangan nangis. Karena sekarang, aku gak butuh air matamu." kata Daniel sambil menghapus air mata Panji. "Kamu bawa Adi jalan-jalan, terus kamu bawa dia ke hotel. Oke!"
"Iya --"
"Tapi inget, Adi itu adiknya dari pacar sahabat baikku. Kalo kamu sampai macem-macem, aku patahin tanganmu!"
"Emang bisa?" ledek Faro.
Daniel menggeleng sambil menyengir. "Enggak bisa. Hhehe.."
"Lagunya kayak yang iya aja kamu!" Faro mengacak rambut Daniel.
Semua rencana dan persiapan telah matang. Setiap orang sudah siap pada posisinya masing-masing.
"Raka..!!" Rania memeluk adiknya itu sebelum Daniel pergi meninggalkan rumah dalam sebuah misi yang sangat berbahaya. "Mbak gak mau kehilanganmu sama Randi lagi..."
"Tapi Mbak harus janji ya, setelah ini selesai -- mbak sama mamah harus sering main ke rumah Kakek Malik."
"Tolong jaga anak kita, Hendrik." Ucap Sulis berlinangan air mata.
"Ka, udah siap?" Tanya Faro. "Kita berangkat sekarang, hmmm?"
"Iya, mas."
$$$$$$
KAMU SEDANG MEMBACA
H.I.M 2
Teen FictionMereka tidak sadar kalau selama ini ia tidak pernah pergi jauh... Dia melakukannya karena dia cuma ingin melindungi orang-orang yang dicintai dan disayanginya... Namun masalah muncul semakin rumit, ketika ketiga orang itu datang untuk memperebutkan...