"Papah..."
Hendrik dan Ervan yang baru saja selesai mandi, dan kini lagi berpelukkan mesra sambil saling melumat bibir, sangat terkejut dan salah tingkah begitu Azka mendorong pintu kamar merek dan masuk begitu saja.
"Hayooo, papah sama daddy lagi mesum ya!?"
"Tadi, daddy duluan yang iseng, Raka. Bukan Papah..."
"Hendrik!" Mata Ervan memelotot.
Azka naik ke atas kasur kedua pria itu, dengan wajah kusut lalu duduk menopang dagu.
"Kamu kenapa, sayang?" tanya Hendrik.
"Hhaahhh..." Azka menghela. "Aku pengen deh ngerasain mandi bareng sama papah sama daddy juga.."
Ervan dan Hendrik saling bertukar tatapan.
"Dari aku lahir ke dunia ini, sampai aku udah sebesar ini --- aku belum pernah ngerasain kayak anak-anak lain."
"Raka jangan bicara seperti itu, sayang..." Hendrik membelai kepala anaknya itu.
"Aku sering dimandiin sama pria lain. Tapi ternyata pria itu bukan papah kandungku. Hikss..." Tiba-tiba air mata Azka menitik.
"Raka jangan nangis dong, kan daddy jadi ikutan sedih..."
"Aku gak mau berpisah sama papah lagi..." Air mata Azka tumpah tak terbendung. Ia menangis dalam dekapan Hendrik yang masih dalam keadaan cuma memakai handuk saja.
"Hen ---" Ervan mengangguk pada Hendrik. "Kita mandi bareng lagi aja sekarang. Gimana?"
"Ayoo, daddy ngajakkin tuh.."
Azka mengusap air matanya. "Beneran?"
Hendrik mengangguk. "Tapi Raka harus janji, jangan sedih lagi ya?"
"Iya! Aku janji, papah!"
Hendrik pun menggendong Azka lalu membawanya ke kamar mandi.
"Daddy juga ayo ikutan!!"
"Wahhh, kirain Daddy gak boleh masuk.."
Azka menarik tangan Ervan. Lalu dengan nakal ia menarik handuk yang melilit di pinggang Ervan.
"Ihhh, daddy kok burungnya berdiri!!!"
"Hehe --ini karena ulah papahmu, Raka.." Ervan mengelitiki pinggang Azka. "Wahhh, ternyata punya anak daddy panjang juga ya?!"
Azka menghentak kesal sambil berbalik memunggungi keduanya. "Aku malu ahhh...!!"
"Ahhh masa malu sih daddy sama papah..." Ervan masih saja terus menggodanya. Sementara Hendrik memenuhi bathtub dan menuangkan minyak esensial kedalamnya.
"Papah daddy nakal tuh...!!" Azka sengaja menubruk dan menempelkan tubuhnya pada tubuh Hendrik.
"Kalian ini mau mandi apa main kejar-kejaran?!" Tukas Hendrik.
"Weewkkksss, daddy jelek!"
"Berani ya kamu sama Daddy!"
"Papah...!!"
Gdebugghh...!!
Ketiganya jatoh dalam posisi saling bertindihan. Azka menindih tubuh Hendrik, sementara Ervan menindih punggung Azka.
Mereka saling bertukar tatapan dalam hening. Sampai tiba-tiba bibir Ervan dan Hendrik saling beradu.
Azka tak berkedip melihat pemandangan ini. Ia merasakan sebuah benda tumpul yang semakin membesar dan keras, sengaja digesek-gesekkan diantara belahan pantatnya.
Dan tanpa aba-aba, Azka pun ikut ke dalam percumbuan kedua pria dewasa itu.
Awalnya Hendrik dan Ervan amat sangat terkejut. Namun keduanya seperti kerasukkan setan dan lupa bahwa remaja itu adalah anak mereka juga.
Azka dan Hendrik saling melumat. Sedang Ervan asyik menjilat dan menggigiti leher Azka yang putih dan mulus.
Tangan Azka menjulur ke belakang. Diraihnya batang penis Ervan yang sudah ereksi sempurna. Lalu ia arahkan ke lubang anusnya.
Ervan mengerjap sejenak. Ia ragu untuk melakukannya. Sebab ia harus meminta persetujuan Hendrik dahulu. Namun Azka memberi sinyal lagi. Melihat Azka dan Hendrik yang masih asyik saling melumat, Ervan pun melumuri batang penisnya dengan liurnya. Lalu dia memasukkan penisnya perlahan-lahan ke dalam lubang sempit milik remaja itu.
Azka menjerit tertahan. Hendrik membelalak dan agak curiga. Namun Azka terus menggigit dan menghisa lidahnya.
Lama-kelamaan Hendrik tahu juga kalau Ervan sedang menggenjot lubang anak bungsunya itu.
"Raka ---"
Azka memejam. Ia makin kuat memeluk leher Hendrik. Nafasnya turun naik tak beraturan.
"Papah masukkin juga. Aku mau --- juga --- enak ---"
Tubuh Hendrik menggeliat. Ia meraih batang penisnya, dan akhirnya ia melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Ervan.
Azka menjerit-jerit, saat kedua penis berukuran jumbo itu mengobrak-abrik lubang anusnya.
"Raka sayang papah ---"
"Papah juga sa --- hummmpp..." Kalimat Hendrik terputus karena bibir Ervan yang menghalanginya.
Crroottt...!
Sperma segar dan kental milik Azka menyembur banyak di perut dan dada Hendrik.
"Papah juga udah mau keluar..." ucap Hendrik dengan suara bergetar.
Azka kemudian berdiri. Ia meminta kedua pria itu agar mengeluarkannya di dalam mulutnya.
Hendrik dan Ervan terus mengocok penis masing-masing sambil terus berciuman. Tak sampai semenit, kedua pria itu mencapai klimaksnya.
Sperma segar milik kedua pria itu menyembur mengenai seluruh wajah dan rambut Azka.
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, Azka menjilati sisa-sisa sperma di ujung penis kedua pria dewasa itu.
Puas dan merasa agak lelah, Hendrik dan Ervan pun ikutan duduk di lantai kamar mandi. Mengapit tubuh seksi remaja itu.
"Sperma papah sama daddy enak banget!"
Hendrik menarik kepala anaknya itu. Lalu dia mendaratkan sebuah kecupan hangat di dahinya.
"Pap, ternyata anak kita yang satu ini nakalnya luar biasa ya.."
Hendrik tertawa pelan menanggapinya.
"Jangan-jangan sikapnya ini turunan darimu.."
Azka menonjok perut Ervan. Lalu dia berpindah ke atas pangkuan Ervan.
"Tapi, tadi kan daddy yang paling semangat!! Teriak-teriak segala lagi!"
"Haha, habisnya lubang kamu itu enak banget!"
"Ervan...!!" Hendrik mendelik. "Sini, sayang sama Papah aja!"
Azka menggeleng manja sambil menempelkan pipinya ke dada bidang Ervan. "Aku maunya sama daddy aja! Soalnya Daddy lebih macho dan jantan!"
"Anak kesayangan Daddy...!" Ervan mencium bibir Azka.
"Baiklah, Papah akan tunjukkan sama kamu, kalau Papah ini lebih macho dan jantan dari daddy kamu itu!"
"Oke, ayo kita buktikan!" Tantang Azka.
"Lagi nih ceritanya?" Ervan tak berkedip.
"Iya, daddy!! Pokoknya siapa yang bisa buktiin ke aku, nanti aku kasih hadiah pijitin gratis!"
"Kalau cuma pijit sih biasa.." Hendrik mengerling pada Ervan.
"Hmmm --- gimana kalo aku kasih service oral sebulan penuh!?"
"Astaga, Hendrik --- anakmu ini sungguh mirip denganmu...! Ckckck...!!"
$$$$$$
KAMU SEDANG MEMBACA
H.I.M 2
Novela JuvenilMereka tidak sadar kalau selama ini ia tidak pernah pergi jauh... Dia melakukannya karena dia cuma ingin melindungi orang-orang yang dicintai dan disayanginya... Namun masalah muncul semakin rumit, ketika ketiga orang itu datang untuk memperebutkan...