19

2.2K 184 4
                                    

"Daniel, kamu sudah siap?"

Daniel muncul dengan setelan kemeja biru muda lengan panjang, serta celana jeans denim slimfit yang membungkus kedua kakinya yang kurus dan tidak terlalu panjang itu.

Kakek Robert tersenyum melihat penampilan Daniel. Meski apa yang dikenakan remaja itu tak sesuai dengan apa yang sudah siapkannya, namun ia tak mempermasalahkannya. Yang terpenting baginya adalah, cucunya itu merasa nyaman dengan apa yang dikenakannya.

"Emangnya kalau sudah tua itu ada juga acara-acara pesta ulang tahun ya, kek?"

"Kakek Malik dan kakek itu sudah berteman sejak lama. Saat kakek susah, Kakek Malik lah yang banyak membantu Kakek. Begitu juga sebaliknya."

Daniel menghela nafas pelan. Dalam hatinya ia berharap semoga saja ia tidak bertemu dengan orang-orang itu lagi.

"Daniel..." Kakek Robert meraih tangan Daniel.

"Pudingnya taruh saja dulu. Memangnya kamu tidak pegal?"

"Jangan, kek. Nanti takutnya kebalik, kan jadi gak bisa dimakan?"

Selain merayakan ulang tahunnya yang 77 tahun, kabarnya Kakek Malik akan mengumumkan juga penerusnya yang akan mengurusi semua bisnisnya itu. Ditambah lagi yang ia dengar dari Kakek Robert, bahwa Kakek Malik akan meresmikan hotel berbintang limanya yang terletak di kawasan bisnis segi tiga emas Jakarta.

"Pasti, nanti banyak orang-orang penting disana ya, kek?"

"Tapi tetap, kamu adalah satu hal yang paling penting dan berharga dalam hidup Kakek."

Ada kalanya Kakek Robert merasa sedih dengan segala kenyataan yang terjadi pada kehidupannya. Ia tahu bahwa remaja polos, periang, sopan, dan selalu tersenyum bahagia itu adalah bukan cucu aslinya.

Namun di sisi lain, ia merasa bahwa remaja itu adalah sesosok malaikat yang telah diturunkan Tuhan untuknya.

Karena sifat Daniel yang asli itu, sangat bertolak belakang sekali dengan Daniel yang bukan cucunya ini.

Rolls Royce Phantom hitam milik Kakek Robert akhirnya tiba di basement sebuah hotel berbintang lima plus, dengan tingginya yang mencapai 56 lantai.

Empat orang pengawal pribadinya yang sudah turun lebih dulu, langsung membukakan pintu dan mengamankan jalur-jalur yang akan dilalui oleh pria tua dan cucunya itu.

"Selamat datang Pak Robert." Sapa ramah sesosok wanita muda yang menyambutnya di pintu masuk khusus tamu VVIP.

"Biar saya bawakan, Mas Daniel."

Mata Daniel sontak membulat penuh pada sosok cowok berjas hitam yang tingginya lebih tinggi beberapa senti darinya.

"Aku ini udah susah payah buat puding ini. Kalau kamu nanti jatohin, emangnya kamu bisa buat lagi?!"

"Maaf atas kelancangan Jonathan, Mas Daniel --- Pak Robert." Ujar pria setinggi 187 senti berhidung mancung, dengan waut wajah yang hampir tak pernah tersenyum itu.

Daniel menyengir pada pria itu. Lalu ia pun menggodanya. "Ini kesempatan emas buat Mas Christ --"

"Kesempatan emas?" Dahi Christoper berkerut.

"Iya, kesempatan buat cari pendamping hidup Mas Christ!"

"Hhhaaahh..?!" Malah Jonathan yang membelalak.

"Pasti nanti kan banyak wanita-wanita cantik, terpelajar, dan berkelas disana." Daniel melihat wajah Jonathan yang langsung berubah cemberut. "Kan sekarang aku yang jagain kakek. Jadi, Mas Christ sudah saatnya untuk memikirkan kehidupan mas selanjutnya."

H.I.M 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang