29

2.1K 173 1
                                    

Suasana di rumah Kakek Malik tampak meriah sekali. Acara makan malam yang digelar di halaman belakang rumah dipenuhi oleh orang-orang berwajah bahagia.

"Mamah -- Mbak Rania -- Mas Aji, kenalin ini namanya Mbak Laras. Dia ini calon isterinya Mas Randi."

"Apaan sih kamu, Ka!" Randi mengacak-acak rambut Daniel.

"Kalau kamu mau bersabar, tunggulah Randi tiga tahun lagi sampai dia menyelesaikan kuliahnya di luar negeri." Tutur Kakek Malik.

Daniel sontak memelotot. "Kakek jangan jadi penghalang gitu dong?! Masa orang mau bahagia kok dilarang-larang?!"

"Kakek tidak melarang mereka, Raka. Kakek cuma mau Randi itu menyelesaikan pendidikkannya supaya dia bisa meneruskan bisnis kakek disini."

"Kalo gitu, Mbak Laras juga ikut kuliah aja di luar negeri sama Mas Randi!"

"Bahaya itu, Ka. Bisa-bisa nanti pas pulang mereka udah bawa lima anak lagi. Hahaha..!!" Faro tertawa puas.

"Bangsat lo!" Tukas Randi.

"Tuhh, ngomong kasar lagi mah!"

"Biarin aja, nanti Mamah cabe mulutnya Randi!!"

Diam-diam Daniel mendekati Zein dan Abi. Lalu dia berteriak keras mengejutkan keduanya.

"LAGI NGOMONGIN AKU YA?!!"

"Ya ampun, Ka. Bikin aku jantungan aja!" Zein mengelus dada.

"Ngomong-ngomong Kak Abi kok mau aja sih pacaran sama Kak Zein?"

"Emangnya kamu mau pacaran sama Zein, Ka?" tanya balik Abi. "Kalau kamu mau, ambil aja gih. Aku juga udah bosen sama dia.."

"No way!!" Daniel ngibas-ngibas tangannya. "Kak Zein itu kan sekarang udah jadi artis youtube, dan lagi mana bisa aku sama dia LDR-an nantinya. Hhehe.."

"LDR?" Zein dan Abi saling bertukar tatapan.

Daniel mengambil segelas sirup apel dingin. "Habis ini kan aku sama Kakek Robert mau pergi jauh.."

"Pergi jauh kemana, Ka?!" Zein meraih pundak Daniel. "Kamu kan udah janji gak bakalan pergi lagi?!"

"Kak Zein, aku gak bisa ninggalin Kakek Robert sendirian. Dan lagi, Kak Zein lupa ya kalo aku ini kan cucunya Kakek Robert."

"Enggak gitu, Ka! Meskipun wajah kamu udah berubah, tapi kamu itu kan tetep aja Raka!"

"Yahhh, mau gimana lagi." Daniel angkat bahu. "Kakek Robert udah banyak bantu aku -- kita semua -- jadi, aku juga harus nepatin janjiku."

"Janji apaan?!" Faro muncul dengan tanda tanya di kepalanya.

"Ini loh mas, katanya Raka mau pergi jauh sama Kakek Robert!"

"Kamu jangan ngawur, ka!"

"Siapa juga yang ngawur!" Daniel mengunyah sosis bakar dengan santainya. "Kalo gak percaya, tanya aja sama Kakek Robert. Besok pagi aku sama Kakek Robert udah harus terbang ke New Zealand.."

Faro pun balik badan menghampiri Kakek Robert. Dia langsung melabrak pria tua itu tanpa memikirkan kondisi sekitarnya.

"Maksud kakek apaan bawa Raka pergi?!!"

"Faro, kenapa kamu tiba-tiba marah sama Kakek Robert?" Tanya Kakek Malik.

"Barusan Raka bilang, kalo besok dia sama Kakek Robert mau pergi ke New Zealand!"

"Robert, kamu tidak sungguh-sungguh kan?" Suara Kakek Malik bergetar. Suasana bahagia itu pun berganti kesunyian mencekam. "Kamu tahu kan kalau dia itu cucuku! Dan sekarang kamu akan merebutnya?!"

"Malik, aku tidak merebutnya dari siapapun. Tapi dialah sendiri yang sudah memutuskannya."

"Aku pergi atas keinginanku sendiri kok." Daniel mendekati Kakek Robert.

"Enggak!! Gua gak akan pernah ngijinin lo pergi kemana-mana!!"

"Raka, kenapa kamu tidak memberitahu Papah sebelumnya?" Ujar Hendrik.

"Maaf papah. Tapi, ini adalah janjiku karena Kakek Robert sudah membantuku menyelesaikan masalah ini."

"Lo udah pergi selama lima tahun, dan lo baru kembali lagi di rumah ini selama tiga hari. Dan sekarang lo udah mau pergi lagi?! Lo nganggep kita semua apa?!" Randi tak bisa menahan emosinya. "Kalo gitu, kenapa lo gak pergi aja selamanya!! Gue juga muak ngeliat muka lo yang sekarang!!"

"Randi!!" Bentak Hendrik.

"Terserah lo mau pergi kemana juga! Gue gak akan peduli lagi, sekalipun pesawat lo nyebur dan meledak di tengah samudera!" Randi pun berbalik meninggalkan pesta perpisahan itu dengan rasa sedih dan sakit tak terkira.

$$$$$$

H.I.M 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang