"Mau ngapain ngendap-ngendap gitu?"
Azka terkejut karena tahu-tahu Randi muncul dari ruang tv.
"Mau ke --- hmmm..."
Randi dekati adiknya itu. "Bawa bantal, guling, terus diem-diem keluar ---"
"Aku cuma mau tidur di kamarnya Kak Jemmy, mas.."
"Apa?!" Mata Randi memelotot seketika. Ditariknya tangan Azka menuju kamarnya. Lalu ia kunci rapat-rapat pintunya. "Ngapain kamu tidur sama dia?! Emangnya kamar kamu bocor?!"
Azka kelihatan jengkel banget. "Aku cuma mau bicarain surprise party buat Zein, Mas Randi...! Ngeselin banget sih!"
"Emangnya gak bisa besok?!" Bales Randi. "Lagian udah hampir jam dua belas gini."
"Taulah!! Aku mau ke kamar aja lagi!"
"Heh!" Randi menahan tangan adiknya itu. "Kamu tidur sama aku malem ini!"
Azka bergidik ngeri sambil menutup hidungnya. "Gak mau! Mas Randi kan bau asem!"
"Bau asem kamu bilang?!" Randi lepas kaosnya. Lalu dia menyodorkan ketiaknya yang berbulu lebat itu pada Azka. "Nih, coba aja kamu cium!"
"Gak mau...!!"
Randi terus memaksa, sementara Azka berusaha menghindar. Hingga akhirnya....
Gdbuggghh...!
Randi jatuh menindih Azka. Dengan ujung hidung mereka yang saling menempel satu sama lain. Matanya nyaris tak berkedip, menatap wajah polos dan lugu Azka.
Hening dan sunyi menyelimuti keduanya...
Azka menaikkan kepalanya. Ia memberikan sebuah kecupan tepat di bibir Randi.
Randi diam mematung. Bahkan ketika Azka mengulangi ciuman itu untuk kedua dan ketiga kalinya.
Ia baru tersadar ketika, lidahnya sudah bergerak liar di dalam mulut Azka. Ia sempat menghentikan sejenak, dan berniat untuk tidak melanjutkannya.
Namun Azka menahannya. Memasang wajah polos dan lugu, yang tak bisa ditolak oleh Randi.
"Mas Randi ---" Azka menahan tangan Randi yang ingin melepas kaosnya.
"Sorry, Ka..." Randi berguling ke samping. Ia tidak memakai kaos dan celana boksernya kembali. Ia langsung menarik selimut, dan tidur dengan memunggungi Azka.
Matanya tak bisa memejam sedikitpun. Bibirnya masih bisa merasakan betapa lembut bibir merah milik adiknya itu.
"Hiks..."
Randi langsung berbalik begitu mendengar suara orang sedang menangis itu.
"Raka..."
"Mas Randi, jangan tinggalin aku lagi mas..."
Sebagai kakak, ia tidak mau melihat adiknya itu menderita lagi. Sudah cukup apa yang dialami Raka selama ini. Dan ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia akan terus melindungi, memberikan perhatian serta kasih sayang kepada adiknya itu.
"Jangan cengeng ah, emangnya gak malu?"
Azka masih saja menangis dalam dekapan Randi.
"Udahan sih, nanti kalo yang lain denger bisa heboh lagi..." Randi pun melepas pelukkannya. Menghapus air mata adiknya itu, dan --- mengecup bibir merah itu kembali.
Azka tersenyum malu-malu.
"Kenapa kamu, hmmm?"
"Mas Randi wangi. Aku suka..."
"Haha, kan udah aku bilang..."
"Aku boleh cium lagi gak?"
"Ketagihan ya??" Randi mengacak rambut Azka. Lalu ia tidur dengan posisi terlentang dan menjadikan kedua telapak tangan sebagai alas kepalanya.
Awalnya dia agak canggung saat Azka menciumi ketiaknya. Terlebih saat dia merasakan lidah Azka menjilati ketiak, leher, dan dadanya itu. Namun dia sudah bertekad dalam hati, akan membiarkan adiknya itu melakukan apapun terhadap dirinya. Yang terpenting, ia tetap bisa melihat adiknya itu tersenyum bahagia.
"Mas ---" Azka berbisik di telinga Randi. "Kok itunya berdiri?"
"Biarin aja, nanti juga tidur lagi.."
"Hmmm --- aku boleh pegang gak?"
Kedua mata Randi membuka kembali. Ekspresi kepolosan dan keluguan seorang Azka, sungguh menghipnotisnya.
"Gede banget sih, mas!"
Randi memejam kembali. Otaknya berusaha memikirkan hal lain. Hal yang bisa mengusir hasrat dan libidonya yang tiba-tiba meninggi itu.
"Ugghhh...."
Randi melenguh pelan dan tubuhnya bergetar hebat saat ia merasakan sebuah sensasi aneh menjalar di sekujur tubuhnya. Saat matanya membuka, ia mendapati adiknya itu sedang menghisap dan menjilati batang penisnya.
Ia tahu bahwa apa yang dilakukannya ini tidaklah benar. Apalagi dia ini kan statusnya adalah sebagai seorang kakak. Dan orang yang sedang menjilati liar batang penisnya itu adalah adik kandungnya sendiri.
Lima belas menit berlalu, Randi tak bisa menahan bom waktu itu lebih lama lagi. Dia berusaha singkirkan kepala Azka, namun Azka makin kuat menghisap penisnya.
"Ka, aku pengen keluar nih..."
Azka tak menggubrisnya. Ia makin buas saja melahap penis Randi yang kokoh dan berwarna merah muda itu.
"Ka, gue ---- arggghhhh....!!"
Sperma Randi menyembur berkali-kali di dalam mulut Azka. Tubuhnya basah kuyup bersimbah peluh. Namun spermanya masih saja menyembur, walau hanya tinggal sisa-sisanya saja.
Azka langsung menelan habis semua sperma segar yang keluar langsung dari batang penis Randi. Dia tersenyum lega, lalu merebahkan kepala di ketiaknya Randi.
"Asin-asin manis ya mas rasanya..."
Randi menghela nafas ringan. Dia mencium dahi adiknya itu dengan seulas senyum nakal di bibirnya.
"Kalau kamu mau lagi, bilang aja. Mas gak keberatan kok."
"Beneran, mas?!" Mata Azka membulat antusias.
"Iya. Daripada kamu sama si Jemmy apalagi si Faro yang mantan preman itu."
"Mas Faro bukan preman tauk, mas!"
"Siapapun dia, awas aja kalau sampai Mas lihat kamu dekat-dekat sama mereka berdua!"
"Emangnya Mas Randi mau ngapain aku?"
"Yaa, kamu bakal aku hukum!" Tukas Randi sambil memencet hidung Azka.
"Hukumannya emang apa, mas?"
"Aku akan minta papah sama kakek, supaya kamu tidur sekamar sama mas.."
"Hhhaahh?!!" Azka melongok. "Kalo itu sih, aku juga mau mas! Hhehee.."
"Ckckck, dasar kamu ya!" Randi mencium dahi Azka lagi. "Gak nyangka kalo Mas punya adek sebejat kamu, Ka.."
"Ehh mas, tapi enakkan pas aku isep tadi?"
"Ehhh ---" wajah Randi memerah padam. "Gak usah bohong deh.."
"Tidur ah, udah malem! Besok kan harus kuliah..."
"Mas..."
"Hmmm..."
"Sebelum mandi besok, aku boleh lagi ya?"
"Gila kamu, Ka!"
"Boleh ya --- ayo dong mas..."
"Sekali aja --"
"Sip!!"
Randi tersenyum geli mendengar celotehan adiknya itu. Sepertinya malam ini ia akan tidur dengan sangat nyenyak sekali. Terlebih, dia bisa terus melihat wajah adiknya yang sangat menggemaskan itu.
"Ehh mas, sekarang aja deh! Soalnya aku haus banget nih...!"
"Raka...!!"
$$$$$$
KAMU SEDANG MEMBACA
H.I.M 2
Teen FictionMereka tidak sadar kalau selama ini ia tidak pernah pergi jauh... Dia melakukannya karena dia cuma ingin melindungi orang-orang yang dicintai dan disayanginya... Namun masalah muncul semakin rumit, ketika ketiga orang itu datang untuk memperebutkan...