25

2K 186 3
                                    

Randi sudah gak tahan lagi duduk diam di dalam mobilnya. Ia pun akhirnya turun menghampiri Faro, Zein, dan Abi yang sedang berbicara serius di dekat sebuah tanah kosong.

"Kalo lo lagi ngerencanain buat nyelakain Azka, lo harus langkahin dulu mayat gue!" Teriak Randi.

Faro kacak pinggang sambil geleng-geleng. Belum sempat dia mengucapkan sepatah kata, Randi sudah meraih sweater Faro dan nyari melayangkan sebuah bogem mentah padanya.

"Apa betul mas, kalo Azka itu bukan Raka?" Pertanyaan Zein itu membuat Randi mengurungkan niatnya. "Mas, aku minta maaf ---" mata Zein berkaca-kaca. "Aku gak ada maksud melakukannya. Aku sama Azka --- waktu itu --- Abi, maafin aku..."

"Percuma lo nangis juga, Zein." Tukas Faro. "Emangnya, sperma lo yang udah keluar bisa dimasukkin lagi?!"

"Mas Faro!!" Zein melotot dengan wajah memerah malu. Perasaan campur aduk sekali.

"Gimana, apa orang yang waktu itu kit bicarain bersedia?" Tanya Faro.

Sesosok cowok berseragam putih abu, turun dari dalam honda jazz putih milik Zein. Cowok itu berwajah manis, imut, dan polos sekali.

"Dia adikku, mas. Adi." ucap Abi pelan.

"Yaa, baguslah. Dengan cara ini kita bisa ngejebak orang itu.."

"Aku gak setuju!" Daniel keluar dari mobil Faro. "Aku gak pernah bilang mau melibatkan salah satu keluarga dari orang-orang yang sangat kukenal!"

"Bukannya dia itu cucunya Kakek Robert ya?" Mata Zein memicing.

"Gak ada jalan lain, Ka! Kita harus menyelesaikan semua masalah ini secepatnya!"

"Ka ---" Suara Randi terdengar pelan dan dalam. "Apa barusan lo bilang?"

"Emmm -- itu ---" Daniel yang malah kelihatan gugup sekali.

"Mau sampe kapan kamu ngerahasiain ini dari mereka, Ka?"

"Ka ---" Dahi Zein berkerut. "Namanya kan Daniel. Kenapa Mas Faro manggil dia 'Ka'..?"

"Raka --" Randi menatap intens pada Daniel. "Raka --" Dia mengulang untuk kedua kalinya. "Raka --" Dan untuk ketiga kalinya.

"Pokoknya aku gak mau! Tahu begini, aku bisa nyewa orang lain yang bisa aku suruh untuk pura-pura jadi anak SMA!"

Randi meraih tangan Daniel. Ada perasaan aneh bergejolak di dalam tubuhnya.

"Kamu --- Raka...?"

Daniel berusaha melepaskan tangan Randi sambil berkilah. "Bukan Mas Randi, aku ini Daniel. Cucunya Kakek Robert."

"Jangan bohong ---"

"Mas Faro, tolongin aku!!"

Faro angkat tangan. "Sorry. Gua gak mau ikut campur urusan kalian berdua.."

"Daniel itu Raka?!! Mas Faro gak bohong?!!" Pekik Zein histeris.

"Bukan-bukan! Aku ini Daniel! Kalo gak percaya, pegang aja nih wajahku. Emangnya aku pake topeng!"

Sshhhyyyuuttt...!

Buggghhh...!!

Randi melakukan apa yang dikatakan oleh Daniel. Ia menarik kulit wajah Daniel, hingga Daniel menjerit kesakitan dan melayangkan sebuah tonjokkan ke wajah Randi.

"Sakit, Mas Randi!!"

"Randi -- Randi, lo itu emang bego banget ya.." Faro geleng-geleng. "Lo gak bisa bedain ya mana orang yang oplas, dan mana yang pake topeng.."

"Tapi kenapa --- kenapa kamu ---"

"Kalo lo mau tahu jawabannya, lo harus nangkep hidup-hidup yang namanya si Arlan itu!" ucap Faro

"Arlan --" Mendengarnya Randi jadi ingat akan kejadian mengerikan dimasa silam itu.

"Karena dia, yang udah buat Raka jadi kayak gini..."

$$$$$$

H.I.M 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang