[32] Sisi Lain

17.5K 2.1K 87
                                        

Ternyata dia punya banyak bakat yang terpendam
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Feliz Lectura!

Instagram. menurut kalian instagram itu tempat apa sih? ngepost something
atau ngestalk doi atau wadah buat kepoin artis artis? semua tujuan kita gunain instagram berbeda-beda sih kayaknya. Tapi bagi gue kalian pasti udah tau lah ya instagram itu digunain buat apa.

Yap, pastinya buat ngestalk doi lah hahaha.

Sejak beberapa bulan doi ninggalin sekolah, hanya lewat aplikasi itu lah gue bisa tau kabar terbaru tentang dia.

"Woi La, udah liat instastory Kak Fariz ga? wuih dia baca puisi keren banget euy" ucap Elsa yang baru aja datang ke meja gue.

Gue menggeleng."Belum liattt"

"Astaagaaa, keren banget sumpah, liat nih" lanjut Elsa sambil menyodorkan ponselnya.

"Liat woi liatt" timbrung Amelia teman duduk Elsa. Fyi si Amel ini sering diledekin ama si Rafly karena punya mata sipit tapi ga ada keturunan China nya sama sekali :v

Selang beberapa detik, muka Kak Fariz langsung terpampang nyata di layar ponsel Elsa, ia terlihat sedang membaca puisi tentang Perjuangan Rasulullah.

"Unstopable! bagus amat huaa" puji Gue yang dibuat galmov seketika.

"Kan apa gue bilang keren bangett" sambung Elsa.

"Wih wih wih" timpal Amelia sambil tepuk tangan.

"Perjuangin sampe dapat La! ga rugi tuh udah hafidz qur'an, berkepribadian baik, jago baca puisi lagi" sahut Aini dari arah belakang kursi gue.

"Eh lo dengar juga ternyata"

Aini langsung menghampiri meja gue. "Iya lah, lo mau tau ga? gue itu udah screen recorder video Kak Fariz baca puisi buat lo, malahan gue tuh udah kirimin lo lewat WA"

"Huahahaha gercepnya teman gue astaga" Gue dibuat tertawa melihat kelakuan si Aini.

"Oh jelas! lo harus bangga punya teman kayak gue" ucapnya membanggakan diri.

Gue menghela napas berat kemudian menatap Aini."Iya dah iya"

"Eh guru mana ya? bosen gue freeclass mulu" sahut Zahra sambil mengetuk-ngetukkan pulpen diatas mejanya.

"Dasar pelajar, guru masuk mulu malah ngeluh minta free eh giliran dikasih free malah bosen astaga" cibir Ilham.

"Bener banget, heran juga gue Ham" lanjut Oppie.

Setelah omomgan Oppie kelas kembali menjadi hening, dan semua orang sibuk melakukan aktivitas masing-masing.

"SHEILAAA MANA SHEILAA?" teriak Firah yang baru aja masuk ke kelas.

Gue menaikkan sebelah alis."Apaaa?"

Firah langsung menuju ke meja gue, dan mengambil pulpen yang berada di dalam genggaman Oppie, kemudia menulis sesuatu di halaman belakang buku gue.

"Nomor telfon? nomor siapa tuh?" tanya Oppie yang dibuat heran ama kelakuan si Firah.

"Nomor whatsapp Kak Fariz"

"What? dapat darimana lo?" tanya gue dengan tatapan tajam.

"Maklum lah, gue kan banyak koneksi ama kakel lain" ujar Firah sedikit tertawa.

"Wiuhh mantap tuh" puji Oppie sambil menggelengkan kepalanya.

"Eh di chat ya La, awas aja kalo ngga. Gue kan udah ngasih nomornya masa lu diemin aja"

Gue mengacungkan kedua jempol."Siap"

Semoga aja gue bener-bener berani buat memulai percakapan via online sama Kak Fariz.

Apa ini langkah selanjutnya dari gue biar bisa punya momen lagi ama dia? entahlah kita liat aja nanti.

Sekarang doi pasti lagi berbahagia banget di Mesir, dapat teman lain, pengalaman baru, serta suasana baru.
Selagi bukan ceweknya yang baru gue mah fine fine aja.

"Sheila bagi pulpen" ucapan Ajang berhasil menyadarkan gue dari lamunan.

"Sama Kanaya gih, dia banyak tuh pulpennya"

Mendengar namanya disebut, Kanaya pun menoleh."Mau pinjam berapa jam? per jam 5 ribu ya Jang"

Seluruh kelas langsung tertawa ngakak mendengar omongan Kanaya.

"Buset dahh, sesama teman gitu amaf Nay" lanjut Ajang sambil memijat kepalanya.

"Jangan stress Jang, gue bercanda doang, nih tangkap" ucap Kanaya sambil melempar pulpennya.

Ajang yang notebennya seorang kiper yang handal, langsung menangkap pulpen dengan gaya songongnya.

"Gimana keren ngga, mus?" tanya Ajang kepada Musdalifah yang sontak membuat Oppie terkekeh.

"Dih, kebanyakan gaya lo Jang, entar encok baru tau rasa" cibir Musdalifah sambil memalingkan wajahnya.

"Eh gue udah encok beneran nih, aduh sakittt" lirih Ajang dengan muka jeleknya.

"Seriusan Jang? dimana hah? dimana?" ucap Musdalifah yang langsung berdiri mendekati Ajang.

Ajang menunjuk jantungnya kemudian tersenyum lebar."Disini"

"ANJIR GUE NGAKAK HUUAHAHAHAAH" teriak Kanaya sambil memukul-mukul mejanya.

"Ajang ama musdalifah ihiwww" ledek Elsa sambil tepuk tangan.

BUGH!
Satu pukulan dari Musdalifah mendarat di bahu Ajang.

"Ga lucu Jang, gue jijik bat sumpah" ucapnya kemudian kembali ke tempat duduknya.

Ajang hanya tertawa melihat tingkah Musdalifah.

"Assalamualaikum" salam Bu Ria guru antropologi kelas bahasa dengan tiba tiba.

Suasana pun menjadi hening seketika.

"Tolong berdoa dulu" pinta Bu Ria singkat.

Seperti biasa, ketua kelas aka Ilham langsung memimpin pembacaan doa.

Setelah selesai berdoa, pelajaran antropologi pun dimulai.

"Tugas yang kemarin ibu kasih udah dikerjain kan?" tanya Bu Ria sambil mengisi jurnal kelas.

Oppie memukul pelan jidatnya. "Mampus gue lupa bawa buku"

"Hah? seriusan lo?" lanjut gue.

Oppie mengangguk pelan.

"Ohhh ada yang lupa bawa buku ya, kalo gitu nilainya di lupain juga deh, terus orangnya kita anggap ga ada aja" sambung Bu Ria sambil melirik ke Oppie.

"Yahh jangan dong buu"

"Eh, dengar ngga? kayak ada yang ngomong? tapi siapa coba?" ledek Bu Ria dengan terkekeh pelan.

"Iya bu mana ya? ihhh serem banget" Aza bergidik ngeri.

Suasana kelas ikut menertawakan nasib Oppie yang dianggap ga ada sama Bu Ria.










































***

Hei yo!


Jangan lupa Vote dan Comment

Rasa dan HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang