ENAM TAHUN KEMUDIAN
Waktu demi waktu berlalu dengan begitu cepatnya. Rasanya baru kemarin gue berkeinginan buat masuk fakultas kedokteran gigi, sekarang udah jadi dokter gigi sungguhan.Setelah semuanya berlalu begitu saja, hanya ada satu yang ga pernah berubah dari diri gue sampai saat ini yaitu perasaan. Perasaan gue masih sama seperti SMA dulu.
Walaupun sampai sekarang gue sama sekali ga pernah tau perasaan dia kayak gimana. Entah kenapa menetap tetap menjadi pilihan gue dalam urusan menyimpan perasaan ke dia.
Fyi, terakhir kali gue ketemu sama dia itu 6 tahun yang lalu, terus beberapa bulan setelah momen terakhir gue ngeliat dia, tiba tiba aja akun instagram gue di unfoll ama dia,whatsapp pun di read doang dan itu juga gue gatau kenapa. Intinya banyak banget pertanyaan gue buat dia sekarang. Ah, udahlah.
Lagi-lagi gue serahin semua pertanyaan ini sama semesta, karena pada akhirnya selain Kak Fariz, hanya dia yang bisa menjawab semua pertanyaan gue.Drttt...Drtttt...Drttt
Handphone gue bergetar, dilayarnya tertera nama Zahra, gue pun langsung mengangkat telfon dari dia.
"Sheila gue mau ngomong sesuatu ama lo" jelas Zahra tanpa mengucap salam.
"Ngomong aja" ucap gue yang langsung mempersilahkan Zahra untuk ngomong.
"Gak bisa via telfon, kita harus ketemu. Lo siap-siap---sekarang juga gue otw jemput lo"
"Tapi gue masih belum selesai. Masih ada dua pasien yang mau check-up"
"Yaudah gue tungguin"
"Oke"
"Oke bye"
Karena percakapan gue ama Zahra telah selesai, gue langsung mempersilahkan suster Suci yang selama ini menjadi partner kerja gue di rumah sakit untuk memanggil pasien yang mau di check-up.
Setelah memeriksa pasien terakhir, gue pun bergegas menuju ke parkiran rumah sakit. Disana udah ada Zahra yang nungguin gue daritadi.
"Kurang lama bu dokter" cibir Zahra sambil memutar kedua bola matanya.
"Maaf mbakk" balas Gue sembari tersenyum lebar.
"Kita mau kemana nih?" lanjut gue sambil menatap Zahra.
"Ikut aja" jawab Zahra singkat.
Setelah jawaban Zahra, suasana di dalam mobil pun hening sampai kita berdua tiba di restoran pilihan Zahra.
Zahra masuk lebih dulu dan langsung memilih tempat duduk buat kita. Semuanya gue serahin ama Zahra dah pokoknya.
"Lo mau ngomong apa?" tanya Gue sembari menaikkan sebelah alis.
"Bantu gue ama kakak lo dong" jelasnya sambil tersenyum getir.
"Lo ngajak gue kesini cuman mau omongin itu doang?" tanya gue dengan nada yang ga santai.
Zahra mengangguk pelan.
"Kampret! ga penting banget sih" umpat Gue sambil memutar bola mata.
"Ya maaf deh kalo ga penting buat lo, tapi bagi gue ini penting banget. Secara lo tau kan gimana gue kalo udah kagum ama orang?"
"Hmm"
"Nah itu lo paham. Eh bytheway Kak Fariz gimana?"
Pertanyaan Zahra barusan sontak membuat gue diam tak mengeluarkan sepatah kata apapun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa dan Harapan
Teen Fiction[SUDAH TERBIT & PART MASIH LENGKAP] *** Apa hal yang bisa membuat kamu menjadi seorang pengagum rahasia? Apa alasan kamu bisa bertahan dalam kurun waktu yang lama? Atau apa yang bisa membuatmu menjadi sosok yang bisa dibilang tahan banting? Apa yang...