[51] Penjelasan

17.9K 2.1K 288
                                        

Tembok betonmu akan bertahan sampai kapan?
-pie-
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Selamat membaca!


"Masalah lo ama Kak Fariz udah gue beresin" kata Oppie santai.

Gue tersentak kaget."Hah? gimana-gimana?"

"Ya masalah lo udah selesai" ulangnya dengan lebih jelas.

"Ceritain apa aja yang lo omongin sama Kak Fariz sekarang" pinta gue dengan muka penasaran.

***

FLASHBACK ON
Oppie pov

Setelah mendapat alamat Kak Fariz dari Iren aka sepupu gue yang dulunya sekelas sama dia waktu SMA, dengan gerak cepat gue pun menyambangi alamat yang diberikan itu.

Setibanya di tempat tujuan, gue langsung mengetuk pintu rumah itu dan ternyata alamat yang dikasih Iren ga salah. Belum lama gue ngetuk pintu, seorang cowok yang udah menggantung perasaan sahabat gue selama bertahun-tahun alias Kak Fariz pun membuka pintu.

"Cari siapa ya?" ucap cowok yang dinginnya masih sama dari SMA.

"Saya ada perlu sama Kak Fariz"

"Ayo duduk" perintahnya sambil menunjuk 2 kursi yang tersedia di teras rumah, tanpa pikir panjang, gue pun mengikuti perintah Kak Fariz.

"Saya Oppie, adik kelas kakak dulu, sekaligus sahabat Sheila" jelas gue tanpa basa basi.

Kak Fariz mengangguk paham."Ada urusan apa kamu kesini? disuruh Sheila?"

"Datang kesini adalah keinginan saya sendiri tanpa adanya perintah dari pihak manapun, saya hanya mau bilang tolong beri kepastian sama teman saya, bisa bayangin ga sih kalo kamu berada di posisi Sheila? bertahun-tahun menyimpan rasa tanpa sedikit kepastian, mau mundur ga bisa mau menetap juga tersiksa. Saya aja ngebayanginnya udah sakit banget" ujar gue mantap.

Kak Fariz menghela napas panjang."Saya kan udah bilang sama dia, semua jawabannya ada pada dirinya sendiri"

Gue mengepal tangan kiri menahan emosi."Jadi maksudnya khitbah kalian resmi dibatalin, gitu?"

"Khitbahnya ga bisa dibatalin, karena itu udah jadi keputusan akhir dari keluarga saya dengan keluarganya.
Jadi, udah ga mungkin saya batalin semuanya" jelas Kak Fariz masih dengan santai.

Parah sih, kalo bukan doinya Sheila udah bonyok nih orang ama gue. Jadi cowok jahat banget.

Gue mengangkat sebelah alis."Bukannya malam itu khitbahnya ga jadi karena situ memutuskan untuk kembali pulang ke rumah?"

"Yang malam itu emang ga jadi karena satu dan lain hal. Akan tetapi, khitbahnya akan dilaksanakan lagi pada pukul 7 besok malam, dan asal kamu tau, saya sama Papanya Sheila udah bicarain soal ini kemarin"

"Kalo khitbahnya bakal diulang besok malam, berarti kakak benar-benar akan memulai hubungan pernikahan tanpa perasaan, gitu maksudnya?"

Kak Fariz mengangguk."Iyalah, mau gimana lagi coba"

Gila. bisa-bisanya Sheila memendam rasa sama orang yang benar-benar ga peduli soal perasaannya sendiri.

Rasa dan HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang