Enam Belas

3.4K 232 7
                                    

Makan malam bersama dengan anak-anak sungguh sangat menyenangkan. Walaupun hanya makanan sederhana sekali pun yang mereka santap, tetapi mereka tampak begitu menikmati nya. Melihat hal itu terus saja membuat Catherine tersenyum senang. Setelah menyelesaikan makan malamnya bersama anak-anak panti asuhan, mereka- anak-anak itu diminta untuk segera pergi ke kamar mereka masing-masing. Sementara para pengurus panti asuhan  bergegas untuk merapikan meja makan yang tampak sedikit kacau setelah anak-anak itu selesai menikmati makanannya. Termasuk Catherine, yang sekarang ini tengah sibuk membantu para pengurus panti asuhan untuk mencuci beberapa alat-alat memasak yang semula digunakan mereka untuk memasak. Catherine mungkin dapat sedikit bersyukur ketika alat makan yang  digunakan anak-anak itu sudah dicuci sendiri oleh mereka. Catherine rasanya seperti menjadi seorang Ibu yang begitu bangga dengan kebiasaan yang dilakukan anak-anaknya. Ia bahkan tidak berhenti menampilkan senyum kekaguman ketika melihat kemandirian yang dimiliki anak-anak itu. Dulu ketika masih kecil, Ibunya tidak akan mengizinkannya melakukan hal-hal seperti itu, dan lihat sendiri dampaknya, bagaimana sekarang dirinya merasa sedikit kesulitan dalam memasak dan melakukan beberapa hal yang berhubungan dengan tugas rumah tangga.

"Kau yakin akan menyelesaikan semua cucian ini?" tanya Niall yang muncul di belakangnya sembari membawa beberapa alat makan dan peralatan masak yang masih tertinggal dan belum dicuci.

"Ya, tentu saja. Aku akan melakukan apa pun karena kau sudah mengizinkan ku untuk menggelar pesta pernikahan ku di sini." Catherine tahu mungkin membicarakan hal ini akan kembali membawa mereka pada Samuel dan perasaan tidak enak hati yang ia rasakan kepadanya. Namun, itulah kenyataannya. Mereka tidak bisa melakukan apa-apa selain menerima jalan kehidupan yang mereka pilih sekarang. Termasuk bagaimana Catherine yang lebih memilih untuk tetap berada pada hubungan pertemanannya dengan Samuel.

Oh, ia harus segera meluruskan semua ini. Ya... ia tidak ingin merusak hubungan persahabatannya dengan Samuel.

"Ya... tentu saja," ujar Niall lirih. Ia berdeham, kemudian melanjutkan, "Ehmm... kalau begitu aku akan mengecek anak-anak terlebih dahulu," Catherine mengangguk menanggapi perkataan Niall.

Niall kemudian mulai berjalan menjauhinya, tetapi, ia kembali berbalik dan menghampiri Catherine. "Aku...aku.... Samuel meminta ku untuk memberikan kertas ini padamu." Niall meraih sesuatu di saku celananya, kemudian mengulurkannya pada Catherine.

Selembar kertas dengan tulisan tangan di dalamnya.

"Ugh, terima kasih. Aku akan membacanya setelah menyelesaikan ini semua," Niall mengangguk tersenyum, sebelum kemudian meninggalkan Catherine untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Setelah beberapa menit berkutat dengan air dan sabun cuci, Catherine membasuh kemudian mengeringkan kedua tangannya. Selanjutnya, ia meraih kertas yang sebelumnya Niall berikan, kemudian membaca pesan yang ada di kertas itu. Dalam kertas itu tertulis bahwa Samuel memintanya untuk menemuinya di dekat ruang persediaan makanan.

Catherine tidak tahu harus bertindak seperti apa sekarang. Ia merasa sedikit ragu untuk menyetujui pertemuan ini. Namun, ia teringat bagaimana keinginannya sebelumnya, di mana ia ingin meluruskan hubungan di antara mereka.

Ugh, pada situasi seperti ini, Catherine jadi bertanya-tanya di mana keberadaan Alex sekarang. Mungkin ia perlu Alex berada di sisinya untuk menemaninya meluruskan semua ini. Namun, ini merupakan urusannya dengan Samuel. Ia tidak mungkin menganggu Alex dengan urusan yang bukan merupakan urusannya.

Catherine kembali merasa ragu. Tetapi, mungkin ini akan menjadi kesempatan satu-satunya yang dimilikinya untuk menjelaskan semuanya, hubungannya dengan Samuel dan bagaimana ia menganggap Samuel sudah seperti saudaranya sendiri.

Unexpected Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang