Pertemuan bisnis Alex dengan kliennya hari itu tidak berjalan baik karena ibu tersayangnya itu secara terus menerus mengirim foto wanita-wanita yang tidak dikenalnya. Entah foto wanita berambut pirang atau cokelat, lurus atau bergelombang, semuanya ada dalam pesan ibunya itu . Tidak, sebenarnya ia sama sekali tidak terganggu dengan foto cantik wanita-wanita itu, tetapi ia merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan ibunya, ketika layar ponselnya menyala, rekan bisnisnya akan melirik sejenak, melirik gambar-gambar yang terlihat dari notifikasi pesannya itu. Alex tidak habis pikir bagaimana tiga bulan belakangan ini ibunya selalu mengejar-ngejarnya dengan masalah pernikahan, salah satunya dengan terus mengirim foto-foto itu padanya. Demi tuhan, usianya bahkan baru dua puluh tujuh tahun, pria mana terutama pebisnis muda seperti dirinya yang ingin segera menikah dan memiliki anak yang nantinya malah akan membuat kehidupannya kacau.
Ponselnya kembali berdering, tanpa melihatpun ia tahu siapa yang sedang menghubunginya. Ya, siapa lagi jika bukan ibunya yang menelpon kali ini?
"Alexander Dorman," angkatnya pada dering pertama.
"Apakah harus seformal itu dengan ibumu? Oiya... ngomong-ngomong kenapa kau tidak membalas pesan ibu? Dan bagaimana menurutmu soal wanita-wanita itu? Jika kau tertarik, ibu akan mengatur jadwal untuk bertemu beberapa wanita itu, bagaimana?" Ibunya bertanya tanpa henti membuat kepala Alex sedikit berdenyut merasa bingung harus menjawab pertanyaan yang mana. Alex sangat mencintai ibunya, tetapi jika urusannya seperti ini, rasa cintanya seperti berkurang begitu saja.
Alex menghela napas lelah akan sikap ibunya itu, "Ibu, aku benar-benar tidak ada waktu untuk hal hal seperti itu,"
"Alex sayang, ayolah nak sekali saja, setelah itu terserah padamu, jika kau tertarik pada wanita itu lanjutkan, jika tidak kau bisa memutuskannya" Apakah dengan begitu ibunya akan meninggalkannya sendiri untuk kali ini saja?
"Satu orang saja, siang ini pukul dua belas, di restoran depan kantor," tanpa melihat ibunya, ia dapat menebak jika saat ini ibunya sedang tersenyum lebar bahkan jika terus melakukannya senyuman itu mungkin akan menyakiti rahangnya.
"Baiklah sayang, selamat bekerja kembali," Alex memutuskan panggilannya. Kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
***
Bunyi alat makan yang saling bersentuhan sedikit menganggu telinga Alex. Wanita yang berada dihadapannya ini terlihat sangat glamor dan dipenuhi perhiasan dengan harga puluhan bahkan ratusan juta, tetapi dari caranya menyantap hidangan, ia seperti tidak memiliki tata krama."Jadi, Alex apa kau suka berlibur ke luar negeri?" Alex meneguk air mineral dalam gelas yang digenggamnya saat ini. Sementara wanita dihadapannya memilih untuk meminum segelas wine dengan gelas tinggi. Hei, apa ada orang yang meminum wine di siang hari?
Alex tidak mengerti mengapa wanita ini, wanita bernama Sophia ini sedari tadi mencecarnya dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan bersenang-senang dan menghabiskan uang.
"Tentu saja," ia hanya menjawab dengan singkat, sementara senyum Shopia melebar, Alex bahkan berpikir mungkin Shopia akan mematahkan rahangnya jika iaterus menunjukkan senyum lebarnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Wife [END]
Roman d'amour~Cerita ini original milik saya, mohon untuk tidak memplagiat, menyalin atau membagikannya ke platform dan tempat baca lainnya. Terima kasih~ Alexander Dornan begitu terkejut ketika mendapati seorang wanita cantik berperawakan tinggi sedang duduk di...