Tujuh

3.5K 212 4
                                    

Alex dengan kesal menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu. Setelah mendapatkan ketenangan selama beberapa jam untuk tidur, lagi-lagi ada saja gangguan yang terjadi kepadanya hari ini. Ia rasanya ingin mengutuk siapa saja yang mencoba untuk menganggu tidurnya kali ini. Jika kali ini ia kembali menemukan Catherine di depan pintu apartemennya, Alex tidak segan-segan untuk mengusir dan meneriakinya untuk pergi dari apartemennya ini, bukan dengan cara seperti yang dilakukannya tadi pagi, melainkan dengan cara yang kasar yang mungkin akan membuatnya merasa menyesal karena pernah menginjakkan kakinya di apartemen Alex.

Ting!

Ia menempatkan sebuah bantal di telinganya, mencoba menghalau segala suara agar tidak terdengar di telinganya. Ia juga berharap jika suara bel itu akan berhenti dengan sendirinya setelah dirinya tidak meresponnya.

Ting!

Namun, lagi-lagi bel itu berbunyi, membuatnya merasa begitu muak. Merasa kesal, Alex kemudian keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ke arah pintu apartemennya itu.

Ia bersiap memuntahkan segala sumpah serapah yang sudah di persiapkannya, tetapi terhenti ketika ia menemukan jika seseorang yang sejak tadi menganggunya dengan membunyikan bel itu adalah Sean, teman yang menyebabkannya harus menderita kepeningan sejak tadi pagi.

Melihat reaksi kemarahan yang tergambar di wajah Alex, Sean dengan buru-buru mengangkat sebuah tas yang dibawanya itu tinggi-tinggi. Memberitahu Alex jika kedatangannya ke apartemennya adalah karena sebuah bingkisan yang dibawanya itu.

"Apa kau begitu menyukaiku hingga tidak bisa berpisah denganku?" ujar Alex kesal. Ia kemudian berlalu pergi masuk ke dalam apartemennya tanpa mempersilahkan Sean masuk.

Sean yang mengetahui kekesalan Alex, tanpa diminta, segera masuk ke dalam apartemen itu untuk mengikuti Alex.

"Aku menelpon Ibuku pagi ini, tanpa sengaja aku menyinggung tentang pertemuan kita semalam yang kemudian membuatnya mengingat dirimu. Ia kemudian memintaku untuk membelikanmu sup ini," ujar Sean sekali lagi mengangkat tas yang ternyata berisikan makanan itu.

Alex rasanya ingin mengumpat ketika Sean datang kemari, tetapi setelah mendengar kata Ibu dalam penjelasan Sean, membuatnya mengurungkan niat buruknya itu.

Ibu Sean sangatlah baik kepadanya. Alex masih ingat ketika dirinya pulang dari perkelahian yang kemudian menyebabkannya terluka saat masih SMA dulu, ia akan pergi dan bersembunyi di rumah Sean, dan tentu saja Ibu Sean akan dengan sangat peduli memerhatikannya. Saat itu ia terlalu takut untuk menghadapi Ibunya.

"Ya, taruh saja di meja itu," balas Alex sembari mendudukan dirinya ke atas sofa ruang tamunya.

Oh, Sean masih saja sama seperti dulu. Dirinya akan menuruti semua perkataan Ibunya. Hal itu terasa sangat lucu bagi Alex.

"Lucu sekali kau masih sangat mengikuti perkataan Ibumu, oh, Sean si anak manis Ibu," Alex tertawa mengejek pada Sean. Ya, bagi Sean, perintah Ibunya adalah kewajiban nomor satu untuknya. Jadi, mau tidak mau ia akan melakukan itu untuk menyenangkan Ibunya, walau pun dirinya tidak menginginkannya.

"Ya, tentu saja," ujar Sean sama sekali tidak tersinggung dengan ejekan Alex.

Alex seharusnya juga menyadari jika sampai saat ini, ia bahkan masih mengikuti perkataan Ibunya, seperti misalnya mengenai perjodohannya dengan Catherine? Oh, ia tidak jauh berbeda bukan dengan Sean?

"Oh, ini menarik sekali," ujar Sean dengan suara keras yang kemudian menarik perhatian Alex.

Alex beranjak dari duduknya, kemudian dengan segera menghampiri Sean. Ia mendapati Sean yang tengah sibuk membongkari sebuah tas yang diketahuinya sebagai pemberian dari Catherine tadi pagi. Sean mengangkat sebuah miniatur kecil sepasang laki-laki dan perempuan yang sedang duduk bersama dengan pakaian khas yang tidak Alex ketahui dari mana asalnya. Selain itu, Sean juga mengangkat dua buah kotak makan dari tas itu.

Unexpected Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang