Sembilan

3K 194 1
                                    

Catherine mengedipkan matanya beberapa kali setelah terbangun dari tidur malamnya itu. Hari ini ia bangun cukup pagi, sementara tidak ada jadwal pemotretan apapun yang harus dilakukannya, sehingga ia tidak tahu harus melakukan apa untuk menghabiskan harinya kali ini. Mungkin hari ini ia bisa memulai mempersiapakan segala hal yang berhubungan dengan pernikahannya dengan Alex.

Jujur saja, pertemuannya dengan Alex semalam begitu melukai nya. Catherine tidak pernah menyangka jika Alex akan berbicara seperti itu kepadanya. Namun, ia tidak ingin menghakimi Alex. Mereka baru bertemu beberapa kali saja, sehingga tidak heran jika Alex mungkin masih merasa ragu dengan dirinya. Ya, walaupun dari Catherine sendiri, dirinya sangat-sangat yakin akan Alex.

Catherine mendudukkan dirinya di atas ranjang tidurnya, lalu mengikat rambut panjangnya menjadi satu ikatan. Ia kemudian segera menegakkan dirinya dan melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi untuk membasuh wajahnya dengan air, juga menyikat giginya.

Ia terdiam sejenak mengamati pantulan cermin yang ada di hadapannya itu. Ia bahkan tidak meneteskan setetes air mata pun ketika Alex mengatakan hal buruk itu kepadanya. Namun, tidak dapat dipungkiri jika sejak semalam ia terus saja merasa terluka memikirkan perkataan Alex itu. Oh, Apakah ia terlihat begitu buruk untuk Alex? Hingga Alex bahkan berpikiran jika ia hanya menginginkan pernikahan mewah darinya? Catherine bukan seorang wanita yang matrealistis. Ia memang bekerja di dunia modeling yang syarat akan kemewahan, keglamoran, kepopuleran juga gaya hidup yang begitu tinggi, tetapi ia tidak seperti itu. Ia bukanlah wanita yang dipenuhi dengan pemikiran seperti itu. Sejak ia kecil, orang tuanya tidak pernah sekali pun mengajarkannya untuk hidup bermewah-mewahan walaupun kondisi perekonomian mereka begitu mencukupi. Orang tuanya selalu mengajarkannya untuk hidup dalam kesederhanaan yang membawa pada kebahagiaan. Harta bukan lah sesuatu yang dapat membuat seseorang bahagia, harta malah akan membawa permasalahan tersendiri.

Catherine tidak boleh menyerah dengan perlakuan Alex. Alex adalah pria yang tegas dan teguh pendirian, ia tentu tidak akan main-main dan dengan asal menyetujui perjodohan ini. Ia akan membuat Catherine menjadi seseorang yang diinginkan dan sesuai untuknya. Dan tentu saja hal ini akan menjadi tugas bagi Catherine untuk bisa membuktikan jika ia adalah wanita yang tepat untuk Alex. Ia juga akan membuktikan bahwa pemikiran Alex mengenai dirinya saat ini tidaklah benar.

"Catherine! Cepat turun kemari dan sarapan pagi bersama, sebelum Ayahmu pergi ke luar kota!" Teriakan Ibunya itu membuatnya dengan segera merapikan penampilannya. Ia kemudian berlari-lari kecil  untuk sampai ke meja makan.

Ayah Catherine memang sangat sering berpergian ke luar kota, sehingga ia tidak akan menyia-nyiakan waktu yang dimilikinya dengan Ayahnya itu, bahkan hanya dengan saling menatap dan menikmati sarapan pagi  mereka bersama.

Setelah sampai di meja makan, Catherine dengan segera menghampiri Ibunya, kemudian mencium pipi Ibunya, dilanjutkan dengan mengecup pipi Ayahnya.

"Selamat pagi, Ibu, Ayah?"Sapanya dengan riang. Walaupun ia merasa sedikit tidak bersemangat hari ini karena mengingat perkataan Alex semalam kepadanya, tetapi ia tidak bisa menunjukkan kesedihannya kepada kedua orang tuanya.

Ibu dan Ayah Catherine tersenyum melihat senyuman manis yang terpampang indah di wajah putri mereka itu, yang tentu saja selalu berhasil menebarkan keceriaan bagi mereka. Mereka tidak pernah berhenti mengucap kata syukur kepada Tuhan yang telah memberikan seorang putri yang begitu sempurna kepada mereka, tidak hanya cantik dan berbakat, putri mereka ini sangatlah rendah hati juga taat kepada mereka.

"Ayo makanlah! Kau sudah sangat lama tidak memakan masakan Ibu bukan?" Perintah Ibu Catherine, meminta Catherine untuk segera duduk dan menyantap hidangan pagi yang sudah di siapkannya itu.

Unexpected Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang