Delapan Belas

4.2K 271 28
                                    

Vote dulu sebelum baca... Follow juga bagi yang belum follow wkwk....

Happy reading semuanya...


###


Setelah kepergian Sean dari apartemen Alex, Catherine dengan segera bergegas menuju ke kamar di mana Alex berada. Di dalam kamar itu, ia menemukan Alex yang terlihat sedikit kesulitan untuk mendudukan dirinya di atas ranjang, tetapi selanjutnya ia berhasil melakukannya. Alex yang terlihat lemas itu, selanjutnya menyenderkan kepalanya di kepala ranjang, terlihat kesakitan dengan terus memegangi kepalanya. Membuat Catherine merasa tidak tega melihatnya.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya, sembari melangkahkan kakinya mendekat pada Alex. Ia kemudian mendudukkan dirinya di pingiran ranjang, tepat di samping Alex.

"Aku tidak tahu apakah aku akan hidup lagi setelah ini," gumamam Alex itu menunjukkan bagaimana Alex memang sedang dalam keadaan mabuk pada tingkatan yang mungkin sangat tinggi. Oh, Catherine belum pernah sekali pun berhadapan dengan situasi seperti ini.

"Apa yang bisa kulakukan untukmu?" Tanya Catherine pada Alex, ia merasa perlu menanyakan hal itu karena ia sendiri tidak tahu harus berbuat apa untuk menghilang sakit kepala yang Alex rasakan saat ini. Oh, dan parahnya Alex sama sekali tidak membantunya dengan menjawab pertanyaannya itu.

Catherine meremas jari jemarinya, merasa panik dengan situasi ini. Ia berpikir sejenak, sebelum kemudian menemukan sebuah ide. Ya, ia seharusnya ingat jika teknologi sangat membantu kehidupan manusia masa ini. Catherine mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, mencoba mencari keberadaan tasnya untuk menemukan ponselnya, dan selanjutnya dapat mencari apa pun yang dapat dilakukannya untuk mengurangi kesakitan yang sepertinya begitu menyiksa Alex.

"Aku ingin ke kamar mandi," ujar Alex, dengan sedikit kesulitan menegakkan tubuhnya untuk berjalan ke kamar mandi. Sementara Catherine dibuat kelimpungan karena tidak tahu harus melakukan apa. Ia tidak mungkin mengikuti Alex ke kamar mandi bukan?

"Aku, aku akan menunggu di sini," untuk apa Catherine perlu membalasnya dengan jawaban itu?

Catherine membiarkan Alex pergi ke kamar mandi sendirian, sementara dirinya kembali melanjutkan pencariannya untuk menemukan jawaban yang akan membantu mengurangi rasa sakit yang dirasakan Alex itu.

"Fuck!" Umpatan Alex itu sekali lagi membuat Catherine merasa panik. Ia tidak peduli lagi apa yang sedang Alex lakukan di dalam sana, karena selanjutnya yang ia lakukan adalah menerobos masuk ke dalam pintu kamar mandi. Lalu, ia menemukan Alex yang terduduk di bawah guyuran shower, dengan pakaiannya yang sudah basah.

"Alex!" Panggil Catherine khawatir. Ia dengan segera menghampiri Alex, kemudian mematikan shower yang masih menyala itu.

"Aku ingin mencuci wajahku dan malah berakhir di sini, fuck! Oh, kepalaku sakit sekali," Catherine selanjutnya menuntun Alex untuk kembali ke kamar. Ia kemudian membantu Alex untuk duduk di ranjang, lalu memutuskan untuk pergi sejenak meninggalkan Alex dan mencari ponselnya, melihat hasil pencarian yang sudah dilakukannya sebelumnya.

Catherine menemukannya. Pain killer.

"Apa kau memiliki pain killer?"

Alex tidak bersuara, tetapi ia menjawab pertanyaan Catherine dengan menunjuk ke arah kamar mandi. Memahami maksud Alex, Catherine dengan segera berlari ke arah kamar mandi, kemudian mencari sebuah p3k di sana dan menemukan sesuatu yang dicarinya.

Ia dengan cepat keluar dari kamar, kemudian mengambil segelas air untuk Alex. Ketika ia kembali ke kamar Alex, ia menemukan Alex yang sudah terbaring bertelanjang dada di atas ranjang. Pipinya memanas. Ini bukan pertama kalinya ia melihat seorang pria bertelanjang dada, tanpa pakaian atas seperti ini. Namun, seperti apa yang biasanya dirasakannya, ketika ini semua menyangkut Alex, tentu semuanya terasa berbeda.

Unexpected Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang