Dua Puluh

4.6K 269 19
                                    

Haiii ada yang rindu? wkwk

I'm back... Cus dibaca dan beri pendapat kalian tentang cerita ini :))

Happy Reading semua :)


Alex mengendurkan dasi hitam yang sejak tadi sudah membantu menyempurnakan penampilannya untuk terlihat gagah dan tampan di pesta pernikahannya. Selanjutnya, ia membasuh wajahnya dengan air, kemudian menatapi pantulan cerimin yang balas menatapnya. Pandangannya sejenak terpaku pada bibirnya. Sensasi panas dan kenikmatan yang didapatkannya ketika mencium Catherine masih saja terasa di bibirnya. Ini berbeda, sungguh berbeda. Ciumannya dengan Catherine terasa begitu berbeda dari ciuman-ciuman yang pernah dilakukannya dengan wanita lain. Tetapi, ayolah Alex! Sudah berapa wanita yang kau cium dalam hidupmu ini yang bahkan lebih panas dan lebih menggairahkan dari pada ciuman singkat yang beberapa jam lalu kau lakukan dengan Catherine? Namun, jika begitu, mengapa ciuman itu bahkan sungguh sulit kau hapuskan dari ingatanmu?

Tanpa terasa, sudut bibirnya membentuk lengkungan manis yang sangat jarang Alex lakukan. Mengingat bagaimana rasa bibir Catherine di bibirnya, membuatnya tersenyum. Rasa manis dan menyenangkan itu seketika menjadi candu baru untuknya. Namun, seketika itu juga ia menggeleng tidak setuju. Tidak, dia tidak dapat berpikiran seperti itu. Ia tidak dapat mengembangkan perasaan-perasaan anehnya ini pada Catherine. Semua akan kacau jika ia melakukannya.

Ingatan akan raut wajah penuh kesakitan yang Ibunya tampilkan ketika mereka bertemu Ayahnya tadi membuat Alex kembali memikirkan bagaimana mencintai seseorang dapat memberi dampak kesakitan yang sedemikian rupa. Cinta? Apa ia mencintai Catherine? Tidak! Tentu tidak, tetapi apa pun itu, hal apa pun yang membuatnya merasa nyaman dengan Catherine, termasuk perasaan aneh yang tidak dapat dijelaskannya itu, harus segera dihentikan, apa pun dan bagaimana pun caranya, ia akan melakukannya.

Suara ketukan pintu menyadarkan Alex dari pikiran-pikiran yang sudah membebaninya sejak tadi. Ia melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar kecil, kemudian berjalan ke arah suara ketukan pintu itu berasal untuk selanjutnya menyambut siapa pun yang sekarang sedang berdiri di depan sana.

Setelah pertemuan tidak menyenangkannya dengan Ayahnya, Alex merasa perlu menenangkan dirinya, ia kemudian memutuskan untuk pergi ke pondok ini dan beristirahat sejenak. Oh, setelah ini ia harus segera berterima kasih kepada Niall karena telah menawarkan pondok ini kepadanya, membuatnya tidak perlu repot untuk menemukan tempat nyaman yang dapat membuatnya merasa tenang seperti ini. Namun, sebuah momen lucu terjadi padanya sebelum menemukan pondok ini. Momen lucu di mana dirinya yang sejak kemarin merasa begitu kesal dan tidak nyaman dengan keberadaan Samuel, tiba-tiba saja menerima tawarannya untuk membantunya sampai ke pondok ini. Yah, mau bagaimana lagi ketika Alex tidak mengetahui seluk beluk tempat ini sementara hanya pilihan itu yang dapat dipilih untuk menemukan keberadaan pondok itu?

Walaupun pondok yang dibangun terpisah dari bangunan panti asuhan itu terlihat cukup tua, tetapi desain klasiknya membuat bangunan itu nampak begitu indah. Dan Alex merasa begitu menyesal karena sebelumnya ia tidak menyadari keberadaan pondok ini.

Berbeda dengan Alex yang memilih untuk beristirahat di pondok, Catherine memutuskan untuk menikmati waktunya sejenak bersama teman-temannya. Entahlah, apa yang mereka lakukan, tetapi yang Alex ketahui, mereka, Catherine dan Niall memutuskan untuk pergi ke balik panggung dan menemui seorang wanita yang bernyanyi di atas panggung untuk mereka sebelumnya.

Langkah Alex telah sampai di depan pintu pondok, ia kemudian menarik handel pintu dan menemukan Mr. Chloe sudah berdiri di hadapannya.

"Masuklah, Henry." Ujar Alex mempersilahkan Mr. Chloe atau yang biasa dipanggilnya dengan nama depannya itu, Henry, untuk masuk dan duduk di sebuah kursi kayu sederhana yang tersedia di pondok yang dihuninya itu.

Unexpected Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang