part 6

912 77 1
                                    

Qinata sedang duduk di sofa tempat para pekerja beristirahat, matanya terpejam tetapi ia tak tidur.

"Nat pengunjung makin rame kita kewalahan, tolong dong anterin ini
ke meja nomor 4" ucap Ana membuat Qinata membuka mata.

Qinata berdiri lalu mengambil nampan yang disodorkan Ana. Ia berjalan menuju meja tersebut.

"Selamat menikmati" ucap Qinata ramah sambil tersenyum kepada sepasang suami istri itu, tak lupa tangannya menyodorkan hidangan-hidangan yang ada pada nampan tersebut.

"Ta?" panggil seorang lelaki dikursi depan pasangan suami istri itu.

Qinata menoleh kemudian melotot.

"Kamu kenal bang?" tanya wanita paruh baya di depannya.

"Cewek abang" jawabnya santai sambil tersenyum lebar kepada Qinata.

" Buk-

"Ya ampun duduk nak duduk" potong wanita paruh baya itu dengan semangat.

Baru saja mulutnya terbuka ingin mengatakan yang sebenarnya, tangannya ditarik oleh lelaki itu kemudian mendudukan Qinata dikursi sampingnya.

"Jadi nak nama kamu siapa?" tanya wanita paruh baya itu.

"Qinata, tante" jawabnya sambil tersenyum sedangkan giginya menggeretuk.

Bagaimana tidak kesal, tangan kiri lelaki itu dengan seenak jidatnya menggenggam tangan kanan Qinata.

"Saya tiara mamanya Alfaro. Jangan tante dong, mama aja kayak Alfaro" ucap wanita itu lembut.

Qinata hanya mengangguk dan tersenyum.

"Udah berapa lama deketnya?" tanya mama Alfaro.

"Belum lama ma" jawab Alfaro.

"Mama gak nanya kamu Al" desis mamanya.

"Al kan cuma bantuin nata jawab" ucap Alfaro santai.

"Papa gak dikenalin?" tanya pria paruh baya itu tiba-tiba.

"Mama lupa" jawab mama Alfaro diakhiri dengan cengiran.

"Ini papa nya alfaro" ucap mama alfaro kepada Qinata.

"Saya Adhitama" ucap papa alfaro sambil mengulurkan tangannya.

"Qinata om eh.. pa" Jawab Qinata membalas uluran tangan papanya Alfaro.

"Udah gak usah lama-lama" desis Alfaro sambil menarik tangan Qinata lalu menggenggamnya.

"Posesif amat"

Sedangkan Tiara hanya tersenyum penuh arti melihat Alfaro.

"Kamu kerja nak?" tanya Adhitama.

"Enggak pa, kebetulan ini cafe punya bunda. Nata cuma bantu-bantu doang disini" jawab Qinata.

"gak salah Al nyari menantu buat mama" terang Tiara sambil tersenyum hangat.

Qinata hampir saja tersedak air liurnya dengan ucapan frontal itu.

"Terbukti kan apa yang ada di surat tadi siang" bisik Alfaro pada Qinata dengan senyum kemenangan.

"Your head" desis Qinata.

Qinata mengalihkan pandangannya ke arah pintu dapur, disana berdiri Ana yang sedang melambaikan tangannya menyuruh Qinata mendatanginya sambil mengangkat nampan di tangannya. Qinata mengangguk mengerti.

"Eumm ma, pa, maaf yah Nata gak bisa lama-lama soalnya pelanggan lagi ramai" ucap Qinata tak enak.

"Ehh gak papa kok nata" jawab Tiara lembut.

"Yaudah permisi, sekali lagi nata minta maaf" pamitnya kemudian berdiri dari tempat duduk hendak melangkah namun Alfaro menahan tangannya kemudian ikut berdiri. Mendekatkan wajahnya tepat ditelinga Qinata.

"Calon istri gue jangan sampe kecapean yah" bisik Alfaro tulus kemudian mengelus rambut Qinata lembut.

Tubuh Qinata menegang, matanya menatap alfaro lekat.

" dih pake elus2!! tu tangan banyak bakterinya woyyy" pikiran Qinata berseru.

"Kok gue baper sih" seru hati Qinata.

Qinata reflek menggeleng-gelengkan kepalanya dengan apa yang dikatakan otak dan hatinya. Tetapi matanya tak lepas dari mata Alfaro.

"I-iya" ucap Qinata setengah sadar.

"Mulutttttttt!!" jeritnya dalam hati.

Senyum alfaro semakin lebar.

"Gue ke dapur dulu" ucap Qinata cepat lalu meninggalkan meja itu dengan langkah terburu-buru.

Tanpa ia sadari, Alfaro, mama dan papa nya terkekeh pelan dengan tingkahnya.

Sampai didapur, Qinata tak henti-hentinya  mengerutu sambil menepuk nepuk mulutnya pelan karena ucapan diluar kesadarannya tadi.

***

komitmen!(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang