Part 26

586 43 0
                                        


Happy reading...

***

Kehadiran Roni memang cobaan untuk hubungan Alfaro dan Qinata- lebih tepatnya untuk Alfaro sendiri yang berusaha menahan kepalan tangannya menghantam wajah Roni saat anak itu selalu ada dimana pun ia dan Qinata berada.
Jelangkung! sebutan Alfaro untuk anak itu.

kekesalannya semakin bertambah disaat pertemuan tersebut, Roni memaksa bergabung dengan alasan hanya pergi sendiri. otak jahat Alfaro berfikir bahwa itu hanya bualan semata- sudah pasti pertemuan yang katanya kebetulan itu telah direncanakan. Alfaro sangat yakin!

pertemuan ketiga ini- di rumah makan dekat sekolah mereka. sebelumnya, yaitu Rooftop sekolah dan cafe bunda Qinata. lagi dan lagi kata yang diucapkan Roni adalah 'wah kebetulan'.

Alfaro mendelik kesal sedangkan Qinata hanya tersenyum tipis.

dengan tidak sopannya, Roni mendudukan bokongnya dikursi samping Alfaro tanpa meminta izin.

"Siapa yang nyuruh lo duduk?" ketus Alfaro dengan menatap sinis Roni disampingnya.

Tatapan bingung yang pantas Alfaro sebut dengan 'dongo' Roni tampilkan.

"emang gw babu lo yang setiap ngapa-ngapain harus nunggu disuruh dulu?"

satu tangan Alfaro dibawah meja mengepal kuat.
jika dia tak ingat bahwa dia lelaki sejati, sudah pasti wajah menjengkelkan Roni tak lagi berbentuk.

"ta, besok malam jadi kan?" Qinata hanya mengangguk menjawab pertanyaan Roni.

mata Alfaro memicing curiga menatap Qinata yang sedang menaikkan sebelah alisnya.
kepalan tangannya semakin kuat, bahkan tangan kanan yang memegang sendok ikut mengepal.

"Mau apa?" nada dingin dan datar membuat Qinata sendiri menelan ludah susah payah- tenggorokannya pun terasa kering. tetapi raut wajahnya tetap terlihat santai.

"Ada sedikit keperluan" sahutnya.

"keperluan kayak apa yang sampe disembunyiin dari gw?" pertanyaan terus dilayangkan oleh Alfaro dengan nada yang sama.

"Lo gak perlu tau" Qinata menendang kaki Roni dibawah meja saat celetukkan lelaki tersebut sama saja membangunkan beruang kutub yang kelaparan.

sebelum Alfaro melakukan sesuatu yang semakin memperumit masalah, Qinata menyentuh punggung tangan Alfaro yang memegang sendok.
tak disangka tangan Qinata ditepis begitu saja

raut wajah terkejut Qinata tak bisa disembunyikan. rupanya kemarahan Alfaro saat ini benar-benar besar.

"jawab gw?!" Sentak alfaro dengan nada tinggi penuh emosi. Qinata terlonjak mendengarnya, ini kali pertama ia mendengar Alfaro membentaknya bahkan didepan umum. beberapa orang juga dengan terang-terangan melihat sumber kegaduhan disana.

"Gw gak bisa jawab" gumaman Qinata terdengar jelas ditelinga Alfaro.

Alfaro tertawa sinis tetapi sedikit terdengar miris.
Ia berdiri dan meletakkan uang lima puluh ribu dimeja- lalu pergi begitu saja dengan rasa kecewa yang ia pikul. setumpuk pertanyaan terus berputar dikepalanya- keperluan apa sampai Alfaro tidak boleh mengetahuinya?.

jantungnya terasa seperti di remas-remas dengan kuat- rasa sesak terus menjalar.
semua perasaannya ia luapkan dengan mengendarai motor- menarik gas nya dengan sekencang- kencangnya.

Qinata yang tidak sempat mengejar hanya mematung menatap motor hitam itu yang melesat dengan kencang. pandangannya sedikit buram karena air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

disamping Qinata- Roni mengusap bahu Qinata pelan- menenangkan.

"Apa gw akhiri aja?" lirih Qinata dengan suara bergetar.

"sayang dong, kita udah sejauh ini ta" helaan nafas kasar terdengar dari mulut Roni.

Bahu Qinata bergetar dengan isakan kecil yang terdengar memilukan.

"Tapi gw sakit liat dia kecewa"

Roni tersenyum tipis mendengarnya.

"Sedikit lagi" tegasnya.

***

Qinata menatap ponselnya dengan sendu.
biasanya notifikasi terus terdengar menampilkan nama kontak Alfaro.deretan pesan tak berguna pun selalu ia terima dari lelaki itu

sekarang? satu pesan saja tidak ada.
bahkan panggilan teleponnya pun tak pernah diangkat. waktu sudah larut malam, dan satu pesan serta panggilannya tak pernah mendapatkan jawaban.

satu notifikasi terdengar. Qinata menghela nafas lesu saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Naya- adik Alfaro.

Qinata menghela nafas lega saat membaca pesan itu. Naya memberitahunya- bahwa Alfaro telah pulang dengan selamat. tetapi wajahnya terlihat seperti frustasi. Qinata hanya membalas pesan itu dengan mengucapkan terima kasih dan meminta tolong kepada naya untuk selalu memantau dan memberitahunya keadaan Alfaro.

sebelum memejamkan mata, Qinata berdoa semoga semuanya  selesai diwaktu itu.

***

Seorang lelaki berjalan di koridor kelas XI IPA dengan penampilan kacau. terlihat lingkaran hitam dimatanya menandakan bahwa ia kekurangan tidur atau memang tidak tidur?.
seragam yang biasanya rapih, sekarang terlihat sangat berantakan. mayat hidup sepertinya lebih pantas mendeskripsikan lelaki itu. Afaro

Qinata yang melihat Alfaro melewatinya begitu saja tanpa menatapnya, merasakan sesuatu didadanya yang benar-benar remuk. Alfaro yang selalu menebar senyuman lebar penuh kekonyolan kepadanya, sekarang menatapnya pun enggan. Qinata benar-benar sudah tidak kuat.

saat kakinya melangkah hendak mengejar Alfaro, tangannya dicekal oleh Bella. ia menggelengkan kepalanya pelan bermaksud memberitahu Qinata untuk tidak berperilaku demikian.

mata Qinata berkaca-kaca- sungguh ia benar-benar lemah melihat Alfaro sekacau itu. hatinya sakit!

"Gw gak kuat, bell" Bella segera memeluk Qinata. ia juga mengerti bagaimana perasaan Qinata saat ini- semuanya memang diluar dugaan.

"Semuanya bakalan segera berakhir, malam ini Roni bakalan kerumah lo".

.oOo.

Gimana?

ada yang ikutan potek gak?

monmaap aja nih yah kalo cerita gw alurnya bener- bener berantakan banget.
oh iya gw juga minta maaf udah gantung cerita ini lama banget ya kan? yahh semangat gw mulai menurun karena kurangnya vote selama beberapa minggu ini. tapi berkat beberapa temen gw yang emang setia nungguin kelanjutannya, gw gas lagi deh:v

jadi gw cuma pengen ngasih tau aja
kalo vote, comment dan kritil serta saran kalian itu bener-bener berarti buat gw:)
bye! see you next part:)


komitmen!(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang