Tidak jauh dari tempat mereka, Alfaro berdiri sambil memegang botol minuman dengan sorot matanya tertuju pada pemandangan didepannya. Ia tersenyum miris, betapa berbedanya sifat Qinata saat ini. Hanya satu kata yang dapat mendeskripsikannya. Ceria!
Alfaro berfikir, Apakah ia harus menyerah dengan sifat Qinata yang seperti menolak akan kehadirannya? dia menggeleng-gelengkan kepalanya tak setuju dengan pikirannya.
Oh ayolah Al ini baru permulaan! hatinya bertekad.
Alfaro sama sekali tidak menyesal pergi ke taman ini. Semangatnya makin bertambah melihat wajah segar Qinata yang dihiasi dengan senyuman lebar yang menampakkan lesung pipi nya itu .Seakan menular, Alfaro juga ikut menarik kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan tipis.
***
Senin, upacara bendera.Mata seorang gadis terfokus pada objek didepannya. Entah kenapa Qinata sulit melepas pandangannya walaupun otaknya menolak.
seorang Alfaro Adhitama adalah objek yang membuat Qinata fokus tanpa berkedip. Entahlah hari ini rekor pertama Alfaro berada dibarisan siswa-siswa yang melanggar aturan seperti tidak memakai atribut dan terlambat.
Qinata yakin Alfaro berada di opsi yang kedua. Karena setelah ia telusuri dari atas sampai bawah semua atributnya lengkap.
Mata Qinata beralih pada peluh di dahi Alfaro yang sedikit mengernyit. Berusaha menghalau sinar matahari yang lumayan menyengat sedikit tertutupi oleh rambutnya.
Pandangan Qinata kemudian turun ke alis yang lumayan tebal dengan garis mata yang hampir menempel dengan alis itu. Sorot matanya tajam seperti biasa.
hidung yang lumayan mancung dengan bibir bawah tebal berwarna alami. Tingginya yang Qinata perkirakan sekitar 175. Soal fisik Alfaro mendekati sempurna.Pandangan Qinata naik ke wajah Alfaro lagi. Tepat dimata Alfaro. Qinata tertangkap basah! lelaki itu balik menatapnya.
Alfaro menaikkan sebelah alisnya dengan senyum miring dibibirnya. Lantas Qinata Langsung membuang muka ke arah lain dengan rasa gugup dan malu secara bersamaan.
"SHITT!!" umpat Qinata
"Nata muka lo ko kayak ketauan abis maling ayam?" celetuk Bella. Sontak beberapa orang mengalihkan pandangannya kepada Qinata.
DOUBLE SHIT!! batin Qinata menjerit.
Alfaro mati-matian menahan tawanya melihat Qinata yang salah tingkah.
*
Qinata menghela nafas panjang berdiri di ambang pintu kantin bersama dengan Bella. Kantin Hari ini Begitu pengap.
"Rame Ta" Bella mengerucutkan bibirnya.
"Gue juga liat" Qinata memutar bola matanya malas.
"Delivery neng?" tanya seseorang dibelakang mereka.
dengan kompak mereka berdua menoleh ke belakang.
Putra, menaik turunkan alisnya dengan senyum manis.
"Najis Lo," sinis Bella dengan ekspresi jijik.
"Gue kan cuma nawarin, lumayan mumpung ada jasa delivery nih," ucap Putra dengan ekspresi yang sama.
Qinata dan Bella saling tatap, seolah sedang melakukan telepati. Keduanya lalu kompak mengangguk.
"Boleh deh gue sama Qinata mau roti sama jus alpukat." Bella mengangkat dagu nya angkuh sambil melipat tangannya didepan dada.
"Sana!" kesal Qinata melihat Putra yang masih belum bergerak.
"Sana!" seru Putra sambil mendorong bahu Alan yang sedari tadi hanya diam mendengarkan.
Qinata dan Bella mengernyit bingung.
"Ko jadi gue sih?!" sewot Alan.
"dari tadi kan maksud gue jasa delivery itu kan lo" jawab Putra enteng.
"lo kan yang nawarin!" Alan masih membela diri.
"udah deh Put lo yang beliin makanan sana lo kan yang tadi nawarin," Qinata jengah dengan pertengkaran mulut kedua lelaki itu.
"sana husshh!" Bella mendorong putra lumayan keras sehingga mampu membuat keseimbangan putra hampir hilang.
putra berjalan dengan mencebikan bibir sambil sesekali menggerutu.
"Putra nanti anterin ke kelas gue yah!" teriak Bella nyaring lalu menyeret Qinata untuk mengikuti langkahnya.
"Ko cogan ditinggal sih," gerutu Alan lalu melangkah ke lapangan menemui Alfaro yang sedang sibuk menyapu karena hukumannya yang terlambat tadi pagi.
"mana minumannya?" tanya alfaro.
Alan menepuk dahinya pelan.
dia lupa gara-gara Putra yang amat sangat-arrrgghh Alan benar-benar tak habis pikir dengan tingkah laku sahabatnya itu yang diatas batas normal manusia.Alan hanya menyengir sambil mengangkat jari telunjuk dan tengahnya.
Alfaro menghela nafas lesu.
baru saja ia menyelesaikan hukuman dan tenggorokannya yang kering butuh air.
Tak lama putra datang dengan 1 botol air minum ditangannya. Nafasnya terengah-engah akibat lari. Ia memberikan botol tersebut kepada Alfaro lalu ikut mendudukan bokongnya di kursi samping lelaki itu.
"Lama amat lo untung si Al gak mati kehausan" celetuk Alan saat Putra mulai bernafas dengan normal.
"itu 2 kurcaci malah nyuruh gue buat beliin air mineral itu" tunjuk putra pada botol air yang dipegang alfaro.
Allfaro dan Alan mengerutkan dahinya bingung.
"ehh giliran gue kasih tuh air malah disuruh kasih ke lo aja sama si Nanat" tambah Putra dengan ekspresi heboh.
"Nanat?" tanya Alfaro makin dibuat bingung.
"Ck! mksd gue si Nata," jelas Putra.
"Qinata?" batin alfaro bertanya.
seulas senyum tercetak dibibir alfaro.
"nih anak kenapa senyum-senyum?" tanya Putra pada Alan melihat perubahan ekspresi wajah Alfaro.
tangan Alan terulur menyentuh dahi Alfaro.
"Sehat kok," jawab Alan polos.
"Gue duluan," ucap Alfaro dengan senyum yang masih tercetak di bibirnya. Ia beranjak dari tempat duduk lalu melangkah meninggalkan mereka berdua yang sama-sama melongo.
jangan lupa vote yah guys:)
KAMU SEDANG MEMBACA
komitmen!(COMPLETED)
Novela Juvenil"Terus kalo lo juga bosen sama gue, lo bakal minta putus?!" Alfaro mengangkat wajahnya lalu menggeleng cepat. "Enggak lah! gue bakalan minta nikah, bukan putus" tegas Alfaro. Qinata merasakan panas di pipinya. masa gini doang udah merah, ambyar bang...