part 7

910 69 4
                                    

Udara sabtu pagi ini sangat dingin, sinar matahari dengan malu-malunya menembus tirai kamar bernuansa abu-abu itu. Seorang gadis nampak duduk bersandar dikasurnya dengan selimut yang masih menggulung tubuhnya. Tak lupa laptop yang menyala di pangkuannya serta rambut acak-acakan dan lingkaran hitam dibawah matanya yang sembab. Sangat mengenaskan!

Tok tok tok

Suara ketukan pintu, ralat lebih tepatnya gedoran pintu membuat Qinata kembali ke alam nyatanya. Tayangan drakor pada laptopnya terpaksa ia hentikan, kakinya perlahan menuruni kasur menyentuh lantai yang lumayan dingin. Ia berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Lama banget sih gembel," ketus seorang gadis saat Qinata membuka pintunya. Dia Ana.

"Cantik gini lo bilang gembel?!" sewot Qinata melotot.

"Ngaca dulu sana! awas awas awas!" ucap Ana sambil mendorong Qinata dan berjalan masuk kedalam kamar.

"Ngapain sih lo pagi-pagi udah rusuh di rumah gue?!" tanya Qinata kesal.

"Niat gue tuh baik tau mau ngajak lo joging," jawab Ana dengan tersenyum bangga sambil jari-jari nya bergerak lincah memainkan kursor laptop Qinata.

"Mana ada joging jam setengah enam. ck! ini lagi apa-apaan sih tangan! drakor gue belum selesai ditonton itu" decak Qinata benar-benar kesal.

"Drakor mulu yang lo pantengin, nyari cowok sana biar ada yang ngucapin selamat tidur supaya lo tau kapan itu malem" Tangan Ana sekarang berpindah ke jejeran novel yang ada di rak sebelah ranjang Qinata.

Qinata hanya mendengus sebal kemudian menaiki kasurnya lalu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Matanya butuh istirahat!

"Gue ngajak lo joging, bukan nyuruh tidur!"
Ana menarik paksa selimut Qinata.

"Libur dulu yah, gue mau tidur" Qinata masih memejamkan mata.

"Bangun gak!" Ana bahkan sudah sekuat tenaga menarik selimut itu.

"Nggak" lirih Qinata benar-benar diambang antara sadar dan tidak.

"Bangun atau semua drakor lo ini gue hapus?"ancam Ana dengan senyum kebanggaan.

Seketika Qinata langsung beranjak dengan terburu-buru sambil mengambil laptopnya lalu memeluknya.

Ana bergidik ngeri melihat kelakuan adik sepupunya itu.
"Bener2 gila" batinnya.


***

Dan disinilah akhirnya Qinata berada,ditaman kota yang lumayan ramai oleh orang-orang  yang peduli kesehatan. Ana sedang meluruskan kakinya sambil sesekali mengelap peluh di dahi serta lehernya. Disamping Ana, Qinata sesekali menguap sambil menyandarkan punggungnya dikursi panjang itu.

"Yang jual minum jauh banget" ucap Ana sambil mengerucutkan bibirnya.

"Tungguin aja" timpal Qinata masih dengan posisi yang sama.

"Emangnya itu penjual minum asongan apa" sewot Ana.

Qinata hanya mengangkat bahunya acuh lalu menegakkan punggungnya. Ia mengedarkan pandangan tak lama, senyum lebar terukir dibibirnya kemudian menarik tangan Ana tanpa persetujuan membuat sang korban memekik kaget.

"Mau kemana sih?! yang jual minum tuh disana" kesal Ana yang tidak mendapatkan sahutan apapun dari Qinata.

Langkah Mereka terhenti didepan gerobak bubur ayam.

Ana melongo disusul dengan melotot ke arah Qinata.

"Gue haus bukan laper!"  Sungguh dipagi ini Ana benar-benar  dan sangat-sangat diuji kesabaran oleh Qinata yang oon ini.

"Gue laper bukan haus" timpal Qinata dengan santai.

"Mang satu mangkok" ucap Qinata memesan setelah duduk di kursi plastik yang disediakan. Kebetulan hanya ada beberapa orang saja yang sedang menikmati bubur ayam itu.

"Dua mangkok!" Sela Ana masih dengan nada ketus.

"Katanya gak laper" desis Qinata.

"Tiga mangkok" seru seseorang disamping Ana.

Mereka berdua langsung menoleh ke arah asal suara itu. Ana memekik tertahan sedangkan Qinata melongo melihat lelaki itu.

"Itu kan cogan yang kemaren pagi nabrak gue" pikir Qinata.

"Iihhh ka rion sexy banget sih keringetan gitu!" Pekik Ana dalam hati.

"H--hai! Kalian murid AHS kan kalo gak salah?" Tanya rion dengan kaku, gugup diperhatikan seperti itu.

Mereka kompak mengangguk.

"Gue Rion" ucap nya memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan.

Qinata dan Ana saling memandang kemudian dengan berebut menjabat tangan Rion.

"Riana kak" dengan tersenyum malu-malu sambil menjabat tangan Rion.

"Udah jangan lama-lama nanti tangannya kak rion korengan" desis Qinata sambil memukul tangan Ana.

"Qinata lutfiya, just call me nata" sekarang giliran Qinata yang menjabat tangan Rion.

"Eh-hehe salam kenal yah" kekeh Rion kaku.

"Joging ya kak?" Tanya Ana basa-basi.

"Yakali nyabe" ucap Qinata sinis.
Kesal dengan perkataan Ana yang tidak masuk akal sama sekali.

Ana menyikut perut Qinata dengan keras tetapi senyum manis tetap terukir dibibirnya. Qinata mengaduh kesakitan lalu menginjak kaki Ana dengan keras.

"Sakit anj--astagfirullah!"
Hampir saja na mengumpat jika ia tak menyadari bahwa ada sosok cogan di sampingnya.

"Hampirrrrr!"  Jerit batinnya.

Qinata berdecih. Jijik dengan topeng yang digunakan ana. Dasar muka dua!
Bagaimana tidak, ana yang setiap hari jam menit bahkan detik selalu berkata dengan nada tinggi,sekarang berubah menjadi putri keraton yang berkata selalu dijaga dengan senyum manis yang menghiasi wajahnya saat mengobrol dengan rion.

komitmen!(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang