seorang lelaki tengah duduk didalam mobil tepat dikursi bagian kemudi. Berulang kali menghembuskan nafas kasar dengan mata yang terus tertuju menatap gerbang. Kaki serta tangan yang tak berhenti bergerak menandakan bahwa ia sedang diliputi perasaan...Khawatir
Dia Alfaro. Sejak kemarin sore perasaan khawatir tak pernah hilang sedikitpun.
bahkan saat ini ia masih dirundung kekhawatiran itu. yang ia mau saat ini hanya satu, melihat gadis penyebab rasa khawatirnya ada dengan keadaan sehat.
jika dipikir-pikir memang terlalu berlebihan, tetapi memang ini kenyataannya. Alfaro terlalu perasa.
para siswa-siswi mulai ramai berdatangan,tetapi gadis itu belum juga terlihat. mata alfaro bergerak gelisah dengan sesekali melihat jam yang melingkar ditangannya.
saat matanya kembali tertuju ke gerbang ia menghembuskan nafas lega. melihat gadis itu tampak sehat dengan sepeda yang sedang dituntunnya tak lupa gaya rambut yang sedikit dirubah dari hari biasanya.yaitu diikat ekor kuda tetapi lebih tinggi sehingga menampakkan leher jenjangnya yang putih mulus.
setelah hampir setengah jam alfaro didalam mobil, akhirnya ia keluar. matanya masih memperhatikan gadis itu yang menuju parkiran kendaraan roda dua.
hatinya ingin bergerak mendekati,meminta maaf karena telah meninggalkannya kemarin serta menanyakan keadaannya. tetapi rasa gengsi dan egois nya mengingat kebersamaan Gadis itu dengan lelaki lain membuatnya semakin bimbang.
kakinya berjalan memasuki gedung sekolah.
tepat ditangga pertama yang ia pijak, Qinata berjalan sejajar dengannya.
keduanya di selimuti ke gugupan.
setelah berada di pijakan terakhir, Qinata berhenti. membiarkan Alfaro mendahuluinya.
Qinata menghela nafas panjang.
ia yang harus mengalah.setengah berlari untuk menghampiri Alfaro.
"Alfaro!" seru Qinata.
Alfaro berhenti tanpa menoleh kebelakang.
jujur saja, jantungnya saat ini berdetak sangat kencang.Qinata berhenti di hadapan alfaro dengan mengatur nafasnya yang sedikit tidak teratur.
ia menggigit bibir bawahnya. gugup
"euumm sorry yah kemaren gue terlalu kebawa emosi" ucap Qinataalfaro diam. dahi nya mengernyit,vmatanya menatap Qinata lekat.
beberapa pertanyaan muncul di kepalanya.suaranya?
Qinata flu?
apa kemarin ia kehujanan?
perasaan khawatir kemarin?
Alfaro masih diam dengan pikiran yang berkecamuk.
"lo masih marah?" tanya Qinata. Ia bingung dengan diam nya Alfaro.
telapak tangan alfaro terulur menyentuh dahi Qinata. sedikit hangat .pikirnya
Qinata tersentak kaget.
"UKS!" ujar Alfaro tak terbantah.
Qinata mengernyit bingung.
"ck! lo kalo ngomong yang jelas dikit napa gue bener-bener pusing"
mendengar kata 'pusing' alfaro menarik tangan Qinata.
Qinata makin dibuat bingung.
"eh lo mau bawa gue kemana?! kelas gue lewat itu!"
Qinata terus meronta mencoba melepaskan cekalan tangan alfaro yang semakin ia meronta malah semakin erat. Ia pasrah dengan mulut yang tak berhentinya menggerutu.
koridor kelas 11 IPA mereka lewati.
banyak pasang mata yang terang-terangan melihat mereka.
tepat di koridor 11 IPS alfaro berbelok dengan tangan yang masih setia mencekal pergelangan tangan Qinata."kelakuan lo bikin gue tambah pusing!" bibir Qinata mengerucut sebal.
langkah Alfaro semakin cepat.
lalu berhenti di depan pintu UKS. membuka pintunya dengan kasar.tangannya kali ini menarik Qinata lembut menuntun untuk duduk di brankar.
sumpah Qinata benar-benar sangat kesal dengan lelaki didepannya ini. yang membuat Qinata menjadi seperti orang bodoh.
Qinata mengusap wajahnya kasar.
"bisa dijelasin ini maksudnya apaan?"
nada bicaranya lembut tetapi penuh penekanan.alis Alfaro terangat satu keatas.
"pusing kan? tidur!"Qinata melotot. ia lantas turun dari brankar
menatap Alfaro dengan ekspresi horor.kali ini Qinata yang menuntun Alfaro duduk di brankar. alfaro mengernyit bingung.
"Lo teler kan?! tidur!" sentak Qinata. berlalu pergi meninggalkan UKS sambil memijit pelipisnya yang berdenyut akibat kelakuan aneh alfaro.
meninggalkan Alfaro yang melongo.
Niat alfaro kan baik, kenapa jadi ia yang dimarahi.
♡♡♡♡♡
Jam kosong sedang dinikmati oleh Kelas Qinata.
maka tak heran jika kelas ini begitu berisik dengan beragam aktifitas penghuninya.Qinata sendiri saat ini sedang mendengarkan bella berceloteh penuh emosi mengungkapkan unek-unek nya saat bertemu musuh abadinya.
siapa lagi kalo bukan Putra!
ternyata Bella dan putra memang selalu satu sekolah sejak Sekolah dasar sampai saat ini.
syukur Alhamdulillah Bella panjatkan Karena Saat SMA mereka tidak sekelas.
Rupanya Perdebatan dan pertengkaran mereka dimulai saat kelas 5 SD. saat itu, awal tahun pelajaran baru sudah biasa setiap kelas melakukan pemilihan organisasi kelas.
Putra terpilih menjadi ketua kelas.
sedangkan bella tidak mencalonkan menjadi pengurus kelas hanya menjadi anggota.
setelah jabatan itu melekat pada putra membuat ia menjadi sering mengganggu bella yang selalu Tidur dikelas. ketua yang baik memang
tapi bella benar-benar kesal karena bukan hanya sedang tidur ia di ganggu oleh putra. tetapi dirumah juga.
dengan Bertetangga membuat putra semakin memiliki akses bebas mengganggunya.
putra yang selalu mengacak-acak barbie nya dengan mencopot kepala,tangan, dan kaki barbie tersebut.
putra yang selalu mengadu kepada mama nya saat Bella sering tidur dikelas.
putra yang selalu menjahili bella dengan berbagai cerita seram.
semua itu membuat bella kesal setengah mati sampai sekarang!
Qinata menanggapi cerita masa kecil Bella sesekali tertawa dan mengusap punggung bella saat emosi nya keluar lagi.
bel pulang berbunyi membuat bella menghentikan ceritanya. lantas semua murid di kelasnya berhamburan keluar.
Saat perjalanan ke parkiran pun bella masih belum menyelesaikan cerita nya.
entahlah Qinata tidak tau sampai mana cerita nya hambis jika sampai sekarang mereka masih seperti dulu.
__________________
Thanks buat yang udah baca!
jangan lupa tinggalkan jejak okeh!terima kasih:*

KAMU SEDANG MEMBACA
komitmen!(COMPLETED)
Fiksi Remaja"Terus kalo lo juga bosen sama gue, lo bakal minta putus?!" Alfaro mengangkat wajahnya lalu menggeleng cepat. "Enggak lah! gue bakalan minta nikah, bukan putus" tegas Alfaro. Qinata merasakan panas di pipinya. masa gini doang udah merah, ambyar bang...