happy reading...
vote
vote
vote.......
"Ta, lo gak ada niat buat nyari tau siapa pelaku teror itu?"
langkah Qinata terhenti.
ia memutar badannya menghadap Bella disampingnya."lambat laun juga dia pasti cape"
Bella melotot mendengar jawaban santai Qinata.
Anak ini selalu lengket dengan sifat tidak pedulinya. pikiran Bella bergerutu."Tapi ini menyangkut nyawa lo sendiri ta!" Bella mengangkat tangan kiri Qinata yang menampakkan bekas beberaps goresan ditelapak tangannya.
"Liat! ini udah ngebuktiin kalo dia bener-bener niat buat celakain lo!"
Qinata menghembuskan nafas panjang.
"Masalahnya bell, gak ada petunjuk buat ngungkap siapa si dia ini"
"CCTV?" tanya Bella.
Qinata menggeleng lemah.
"Sekolah ini terlalu menghargai privasi murid-muridnya, CCTV cuma dipasang di Lab, ruang guru, serta ruangan-ruangan yang menyimpan banyak data penting. sedangkan tempat kejadian teror itu di kelas kita sama di koridor ujung, yaitu tempat loker-loker semua murid " jelas Qinata.
"Gw lupa" cicit Bella.
"tenang ajh, gw bakal berusaha keras nyari tau dia, lo mau bantu gw kan?"
Bella langsung mengangguk cepat.
bunyi klakson mobil membuat mereka berdua sedikit terlonjak kaget.
terlihat putra menyembulkan kepalanya di jendela mobil itu.
"Mau balik kagak?!" teriaknya.
"Gak usah teriak! gw masih punya kuping!" kesal Bella.
"Gw duluan ta" pamitnya kepada Qinata sambil melambaikan tangan berlari menuju kursi penumpang mobil putra.
mobil putra melesat meninggalkan gedung sekolah.
"neng!" teriakan pak tejo membuat Qinata menoleh. mendapati pak tejo yang berjalan mendekat ke arahnya.
"Kenapa pak?" tanya Qinata heran.
"bapak nemuin ini di loker neng waktu bersihin, Baru inget pas liat mukanya neng. maklum bapak udah tua sering kelupaan" pak tejo menyodorkan amplop jingga kepada Qinata.
Qinata terkekeh pelan.
"gak papa, makasih yah pak"
pak tejo mengangguk singkat.
"bapak juga makasih sama neng buat kopi sama gorengannya yang dititipin di pos satpam depan" ungkap pak tejo tulus.
"Kan nata udah janji"
"sekali lagi makasih ya neng, bapak mau lanjut bersih-bersih lagi" pamitnya.
sepeninggalan pak tejo, langkah Qinata terhenti saat seseorang memanggil namanya.
Qinata berdiri dengan kikuk melihat orang itu berjalan santai mendekat.
Qinata tersenyum kaku saat matanya bertemu dengan mata itu.
"kenapa?" tanya Qinata dengan senyum yang sama.
"Ikut gw" orang itu menarik tangan Qinata lembut, berbanding terbalik dengan nada bicaranya yang tegas tak terbantah.
senyum kaku Qinata luntur, digantikan dengan ekspresi bingung. tetapi kakinya menurut mengikuti langkah orang didepannya ini dengan tangan yang masih setia menarik Qinata.

KAMU SEDANG MEMBACA
komitmen!(COMPLETED)
Novela Juvenil"Terus kalo lo juga bosen sama gue, lo bakal minta putus?!" Alfaro mengangkat wajahnya lalu menggeleng cepat. "Enggak lah! gue bakalan minta nikah, bukan putus" tegas Alfaro. Qinata merasakan panas di pipinya. masa gini doang udah merah, ambyar bang...