Langit siang ini terlihat gelap. Semua siswa-siswi AHS nampak terburu-buru pulang untuk menghindari datangnya hujan.
tak terkecuali alfaro, ia tengah berjalan cepat kearah mobilnya. Kemudian membuka pintu mobil kemudi lalu menutupnya dengan sedikit kencang.
melempar asal tasnya kebelakang.nafasnya tak henti-henti nya memburu melihat pemandangan di dekat gerbang.dadanya sedikit...sesak!
Disana, Qinata sedang berbincang dengan Rion. Sesekali tertawa dan tersenyum manis keduanya.
Alfaro menginjak pedal gas nya dengan tidak santai.
tepat ditempat mereka ia memberhentikan mobilnya dengan membunyikan klakson berkali-kali dengan nafas yang masih memburu.
matanya menatap tajam kedepan.bunyi klakson tersebut membuat Qinata dan Rion menyingkir kemudian melanjutkan perbincangan mereka.
alfaro menjalankan mobilnya lalu berhenti disamping mereka dengan membunyikan klakson nya lagi dan lagi.
seolah terganggu mereka mengakhiri pembicaraan itu dengan rion yang pamit pergi dan menjalankan motornya meninggalkan Qinata.
Qinata dengan kekesalan yang tinggi meninggalkan sepedanya lalu menghampiri mobil yang sedari tadi mengganggunya.
tangannya terulur mengetok kaca mobil itu dengan cukup keras.
kaca mobil itu terbuka menampakkan sosok Alfaro yang memandang datar Qinata dengan satu alis terangkat.Qinata sempat terkejut. Tapi rasa kekesalannya kembali memuncak.
"maksud lo apaan dari tadi gangguin gue sama kak rion?!"
Alfaro hanya menatap Qinata dengan ekspresi yang sama. Tanpa menjawab.
Qinata makin dibuat kesal.
"gara-gara lo gue gak dapet nomor handphone nya!"
alfaro tetap diam.
"Dan gara-gara lo suara gue terbuang sia-sia cuman buat teriak-teriak ke orang yang gak punya mulut dan telinga kayak lo!" bentak Qinata.
siapa yang tidak emosi, daritadi Qinata mengomel dengan panjang lebar tetapi tidak ada satu kata pun keluar dari mulut alfaro.
DEG
jantung alfaro tertohok mendengar ucapan Qinata barusan. Ia sudah biasa mendengar kata-kata itu dari orang lain tapi mengapa saat ini rasanya..sakit
Tanpa berbicara apapun alfaro melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Ia butuh istirahat dan menenangkan pikiran dan hatinya.
Qinata tercengang melihat mobil alfaro yang berjalan menjauh dengan cepat.
"apa kata-kata gue keterlaluan?" Qinata bertanya pada dirinya sendiri.
karna menurut Qinata, Alfaro terlihat emosi saat Qinata mengatakan itu.
hujan deras datang secara tiba-tiba.
menumpahkan rintik-rintik air yang jatuh dengan keras mengguyur Qinata yang masih mematung.seolah tersadar Qinata berjalan mendekati sepedanya yang tergeletak. lantas mengayuhnya dengan lambat membiarkan air hujan mengguyurnya.
pikirannya masih tertuju kepada Alfaro.
"ko jadi gue yang ngerasa bersalah sih" batinnya.
***
kediaman alfaro,
alfaro baru saja memarkirkan mobil di halaman rumahnya. Dengan setengah berlari dan tangan kiri yang menutupi kepalanya mencoba menghindari air hujan.
memasuki rumah dengan kondisi setengah basah lalu membuka sepatunya dan menyimpannya di rak yang disediakan dekat pintu.
dalam kondisi sepatu basah, mama Alfaro selalu memperingati kedua anaknya untuk membuka sepatunya didepan pintu alasannya takut lantai nya kotor. Dan mereka pastinya menurut!
Ia berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Mamanya pasti pergi ke kantor papanya dan sang adik sudah pasti dikamarnya sedang bergelung dengan laptopnya.
setelah membersihkan badannya, Alfaro keluar kamar mandi dengan pakaian santai. Membaringkan tubuhnya dikasur.
tiba-tiba Qinata terlintas dipikirannya.
mengingat kejadian tadi membuat alfaro menghembuskan nafas panjang.alfaro menatap sekilas jendela kamarnya terlihat hujan masih turun dengan deras.
tunggu?
alfaro menatap jendela lagi.
seketika muncul rasa khawatir dihatinya.
bukankah tadi ia meninggalkan Qinata? dan Bukankah Qinata selalu Membawa sepeda kesekolah?apakah Qinata kehujanan?
apakah Qinata tahan akan air hujan?
bagaimana jika ia demam?
pikiran alfaro terus menerus bertanya.
alfaro menarik nafas lalu membuangnya perlahan berharap bisa menenangkan hati dan pikirannya. Tetapi tetap saja perasaan khawatirnya tidak menghilang.
Lelah dengan kekhawatirannya membuat alfaro perlahan menutup matanya.Ia Tidur!
2 jam berlalu.
Alfaro membuka matanya perlahan mencoba mengumpulkan kesadarannya.
setelah cukup ia berjalan gontai ke kamar mandi mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat ashar.kedua orangtua nya senantiasa mengajarkan untuk tidak meninggalkan ibadah dari kecil. Sehingga anak-anaknya terbiasa hingga saat ini.
Alfaro menggelar sejadah nya dengan pakaian koko, sarung, serta peci membungkus badannya.
Sungguh sangat menambah tingkat ketampanannya!pintu kamarnya terbuka. Menampakkan sosok mama nya. niatnya ingin mengecek Alfaro takut anaknya itu masih bergelung dikasur. Tetapi saat menyembulkan kepalanya dipintu, ia tersenyum lembut. anaknya sudah tumbuh dewasa.
lalu menutup pintunya lagi.
******
pagi hari, rumah Qinata."bun bang tio kapan balik?" tanya Qinata dengan suara yang mendengung.
kemarin saat Qinata pulang dengan hujan-hujanan, saat malam suhu tubuhnya sedikit panas disusul dengan flu.
"kamu ini, giliran abang kamu ada ribut terus eh sekarang gak ada nanyain terus"
Qinata hanya cengengesan.
bang Tio sudah 2 hari ke luar kota. Pergi bersama temannya dengan alasan liburan.
umurnya memang hanya terpaut 5 tahun dengan Qinata."hari ini gak usah sekolah yah, kamu masih sakit loh" bujuk sang bunda untuk ke beberapa kali.
"cuma flu doang bun lagian udah gak demam lagi kok" Qinata tetap kekeh.
"yaudah bunda ngalah" pasrah bunda.
Qinata tersenyum lebar.
"nata pamit bun assalamualaikum"
_____________________jangan lupa vote guys:)
ber

KAMU SEDANG MEMBACA
komitmen!(COMPLETED)
Teen Fiction"Terus kalo lo juga bosen sama gue, lo bakal minta putus?!" Alfaro mengangkat wajahnya lalu menggeleng cepat. "Enggak lah! gue bakalan minta nikah, bukan putus" tegas Alfaro. Qinata merasakan panas di pipinya. masa gini doang udah merah, ambyar bang...