London, 2011
Warna kelabu melingkupi langit London sore itu. Matahari seakan enggan menunjukkan semburat sisa sinarnya. Sambil menggendong ransel hitamnya, Radith berjalan menyusuri jalan kota London yang ramai oleh taksi hitam yang lalu lalang hingga menuju jalan kecil yang lebih sepi dari sebelumnya. Ia mencari alamat sebuah pub tempat dimana konser rahasia musisi favoritnya itu akan dilangsungkan. Setelah kira-kira setengah jam berjalan, sepertinya ia berada dalam jalur yang tepat sesuai yang ditunjukkan oleh peta dalam telepon genggamnya.
Ini adalah hari ketujuhnya jauh dari rumah. Setelah hari kelulusan SMA-nya bulan lalu, tidak seperti teman-teman sebayanya yang tengah sibuk mengurusi ujian masuk perguruan tinggi, Radith tidak menghiraukannya. Ia sama sekali tidak berniat untuk mendaftar di perguruan tinggi manapun. Ia telah memutuskan untuk menjadi seorang musisi.
Keputusannya untuk tidak melanjutkan sekolah sayangnya tidak sejalan dengan kehendak ibu dan ayahnya yang berpikir bahwa melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya layaknya orang umum adalah penting. Radith frustasi kepada kedua orang tuanya yang tidak mengerti keseriusannya untuk menekuni musik. Ia bercita-cita untuk menjadi seorang musisi sukses. Ia kesal pada kedua orang tuanya karena tidak mau mencoba mengerti keinginannya.
Perjalannya menuju London murni adalah ide spontannya. Agar orang tuanya mengijinkan dan membiayai perjalanan ini, ia lalu pura-pura berjanji untuk memikirkan kembali rencana mereka untuk memasukkan dirinya di perguruan tinggi negeri di Eropa. Selama tujuh hari ini ia tinggal menumpang di tempat tinggal adik ibunya yang tengah menyelesaikan studi masternya di London. Ia terkadang menggerutu karena lahir di keluarga yang penuh dengan orang-orang high achiever di bidang Pendidikan. Entah mengapa kemudian ia teringat akan Rama. Teman yang selama ini menjadi pasangan paling kompak dalam hal tidak mengerjakan PR dan membolos malah kemudian diterima di fakultas kedokteran universitas bergengsi di Jogja. Entah apa yang mengubah pikiran temannya itu, namun baginya ia yakin, tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi adalah keputusan terbaik untuk karirnya kedepan.
Langkah Radith kemudian terhenti di sebuah bangunan yang ia rasa adalah pub yang ia cari, nama yang terpampang di atas bangunan ini juga telah sesuai seperti yang ada dalam mailing list fanclub rahasia yang ia ikuti sejak lama. Ia harus berhasil menonton konser rahasia yang telah ia tunggu sejak kelulusan SMA nya itu.
Suara musik rock cukup keras berkumandang di ruangan yang cukup ramai oleh manusia di dalam pub yang ia masuki tersebut. Ia mengenali lagu itu, lagu yang sedang naik daun di tangga lagu billboard tahun itu. Lonely Boy oleh The Black Keys.
I'm a lonely boy.. I'm a lonely boy..
Ia kemudian memesan sebotol beer sebelum duduk di salah satu kursi kosong yang menghadap ke jendela, mempertontonkan pemandangan jalan sepi kota London sambil menikmati musik yang diputar. Ini tahun pertama secara legal dirinya bisa menikmati minuman beralkohol.
Seharusnya tidak lama lagi penampilan musisi yang ia tunggu-tunggu itu akan dimulai. Musisi yang ia kagumi itu bukanlah seorang rock star yang mudah dicari jadwal tour-nya di kota-kota besar di dunia. Ia harus membelakan diri pergi ke London hanya untuk menikmati musiknya secara live. Ia bahkan harus rela membuat sebuah janji pada orang tuanya.
Sambil menikmati musik yang diputar, ia menoleh ke arah pintu masuk ketika mendengar suara lonceng pintu terdengar. Seorang wanita yang sepertinya pernah ia lihat sebelumnya di suatu tempat masuk ke dalam pub itu sambil terburu. Gadis itu menggunakan kaos longgar dan celana jeans robek yang terlihat tak rapih di matanya. Namun kemudian yang membuatnya bingung adalah ketika menyadari saat ini wanita itu sedang berjalan mendekatinya. Matanya memandang lurus padanya, seakan mengisyaratkan sesuatu.

KAMU SEDANG MEMBACA
STRINGS
Genç Kız EdebiyatıSebuah cerita tentang pertemuan antara Radith dan seorang gadis bernama Sera. Pertemuan itu singkat namun melekat. This is not your average tale of serendipity Meeting and parting, not as simple as they might think This is my #3 writing attempts. Pl...