HULK CANTIK PUJAAN HATI

3.7K 212 212
                                    

Hai, seperti biasa ya, jangan lupa vote, komen, dan share cerita ini ke teman-teman kalian juga ya 😊

Happy reading~

"Mau kemana lo?" hadangnya menggunakan penggaris kayu saat kita baru aja keluar dari kelas.

Ebuseet! Apa yang dikatakan Guntur dan Rovan ternyata bukan main-main. Setelah bel istirahat berbunyi, Maimunah datang ke kelas gue, dan kalian tau apa yang dilakukan Maimunah? Dia dateng membawa benda keramatnya.

"Eh, ada Neng geulis. Ada apa, Neng?" sahut gue santai seraya menyuar rambut bagian depan yang sudah mulai sedikit memanjang. Padahal hati gue mulai deg-degkan ngerasa tidak enak akan sesuatu.

"Gak usah banyak bacot! Lo tau apa salah, lo, kan? Mending ikut gue sekarang, sebelum gue seret ke ruangan Pak Sutomo!" sungutnya.


"Aduh, Neng. Galak bener, jadi takut saya," jawab gue pura-pura merinding.

"Lo memang gak bisa dibilangin baik-baik, ya!" Maimunah menarik tangan gue secara paksa, bukan lagi seperti tadi pagi, sewaktu dia dorong-dorong gue menggunakan penggaris kayu.

Ajigilee~ tangannya lembut banget, coy. Coba aja nih tangan digunain buat ngelus-ngelus kepala gue, bukan buat seret gue kayak gini. Hmmm, pasti indah banget, kan?

Gue mengikuti langkah kakinya menuju ruangan Pak Sutomo. Saat tiba di ruangannya, beliau sudah berdiri di depan pintu sambil memegang buku catatan pelanggaran murid.

"Kamu lagi, kamu lagi!" ketus Pak Sutomo.

Ini mohon maaf, kenapa orang pada sensian semua sama gue hari ini? Gue jadi merasa terdzolimi.

Pak Sutomo mencatat pelanggaran yang gue lakukan tadi pagi, gue mencoba nginep sedikit catatan Pak Sutomo dari sini.

30. Terlambat datang, dan memanjat Tembok pagar belakang sekolah.

Ooo ... baru tiga puluh pelanggaran yang gue lakukan di sekolah ini. Hm ...  kira-kira, akhir semester besok, berapa banyak pelanggaran yang sudah gue lakukan di sekolah ini? Gue mencoba untuk berfikir keras.

Bagusnya, pelanggaran apalagi yang harus gue lakukan, agar Pak Sutomo dan Maimunah pusing liat kelakuan gue?

"Kenapa kamu angguk-angguk? Udah tau sekarang kesalahan kamu apa aja?" tanya Maimunah dengan sarkas.

What? Ini si Maimunah, kenapa bisa lebih galak dari pada Pak Sutomo, sih?

"Aduh Neng geulis ... jangan galak-galak atuh, nanti gak punya pacar, loh."

"Pacar, Pacar, Pacar. Belajar kamu yang bener. Udah sukses baru cari pacar." Selagi Pak Sutomo ngomong, ini buku catatan keramatnya gak berhenti-berhenti ditipukkin ke kepala gue.

Kalo gue tiba-tiba amnesia, gimana?

"Aduh, Pak! Ampun ... jangan galak-galak, Pak. Cukup Neng geulis aja yang galakin saya, Bapak jangan. Gak kuat saya, digalakkin sama Bapak," ucap gue asal ngejeplak.

"Kamu, kalo tidak saya galakin, gak ada takut dan nurutnya sama saya! sekarang kamu ikut dengan ketua kedisiplinan. Terima semua hukuman yang diberikan oleh seksi Kedisiplinan."

"Loh ... loh, kok saya malah dihukum sama mereka pak? Kan yang guru Bimbingan Konselingnya bapak?"

"Kamu tidak tahu, ya? Ada beberapa peraturan sekolah yang juga diubah sesuai dengan Visi Misi pemilihan Osis kemarin?" seru Pak Sutomo galak. Tanganya sudah mengambil alih penggaris kayu yang dari Maimunah.

"Hehehe ... enggak, Pak." gue nyengir  mengelengkan kepala.

"Jangan bilang, kamu bolos kemarin?" Gue lanjut nyengir lagi saat Pak Sutomo sudah menggakat penggarisnya.

"Ampun, Pak. Ampun ... nanti saya cari tau peraturan barunya, Pak." gue menangkat tangan dihadapan Pak Sutomo, lebih baik memasrahkan diri, daripada gue dipukul dengan penggaris kayu itu.

"Jangan cuman cari tahu saja, Peraturannya juga dipatuhi. Paham kamu?"

Gue dengan cepat mengangguk, daripada harus mendengarkan omelan Pak Sutomo yang tidak akan pernah berhenti itu.

"Mai, kamu sekarang bisa bawa Adelard, tolong kamu disiplinkan, ya, anak bandel ini."

"Baik Pak, sudah tugas saya dan anggota kedisiplinan, untuk mendisiplinkan murid-murid bandel di SMA Merdeka ini. Kalo begitu ... saya pamit bawa Ade, ya, Pak?"

"Oh, iya. Silahkan."

"Ade, sekarang kamu ikut saya ke ruangan kedisiplinan, ya."

Gue hendak menolak, namun menyurutkan niat, saat melihat Pak Sutomo melototkan matanya.

Serem banget coy! Untung aja  mata Pak Sutomo ciptaan Tuhan, kalo tidak? Hm ... gue takut mata Pak Sutomo sudah gelindingan ke bawah, saking melototnya melihat gue.

Kan horor, kalo sampai mata Pak Sutomo gelindingan ke bawah.

***

Gue mengikuti langkah Maimunah menuju ruang Osis. Sudah ada dua orang yang berada di dalam ruangan inil. Sepertinya, mereka berdua anggota kedisplinan. Mengedarkan pandangan keseluruh ruangan ini. Jiwa Prefeksionis gue seketika mencuat untuk menilai seisi ruangan ini.

Not bad, semua tertata rapi, cocok sama bidang mereka.

"Lo, lagi. Lo lagi!" gue menoleh ke sebelah kiri. Duh, males banget gue ketemu curut satu ini.

"Mai, Kasih hukum berat untuk Ade. Dia salah satu anak bandel yang perlu kita disiplinkan terlebih dahulu," ujar Bang Alvian.

"Eh, gak bisa gitu dong, Bang. Gue kan cuman telat doang, kok dikasih hukuman berat sih?" protes gue. Enak banget, nih, curut satu. Asal memberikan hukuman seenak jidat.

"Iya, hari ini lo cuman telat. Besok – besok? pasti ada aja tingkah lo yang bikin kita kesel," sarkas Yaslan dari meja sebalik meja. Tanganya mengambil beberapa lembar kertas yang baru saja di Printnya.

What? Ini si Yaslan, kok bisa jadi anggota kedisplinan. Kagak salah tuh? Yaslan yang minggu kemarin masih manjat tembok bareng gue, loh. OMG! gue merasa para murid di sini salah menitipkan amanah deh.

"Hei, Yaslan! diem, deh. Gak usah panas-panasin suasana," ketus gue.

Ini curut satu sok munafik banget. Kayak enggak pernah memanjat tembok belakang sekolah aja. Eh ... eh, jangan-jangan dia lagi yang bocorin kalo siswa bandel pada memanjat tembok belakang sekolah kalo telat. Wah, tidak bisa dibiarkan ini.

"Lo yang diam! Udah salah gak usah banyak omong. Sekarang kamu isi data keterlambatan lo isi di sini!" Maimunah menunjuk kertas yang baru selesai diprint oleh Yaslan, dan memberikan sebuah pena. Dia tampak menaikkan satu alisnya, saat gue tidak juga menerima pena yang dia berikan.

"Gak bisa nulis lo?" tanyanya dengan nada sarksas.

EBUSEET! Ngegas banget, gak, tuh? Untung cantik, jadi walaupun galak masih ada manis-manisnya, gitu.

Gue menerima pena itu, lalu mengisi form keterlambatan murid. Huh, ngeselin banget mereka bertiga ini.

"Sesuai dengan data keterlambatan lo, kita dari seksi kedisplinan memutuskan untuk memberikan  hukuman membersihkan seluruh halaman sekolah setelah pulang sekolah nanti," Putusnya.

"Sekarang lo boleh istirahat. Ingat! jangan kabur setelah pulang sekolah nanti. Kalo lo kabur ... hukuman lo bakalan nambah!" ancamnyaancaman  memicingkan mata.

Gue mencebikkan bibir mendengar hukuman yang gue dapet. Lebay banget, sih, mereka. Telat doang dikasih hukuman. Huh~


Ditulis : Sabtu, 11 Januari 2020
Dipublikasikan : Sabtu, 11 Januari 2020. Pukul 14:35 Wib

Ku MATIMATIKA (Mati-matian ngejar kamu) END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang