BERANTEM

1K 78 156
                                    

Hai... Ade comeback...

Seperti biasanya, jangan lupa vote, komen dan share cerita ini ke temen-temen kalian juga ya 😆

Happy reading~
.
.
.
.

Tarikan gas pada handle motor kian melambung tinggi saat gue memberikan tarikan penuh pada laju motornya. Gue benar-benar kalap saat mendengar kabar dari Rovan jika keduanya tengah dikeroyok oleh murid SMA Patimura. Dari kejauhan gue melihat sekelompok orang yang sedang memukuli dua orang lainnya, dan tanpa mencari informasi apapun, gue tahu siapa yang sedang berada di dalam lingkaran keroyokan itu, Rovan dan Guntur.

Gue memberhentikan laju motor, deritan tajam terdengar membuat sakit gendang telinga. Tanpa basa-basi, gue langsung menerjang salah satunya, dan berhasil masuk di dalam lingkaran keroyokan itu.

Guntur menyeka darah di bibirnya, mencoba berdiri meskipun dalam keadaan setengah oyong. Kita bertiga punggung-punggungan, memasang kuda-kuda untuk memulai pertarungan. Salah satu dari mereka mencoba menerjang, namun kalah cepat dengan gerakan tangan gue yang menangkapnya, dengan sedikit beringas, gue menendang paha bagian dalam, lalu kembali menerjang salah seorang yang mencoba mencelakai gue dari belakang.

Gue berlari, lalu memberikan tendangan pada punggung salah seorang yang membawa kayu balok, dan mencoba untuk mencelakai Guntur dengan tujuan memukul batok kepalanya. Syukurnya, sebelum hantaman itu mencapai kepalanya, gue sudah memberikan tendang ditambah hadiah bogem mentah pada wajahnya.

Tiga tonjokan sudah gue layangkan, akan tetapi, dia bukan lawan yang mudah untuk dilakukan. Lihatlah ... sekarang keadaan seratus persen berbalik. Gue yang berada di bawah, sementara dia sudah berhasil memberi bogem mentah sebanyak dua kali pada wajah gue.

Gue meludahkan darah saat tinjauanya mengenai bibirnya. Bau anyir segera menusuk indra penciuman gue, dan pening seketika menjalar dengan hebatnya. Guntur yang melihat keadaan gue segera mendorong dia. Tak sampai di situ, Guntur tanpa rasa ampun menghajarnya habis-habisan.

"Berengsek lo!" Tonjokan Guntur mengenai pelipisnya yang sudah berdarah. "Kalo lo punya dendam lampiasin ke gue, BEGO! jangan lampiaskan dengan sahabat gue. DASAR BAJINGAN!"

Gue yang melihat Guntur sudah dibatas kekalapan, menjadi panik dan segera melerai keduanya. "GUNTUR UDAH. BISA MATI ANAK ORANG. TUR!!!!" Bentak gue. Mendengar teriakan gue, Rovan turud membantu  untuk memisahkan Guntur dari Siswa SMK itu.

Ya Tuhan ... jangan sampai Guntur ngilangin nyawa anak orang.

Hah ... hahh ... tarikan napas sesak dari Guntur. Kita memutuskan untuk saling mundur, begitupun dengan siswa SMK Patimura.

Tatapan segit masih terasa jelas dari orang yang dihajar Guntur. Sepertinya, dia seorang pemimpin dari pengeroyokan ini. Gue mencengkram kuat pundaknya, mencoba menghentikan keberutalan Guntur saat dia memberikan kode untuk maju padanya. Guntur memberontak di dalam kendali gue, segera meminta untuk dilepaskan agar bisa menerjang orang yang  menantangnya.

"Pengecut lo bertiga," hinanya meskipun sudah dalam keadaan lemah.

"De, LEPAS!" Bentak Guntur Kasar.

Gue tetap mencengkram kuat pundaknya. Gue tahu banget sifat sahabat gue yang satu ini. Kalo bukan karna sesuatu yang membuat dia murka, Guntur tidak akan sembarangan berlaku bar-bar seperti ini. Dia jauh lebih teratur dari pada gue dan Rovan.

"Kenapa lo bertiga, takut sama kita-kita? Atau sebenarnya lo takut sama gue? Dasar banci!" hinanya sekali lagi, dan sekelompok temannya ikut menertawakan.

Rovan yang tipe orangnya sangat mudah tersulut emosi melepaskan pengangnya pada bahu Guntur. Segera berlari menendang perut seseorang yang sudah menghina kita bertiga. Gue yang melihat keadaan tidak memungkinkan untuk mundur, terpaksa ikut andil dalam perkelahian ini. Tujuh banding tiga. Okey ... kita terima tantangan mereka.

Ku MATIMATIKA (Mati-matian ngejar kamu) END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang