[Close feedback ]
Sedang masa revisi.
Gais ... Gais, jangan skip cerita ini ya,
Cerita ini bukan tentang, si kutu buku yang over dengan pelajaran matematika. Bukan juga tentang, murid teladan yang selalu menang lomba matematika, tapi ini kisah...
Hai, jangan lupa tinggalin jejak ya. Share juga cerita ini ke temen-temen kalian 😊
Happy reading ~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mai, bareng dong ke Musholahnya." seru gue berlari mengejar Maimunah setelah bubaran dari ruang rapat.
Maimunah menoleh ke arah gue, lalu memelankan langkah kakinya. Kini gue dan dia melangkahkan kaki bersama seiring arah musholah.
"Siap Pratikum apa tadi Mai?." tanya gue basa-basi.
"Pratikum Biologi, lanjut ke Fisika De."
"Wah, Padat banget ya jadwal Pratikumnya."
"Iya gitu deh."
Dan seketika hening, gue bingung mau ngajak Maimunah ngomong apaan lagi. Ayo dong De Mikir. Jangan berada di zona awkrawd gini. Keluh gue dalam hati.
Gue dan Maimunah melewati ruangan komputer, seekor anak kucing yang pernah kita kasih makan kerupuk berlarian menghampiri gue.
"Meong.... Meong..."
"Hai manis, akhirnya kamu datang juga." seru Maimunah berjongkok disamping gue, dan gue mengikuti gerakan Maimunah.
Kucing ini seketika gelendotan di kaki gue, beralih ke kaki Maimunah. Maimunah tertawa melihat tingkah kucing ini. Lalu segera mengambil kucing kecil itu dan letakkan di atas pangkuanya.
"Kayaknya si manis kelaparan deh Mai." seru gue menggelus kepala kucing itu.
Untungnya gue masih sadar diri, ngelus kepala si kucing, bukan ngelus pahanya Maimunah.
"Meong..." Lirih suara kucing kecil itu seakan-akan setuju dengan perkataan gue.
"Ada bawa jajan?"
"Gue cuman ada satu permen. Tapi kucingkan gak mau makan permen Mai."
"Lapar ya manis, kakak solat dulu ya. Nanti kakak kasih kerupuk lagi." seru Maimunah rada gemes sama kucing kecil itu. Dia mengangkat kucing itu seolah-olah layaknya seorang ibu yang sedang berbicara pada anak bayinya.
"Iya, nanti abang juga datang kesini, bawaan jajan yang banyak. Panggil emak dan teman-temenmu kesini ya manis, biar bisa makan enak" seru gue yang ikutan ngomong sama kucing kayak Maimunah tadi.
Maimunah tertawa mendengar celoteh gue, sementara jari telunjuk gue mengetuk-ngetuk pelan ujung hidung kucing ini. melampiaskan rasa gemas gue ke Maimunah lewat kucing kecil ini.
"Ckckck~ sungguh keluarga yang harmonis." seru Rovan dari belakang gue dan Maimunah.
"Harta yang paling berharga adalah keluarga... Istana yang paling indah Adalah keluarga...." Guntur menyanyikan lagu keluarga cemara, menyidir gue dan Maimunah layaknya sepasang suami istri yang punya anak seekor kucing.