HUKUMAN

1.4K 102 154
                                    

Pagi gais. Eh bukan pagi lagi deng 😂

Sebelum baca aku mau kasih  WARNING dulu sebelum kalian baca Part ini.

1. Jangan baca Part ini kalo lagi makan, minum, atau sedang mengunyah apapun.

2. Kalo kalian tipe penjijik. Harap Skip bagian hukuman yang Ade, Rovan, dan Guntur jalani sampai tanda ***

3. JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK YA, DAN SHARE CERITA INI KE TEMEN-TEMEN KALIAN JUGA 😂✌️

HAPPY READING~

.
.

Karna konser dadakan di kelas tadi, kita bertiga mendapatkan hukuman membersihikan toilet siswa.

"Amit-amit, deh, bau toilet ini," ujar Guntur pengen muntah.

Gue menutup hidung dengan masker, tidak sanggup untuk mencium aroma toilet ini, Toilet lama yang sudah tidak pernah terpakai oleh murid, karna tiga toilet baru sudah didirikan di setiap lorong kelas. Sehingga para murid lebih suka menggunakan toilet yang berada di dekat kelas.

Kita bertiga dorong-dorongan untuk masuk ke dalam toilet. Sejujurnya, gue sudah tidak kuat untuk mencium bau dari toilet ini. muka gue memucat,  mata gue mulai berair, pening, dan rasanya mual pengen muntah.

Gue lebih memilih dihukum hormat tiang bendera sampai pulang nanti, dari pada harus bersihkan toilet laknat ini. Saat gue membuka pintu wc, satu kotoran sudah terpampang nyata di dalam kloset jongkok. Gue menyerit jijik, lalu membanting pintu dengan kuat melihat banyak anak kecoa dan kelalawar yang bergantungan di setiap sudut-sudut dinding. Kotoran dari kedua hewan itu sudah memenuhi segala sudut ruangan ini.

Kepala gue serasa berputar melihat keadaan ini. Dada gue terasa sesak dan nyeri. Tapi, gue harus kuat, agar hukuman ini segera selesai. Ini yang habis buang juga tidak mikir. Air sebanyak itu tidak digunakan untuk menyiram kotoran yang habis buang. Jangan-jangan dia juga tidak cebok lagi. Idih jorok banget.

Guntur menutup matanya rapat-rapat, menahan napas saat menyiram wc sebelah. Ternyata, isi wc sebelah tidak kalah beda zonknya. Kloset jongkok yang Guntur siram bukan semakin bersih, tetapi kotoran itu semakin meleber kemana-mana. Belum lagi, kecoa yang berterbangan menyerbu gue yang berdiri tepat di depan closet itu, seakan-akan tidak terima jika tempat tinggalnya itu kita hancurkan.

"KECOAK... KECOAK... IH JIJIK, JIJIK ADA KECOAK!" Gue menjerit ketakutan. Badan gue menggigil hebat saat menghempaskan kecoa itu dan segera berlari dari toilet ini.

HOEEK!! gue memuntahkan seluruh isi perut, badan gue melemas tidak sanggup untuk berdiri. Masih keinget kecoak yang berterbangan dari dalam kloset yang mampir cantik dijidat gue tadi.

"Gila, yah, itu yang siap boker gak ngotak. Gak bisa apa tanganya untuk siram kotoran yang habis dikeluarin," omel Guntur, mengeluarkan semua rasa dongkolnya.

Mendengar omelan guntur, gue semakin mual, memuntahkan kembali isi perut gue hingga kandas. Rovan berbaik hati, untuk memijit belakang leher gue. Mereka berdua memang paling tahu, jika gue tidak tahan dengan yang namanya kecoa dan beberapa jenis kotoran.

Maimunah yang diberikan tugas oleh Pak Sutomo untuk mengawasi kita, berjalan kearah gue yang sekarang sudah lemas tidak berdaya. Keringat dingin mulai bermunculan dikening gue, sementara badan gue sudah gemetaran tidak terkendali.

Sejujurnya, gue sudah tidak tahan di tempat kotor seperti ini. Apalagi, saat mengingat kecoa yang nempel pada jidat, membuat gue mual, dan kembali memuntahkan isi perut.

"Ade kenapa?"

"Dia gak tahan liat kecoak."

"Lebay banget," sahut Maimunah ketus.

"Jangan sembarangan ngomong, Mai. Ade kayak gini karna dia punya ketakutan sama kecoa," sunggut Rovan ketus.

"Maksudnya? Ade pengidap Katsaridaphobia?" tanya Maimunah panik.

"Gak tau, apa nama penyakitnya, yang jelas Ade Phobia sama kecoa," ucap Guntur yang sekarang merangkul gue ke arah pohon jambu yang agak jauh dari toilet.

"Tolong beliin Ade teh hangat, Mai. kasihan tau, muntah-muntah dari tadi."

"Oh, okey, bentar gue beliin." Maimunah segera berlari ke arah kantin. Tak berapa lama kemudian, membawa segelas teh hangat.

"Minum dulu, De." Maimunah menyodorkan pipet ke bibir gue.
Perlahan gue menelan teh hangat yang sekarang sudah mulai mengaliri tenggorokan gue.

"Udah, Mai," tolak gue saat Maimunah hendak kembali menyodorkan pipet pada bibir gue.

"Lo masih tahan untuk jalan ke UKS?"

Gue memejamkan mata sejenak. Perlahan namun pasti, bayang-bayang kecoa di dalam kloset menghampiri gue. Pening menyerang gue kembali, badan gue menggigil hebat dan rasanya gue sudah tidak tahan lagi.

"Hoek ...."

"Ya ampun," seru Maimunah. Lalu membersihkan mulut gue dengan tissunya.

"Tolong bawa Ade ke UKS dong," Pinta maimunah pada Rovan dan Guntur.

********

Gue megedarkan mata, meneliti kesegala ruangan. Sekarang, gue berada di ruangan UKS.

Gue menghembuskan nafas datar, "ya ampun ... kapan sih, phobia gue bakalan hilang!" rutuk gue.

"Apalagi tadi gue muntah-muntah di depan Maimunah. Aduh ... malu-maluin banget sih. Dasar lemah." Gue menjitak-jitak kepala berulang kali.

"Oh, udah bangun?" tanyanya yang sedang membawa makanan dan teh hangat.

Gue hanya mengangguk, lalu pura-pura pejam mata. Malu, coy!

"Masih kerasa mualnya?" tanyanya penuh kekhawatiran. Gue ngangguk, lalu perlahan mulai bangkit untuk duduk.

"Kalo gak kuat duduk, jangan dipaksain. Muka lo masih pucat,"

"Gue duduk aja, kebanyakan tiduran takutnya makin pusing,"

Maimunah meraih sebotol minyak angin, membuka botol minyak kayu putih itu, mengusap dan memijit pelan area kening gue. Melihat gue yang sudah merem-merem keenakan dipijitin, maimunah menghentikan gerakan pijatannya.

Yaaahhh.... Kenapa berhenti sih? Padahalkan gue masih pengen dipijit-pijit sama lo, Mai.

"Kalo masih mual, balurin minyak ini ke perut lo." Maimunah menyerahkan minyak kayu putih pada telapak tangan gue.

Gak lo aja Mai, yang balurin minyaknya?

Gue hanya angguk-angguk mendengar nasehat Maimunah. Mana berani gue minta balurin minyak kayu putih ini sama dia. Ntar hulknya kumat, kan serem. Lebih parahnya lagi, dia bolak-balik gampar gue. Duh, sayang wajah gue yang tampan nan gagah ini dong.

"Ya udah gue ke kelas dulu. Udah masuk jam terakhir. Gue juga udah bilang ke Rovan dan Guntur buat jemput lo ke sini, setelah bel pulang."

"Makasih ya, Mai, udah jagain gue." Maimunah mengangguk, lalu menutup pintu UKS.

Yah, gue sendirian lagi dong?

***

Keadaan sekolah beneran sepi saat Guntur membawa gue ke area parkiran. Rovan sudah pulang deluan, karna ada kepentingan mendadak di rumahnya.

"Masih pusing lo? Tahan, kan, kalo gue bonceng pakai motor?"

"Tahan kok,"

"Ya udah naik, gih, gue anter pulang." Gue menaiki motor Guntur, lalu dia mulai menstarter motornya.

Ketika kita melewati halte di depan sekolah. Gue melihat seseorang menghampiri Maimunah. Dari perawakkanya, sih, kayaknya anak kuliahan. Karna dia menggunakan pakaian kasual, sementara di bahunya tersampir tas ransel warna hitam.

Maimunah tampak tersenyum senang saat melihat lelaki itu menghampirinya. Pemuda itu mengacak rambutnya, setelah membukakan pintu mobil untuk Maimunah.

Melihat interaksi mereka yang terlalu ekhem, dekat. Gue jadi bertanya-tanya, apa itu pacar Maimunah? Karna setahu gue, Maimunah tidak pernah keliatan deket sama cowok manapun. Tapi gak pernah deket sama cowok bukan berarti gak punya pacar juga kan? Perang batin dan pemikiran gue.

Lagian gak mungkin juga sih, Maimunah yang cantik begitu --walaupun kadang galak macam hulk, gak punya pacar? Apa iya gue harus mundur Alon- alon? Eh tunggu dulu deh, tapi kan itu belum pasti juga pacar Maimunah. Bisa aja pembokat dia kan? Hm ... kayaknya gue harus banyak-banyak cari tahu tentang Maimunah, nih. Gue angguk-angguk kepala, membenarkan pemikiran gue.


Ekspresi Ade, liat Maimunah di jemput cowok lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ekspresi Ade, liat Maimunah di jemput cowok lain.

Ade yang seneng di perhatiin Maimunah 😅

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ade yang seneng di perhatiin Maimunah 😅

Itu yang jemput Maimunah pasti pembokatnya kan? 😩

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Itu yang jemput Maimunah pasti pembokatnya kan? 😩

Ditulis : Senin, 27 Januari 2020
Dipublikasikan : Senin, 27 Januari 2020. Pukul 10:50 Wib

Ku MATIMATIKA (Mati-matian ngejar kamu) END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang