KEMUNCULAN BASTIAN

856 54 161
                                    

Haii 😀
Aku kembali 😆
.
.
.
.

Acara pensi sudah berakhir dengan meriah. Guntur selaku ketua panitia menyampaikan ucapan terima kasih kepada rekan-rekan panitia yang sudah bekerja keras untuk mensukseskan acara pensi tahun ini.

"Nah, sudah jam sebelas malem. Langsung bergegas pulang ke rumah ya."

"Buat panitia cowok, tolong jaga dan anterin terlebih dahulu yang cewek. Kalo bisa sampai pintu rumahnya di bukain sama keluarganya, untuk menghindari hal-hal yang tidak kita inginkan." tutup Guntur.

"Siap ketua." jawab mereka serentak. Lalu bubar menuju kendaraan masing-masing.

Astrid yang memang penakut habis, tanpa sadar dari tadi sudah meremas tangan Rovan, keadaan parkiran memang sudah gelap dan sepi saat ini, Apalagi hanya tinggal mereka berempat yang berada di sini setelah memastikan tidak ada lagi panitia ataupun murid yang masih berkeliaran di sekolah ini.

"Udah di cek semua tadi Mai?" tanya Guntur.

"Sudah, tadi bareng Pak Satpam, Rovan dan beberapa panitia cowok. Kita udah keliling lima belas menit yang lalu untuk memastikan tidak ada lagi murid di sekolah ini."

"Kalo begitu, kita bisa langsung pulang sekarang."

"Pak..." teriak Guntur memanggil Pak Satpam yang sedang mengunci pagar kedua yang berada di dalam sekolah.

"Iya, Mau pulang lagi dek?"

"Iya Pak. Kita pulang ya Pak."

"Hati-hati di jalan, langsung pulang ya, jangan keluyuran lagi."

Guntur mengangguk, lalu memberikan klakson tanda berpamitan. Mereka segera mengemudikan motor itu menuju rumah Astrid.

Saat ini, Jalan terlihat hening. Sangat wajar, mengingat ini sudah jam sebelas malam. di tengah perjalanan, tampak beberapa motor mulai mendekati dan menghadang motor yang mereka kendarai.

Rovan yang sedang mengendarai motor mendadak menghentikan laju motornya saat seorang memotong jalan Rovan.

"Sialan!"

"Wow... wow.. santai bro." ujar Bastian yang turun dari motornya.

Kini mereka sudah terkepung oleh komplotan Bastian, bahkan salah satu dari mereka sudah merangkul bahu Guntur dengan penuh intimidasi, untungnya Maimunah berada di tengah-tengah antara motor Guntur dan motor Rovan yang berada di depan.

"Ternyata kalian satu sekolah ya manis?." Bastian tertawa mencubit dagu Astrid sambil mengedipkan mata pada Maimunah.

"Apaan sih." Tepis Rovan pada tangan Bastian.

"Ups, gue lupa, kalo si manis ini bukan koleksi gue lagi." kekeh Bastian.

"Tutup mulut lu brengsek." umpat Rovan.

"Wow, jangan marah, slow~ gue gak bakalan ambil sesuatu yang udah gue buang. Iya kan Mai?"

"Siapa yang buang siapa? Bukannya lu yang selama ini terbuang?" sindir Maimunah, lalu turun dari motornya.

"LU!!" gertak Bastian tersinggung.

"Loh, kok marah? Bener dong ya kata gue?" kekeh Maimunah sinis.

"Eh, Diem ya mulut lu!" umpat Bastian mendorong bahu Maimunah.

Beruntungnya, Guntur tipikal orang yang cepat tanggap akan situasi, sehingga dia dapat menangkap tubuh Maimunah dari belakang agar tidak terjatuh.

"Eh, Baik-baik ya sama cewek. Jangan sampai kepala lu gue patahin." Murkah Guntur yang memang sudah muak dari awal pertemuannya dengan Bastian dulu.

Ku MATIMATIKA (Mati-matian ngejar kamu) END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang