i love you so much you'll know it - END

1K 64 256
                                    

Hai semuaaa...
Gimana puasanya, Masih lancarkan?

Sebelum kalian baca cerita ini. Aku mau warning dulu. Mohon maaf, partnya agak panjang. Terus, mohon maaf kalo di tengah-tengah cerita kalian jadi geli sama kelakuan si Ade wkwk. (walaupun aku tau sih, kelakuan si Ade bikin geli dan pengen nabok 😁)

Happy reading ya. Semoga enjoy di pengunjung cerita ini 😆
.
.
.

Hari ini pengumuman kelulusan. Pak Kepsek menyampaikan pidatonya di atas podium, dan para murid berbaris dengan rapi, mendengarkan pidato yang berisi nasihat untuk para murid agar tidak mencoret seragam, tidak melakukan konvoi, dan juga, ada tradisi yang baru tahun ini di sekolah gue.

Para murid di wajibkan untuk menyumbangkan satu seragam bekas kepada sekolah, yang mana seragam ini nantinya akan di berikan kepada adik-adik kelas yang kurang mampu untuk membeli seragam.

Dari pada mencoret-coret seragam, lebih baik menyumbangkannya bukan? Selain berbagi layaknya sebuah kenang-kenangan, dengan ini, kita bisa membantu para murid lainnya.

Gue mengeluarkan satu seragam dari dalam tas, saat Pak Sutomo menghampiri barisan gue dengan membawa satu kotak untuk mengumpulkan seragam, begitu dengan Guntur dan Rovan.

"Banyak banget seragam yang lu sumbangin, Ntur?" tanya Rovan saat melihat Guntur mengeluarkan semua seragam sekolah dari dalam tasnya.

"Gak papa kali, di rumah juga gak ada yang pakai," serunya memasukkan beberapa seragam itu ke dalam kotak yang sedang dibawa oleh Pak Sutomo.

"Nah, bagus pemikiran Guntur. Harus kalian tiru, tapi bagi yang punya adik, atau tetangga yang membutuhkan, ada baiknya kita berikan kepada orang terdekat terlebih dahulu." puji Pak Sutomo. 

"Sudah semuakan menyumbangkan seragamnya?" tanya Pak Kepsek di atas Podium.

"Sudah, Pak."

"Baiklah, karna semua sudah menyumbangkan seragamnya. Sekarang kita masuk ke acara inti, yaitu pengumuman kelulusan. Pengumuman kelulusanya bisa kalian lihat di Mading, lobby, kantor guru, pendopo taman baca, dan website sekolah. Jadi jangan berdesakkan di satu titik. Paham?"

"Paham, Pak."

"Baiklah, Perhatian seluruhnya. Bubar barisan jalan!"

Berakhirnya instruksi dari Pak Kepsek, membuat para murid berhamburan menuju titik-titik papan pengumuman. Ada juga yang menepi dengan membaca pengumuman kelulusan melalui website sekolah di Handphonenya. Suasana seketika haru, ada teriakan dan tangis bahagia yang lebih mendominasi di momen ini.

Mata Rovan memerah, menahan air matanya yang hendak jatuh. "Gue gak nyangka bisa lulus," cicitnya sepelan mungkin, sedangkan di sampingnya, ada Astrid yang sedang mengusap punggungnya.

"Selamat kalo gitu." Guntur terkikik geli melihat Rovan dalam keadaan mellow seperti ini.

"Makasih, ini berkat kalian yang sering ngajakin gue belajar bareng. Akhirnya, gue bisa berada di urutan ke dua belas gini, dari seangkatan kita," ujarnya dengan mengusap air mata.

"Lu hebat. Dengan ini, lu bisa membuktikan sama mereka, kalo nilai kelulusan lu jauh di atas mereka." Puji gue, lalu melirik sekumpulan geng anak sok pintar di sekolah ini.

"Sekali lagi, Thanks." Rovan maju, memeluk kita satu persatu dengan berderai air mata.  Kita cuman cekikikan lihat Rovan dalam keadaan melow seperti ini.

Gue mengedarkan pandangan ke sekeliling sekolah. Untuk mencari keberadaan Maimunah. Sejenak, gue melihat dia sedang berada di depan papan pengumuman di lobby, sedang berbincang dengan salah satu teman sekelasnya.

Ku MATIMATIKA (Mati-matian ngejar kamu) END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang