Seperti yoyo, sesuatu yang diulur bisa ditarik lagi sewaktu-waktu.
~RIL
🌷
Siswa di kelas terlalu biasa bagi Rima yang sedari tadi hanya terpana akan seseorang. Perempuan berbadan mungil yang sehari-hari banyak diam dan tukang tidur di bangku belakang nyatanya mampu membius Rima dengan perkataannya yang licin.
Seorang guru sastra pengganti baru saja menegur Relly lantaran muridnya yang satu itu terus meletakkan kepala di atas meja. Singkat cerita, guru itu ingin menguji apakah materi yang baru disampaikan mampu ditangkap Relly dengan baik. Namun dugaannya terbanting telak. Meski seakan tak peduli, Relly mampu menerangkan kembali materi secara rinci dan detail. Guru pun mengampuni Relly dengan syarat bocah itu harus mau berpindah tempat duduk di depan, di bangku sebelah Rima yang masih kosong.
Alhasil mulai hari ini Relly resmi menjadi kawan sebangku Rima.
"Bantu gue supaya bisa tetep tidur," bisik Relly sebelum meletakkan kembali kepalanya yang seakan begitu berat.
"Relly!" tegur guru. Relly cepat-cepat mengangkat kepala. Tetapi bukannya meminta maaf, ia justru berkilah lagi.
"Tuhan menciptakan kelopak mata supaya bisa digunakan untuk merem dan melek. Jangan melarang ciptaan Tuhan bekerja dengan semestinya, dong, Buk!"
Gelak tawa memenuhi kelas. Guru itu mendengus lalu pamit ke toilet tanpa pernah kembali.
Sekarang Rima tidak sendirian lagi ke perpustakaan. Ternyata Relly juga punya nafsu baca yang besar. Perempuan berkacamata itu banyak mengenalkan Rima pada buku-buku bersampul asing yang cenderung aneh. Namun siapa sangka buku-buku itu justru mengantar Rima ke banyak pengetahuan baru. Pantas saja sepintas Relly terlihat jenius.
"Lo tau Biru? Cowok kayak dia tipe gue banget."
Relly yang semula membaca dengan tenang tiba-tiba uring-uringan ketika melihat Biru masuk perpustakaan.
"Gue kira orang kayak lo nggak terlalu peduli sama cowok," cibir Rima yang baru saja bergidik melihat Biru memandangnya.
"Biru ngeliatin lo, Rim. Kalian saling kenal, ya?"
"Nggak." Rima menepis keras.
"Lo suka siapa emang?" tanya Relly.
"Gue suka...," Kalimat Rima menggantung begitu saja. Pupilnya membesar tatkala pintu perpustakaan yang baru ditutup oleh Biru kembali dibuka oleh seseorang.
"Genta."
"Genta?" Relly menaikkan alisnya dan menahan senyum menyadari pipi Rima berubah warna.
"Eh, bukan-bukan. Itu Genta masuk."
Sekukuh apapun Rima mengelak, segel yang sudah terbuka tak akan tertutup lagi. Terlambat, Relly sudah tahu.
🌷🌷
Sulit sekali mendorong Biru supaya mau masuk ke perpustakaan. Padahal perpustakaan adalah tempat teraman dan ternyaman untuk bolos. Selain adem, guru-guru tidak akan curiga. Bukankah mereka akan mengira anak-anak yang berada di perpustakaan sedang mendapat tugas resensi?
"Jangan ke perpus lah. Ke warung belakang aja yok!"
"Gue nggak mau kena BK. Bikin hidup orang makin ribet."
Genta melepas sepatu dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya memegang gesper Biru agar temannya itu tidak kabur.
"Gue bisa mati bosen di perpus, Ta."

KAMU SEDANG MEMBACA
Ru in Love [End]
Teen FictionPada akhirnya kau akan tahu, bahwa birunya fajar dan magentanya senja adalah dua hal yang tidak bisa dinikmati bersamaan. ••• Rima sangka sebuah bukit tak cukup sakti untuk menjebaknya dalam pesona asmara. Tapi ia keliru, bukit dan senja kali itu be...