7| Gegap Gempita

481 68 3
                                    

Di balik harapan-harapan selalu ada jawaban Tuhan yang mengejutkan.

~RIL

🌷

Biru menaiki anak tangga dengan dada yang berdebar-debar. Senyumnya tak henti mengembang. Senyum antimainstrem itu menarik atensi beberapa siswa, termasuk Genta langsung yang bergidik.

Sekarang apa lagi?

Suara hati Genta yang seolah mampu didengar oleh Biru.

Biru mengerlingkan mata menanggapi ekspresi jijik dari Genta. Pokoknya semua ini gara-gara Rima. Sepuluh menit mengobrol dengannya seakan menghilangkan gravitasi dari muka bumi. Segalanya serasa melayang.

Setibanya Biru di kelas, guru sejarah sudah keluar dari ruangan. Pelajaran selanjutnya adalah kewirausahaan dan boleh dijamin gurunya tidak masuk lagi. Bu Ine namanya. Ia sedang cuti melahirkan dan seringkali tak ada guru pengganti ataupun tugas yang dihampirkan ke kelasnya. Jam kosong bagi Biru adalah kemerdekaan yang tanpa perlu diperjuangkan dengan perang.

"Tadi malem kenapa gak bales dm gue?" Vanila alias Vani sudah duduk di sebelah Genta sebelum Biru datang ke kelas.

"Gue ngerjain tugas fisika."

Vani menepuk jidatnya. "Mampus, gue belum kerjain."

"Mau nyalin?"

"Beneran boleh?" Genta mengangguk lalu mengacak rambut Vani sekilas.

"Aaa, makasih Genta."

Tanpa ragu-ragu Genta mengeluarkan lembaran soal itu dari dalam tas dan menyerahkannya ke Vani. Biru mencebik. Ini bukan kali pertama Genta berbaik hati dengan menyerahkan tugasnya secara cuma-cuma kepada Vani.

"Ciee... Jadian aja deh kalian berdua," seru Biru dari kursi Vani yang terpaksa ia duduki karena Vani menduduki kursinya.

"Hh, pencemburu," cibir Genta sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Yeee, I'm member of Anti-CLBK Club you know!"

Vani mengangkat pandangannya dari soal yang sedang ia silang secara kilat. Gadis cantik itu menaikan satu alisnya, "Dulu aja lo bilang sayang ke gue."

Biru balas menaikan satu alisnya dan menjitak pelan dahi Vani. "Iya, gue sayang sama lo. Makanya gue putusin."

Beda sekali kan perlakuan Genta dan Biru? Jika tadi Genta mengelus, Biru yang pernah bertahta di hati Vani itu malah menjitak.

"Lo kan kalo ngejalin hubungan nggak pernah serius, Ru. Sakit ati gue."

Biru tertawa menanggapi fakta yang baru Vanila katakan. Memang benar. Selama ini ia hanya main-main dalam menjalin hubungan dengan para perempuan. Rata-rata mereka Biru putus setelah tiga hari. Paling lama hanya Vanila. Dua bulan. Dan karena dirasa Vani baik, Biru tidak ingin menyakiti gadis itu. Ia mengakhirinya dengan alasan jika Vani lebih cocok dijadikan sahabat.

"Sekali-kali lo bagi dong ilmu lo ke Genta. Kasian ngejomblo mulu," kata Vani sambil terus menyalin jawaban dari kertas Genta.

"Lha kan ada elo. Pacarin aja, Van! Nanti nilai lo gak ada yang di bawah KKM," tutur Biru setengah berbisik. Vanila tersenyum kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Lo kira gue jimat?"

Biru mendecak karena Genta tak kunjung sadar akan posisinya yang seperti mesin pencetak nilai. Nilai sempurna lagi, nah loh.

"Kenapa?"

Biru menaikkan dagunya sebagai pengganti kata 'kenapa apa?'

"Kenapa ngedecak?"

Ru in Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang