Aku saranin baca part ini sambil dengerin lagu Kumau Dia dari Andmesh.
...
Sebab kekuatan menjadikan lemah sebagai syarat agar aku bisa menggapainya.
~RIL
🌷
Separuh badan matahari yang tertelan malam membiaskan cahaya oranye di langit barat. Pukau saja tak sebanding jika ditukar dengan senja seindah ini. Dua bayang manusia, laki-laki dan perempuan duduk berdesak di atas rerumputan. Si perempuan duduk bersila dengan mata tertutup, sementara si laki-laki masih menunggu waktu untuk memberi kejutan.
"Lo mau nunjukin apa sih Kak? Udah lama banget kayaknya."
Itu suara Rima, perempuan yang pandangnya terhalang slayer hitam milik Genta. Selepas menjemput Rima di sekolahnya, Genta lanjut membawa Rima ke bukit cina hanya untuk duduk-duduk sampai detik ini.
"Bentar. Mataharinya belum tenggelam."
"Kenapa harus nunggu gelap?"
Pertanyaan Rima tak dihiraukan. Genta tak mungkin mengatakan alasan yang sesungguhnya dan mengatakan, karena gue nggak mau perhatian lo habis buat senja di depan sana.
Eh, bercanda kok. Alasan pandangan Rima masih dihalangi sampai sekarang karena kejutan Genta sangat didukung oleh gelap. Semacam tak akan nampak jika hari belum petang. Rima mendengus, antara ingin bersabar dan kepo setengah mati. Sejak tadi perasaannya tak karuan. Orang yang diberi kejutan biasanya orang-orang spesial, kan?
"Kak!" panggil Rima, mengisi kekosongan yang ada.
"Hm?"
"Kak Genta beneran udah nggak sama Kak Vani?"
Rima menelusupkan keberanian di tengah kebekuan. Dua tangannya masuk kantong jaket, seolah ingin menutupi musbab dirinya bertanya demikian. Ya, Rima hanya mau memastikan bahwa mencintai manusia ini tak pernah salah di pihak Genta. Setidaknya Genta adalah laki-laki lajang yang tak berkekasih.
Namun Genta hanya diam sampai sekarang.
"Kak? Kok diem? Ngelamun ya?"
"Kalau pun gue ngelamun yang gue pikirin pasti lo."
"Apaan sih, Kak?"
Pipi Rima merona dan perubahan itu cepat disadari oleh Genta. Laki-laki berambut berantakan itu terkekeh dan spontan menepuk-nepuk kepala Rima. Dan seperti biasa, Rima tak bisa mengelak atas apa yang dilakukan pujaan hatinya itu.
"Kenapa tiba-tiba nanyain Vani?"
"Em, pengen tau aja."
Andai mata Rima tak tertutup, maka Genta akan leluasa melihat pergerakan bola matanya yang gelisah. Sumpah, ini di kuburan. Rima takut jika jin iseng merasukinya dan membeberkan resah hatinya.
Karena gue suka lo. Gue cemburu lo sama Vani.
"Mataharinya udah tenggelam. Lo boleh buka slayernya."
"Kak Genta seneng banget ya ngalihin topik."
Meskipun sambil protes, Rima tetap membuka penghalang matanya dan mengharap hadiah terbaik. Perlahan slayer hitam itu turun dari mata Rima. Hening.
"Wow."
Di sebelah Rima, Genta tersenyum puas. Satu per satu lentera berwarna jingga menyala dari balik nisan-nisan. Ada satu di setiap gundukan. Lentera-lentera itu membuat pemakaman yang mencekam jadi terang benderang seperti pasar malam. Rima tak menyangka Genta akan seluang itu untuk menyiapkan semua ini. Semenit berikutnya, lentera-lentera kompak berubah warna jadi ungu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ru in Love [End]
Fiksi RemajaPada akhirnya kau akan tahu, bahwa birunya fajar dan magentanya senja adalah dua hal yang tidak bisa dinikmati bersamaan. ••• Rima sangka sebuah bukit tak cukup sakti untuk menjebaknya dalam pesona asmara. Tapi ia keliru, bukit dan senja kali itu be...