Tarik napas dan atur udara sebaik mungkin di paru-paru kalian. Karena kemungkinan besar, di part ini kalian bakal banyak menguji kinerja paru-paru.
Siapkan sebuah lagu slow yang kalian rasa paling romantis dan mampu menimbulkan efek menenangkan. Selamat membaca
•••
Aku tidak takut hancur. Tapi jika hancurku menghancurkanmu, aku akan berusaha untuk jadi mengangumkan sampai kapan pun. Tanpa kehancuran sedikit pun. Janji.
~Genta
🌷
Rima kira Genta akan kembali mengajaknya ke bukit cina. Namun ternyata tidak. Pria yang rambutnya nyaris tak pernah rapi itu membawa Rima ke sebuah pusat perbelanjaan. Awalnya Rima sempat terkejut. Ia pikir pria melankolis seperti Genta hanya suka tempat-tempat tenang seperti bukit dan...kuburan."Kenapa kita kesini?" tanya Rima seraya menatap bangunan raksasa yang di pintunya terlihat anak-anak milenial berlalu lalang.
"Kenapa? Lo nggak nyaman, ya?"
Rima buru-buru menggeleng. Bukan itu maksudnya. Pergi ke mall membuatnya teringat akan Amara yang doyan belanja dan sering memaksanya ikut. "Gue cuma keinget Amara."
"Almarhum sahabat lo itu?" Genta memastikan dan Rima membenarkan.
"Gue bisa jadi sahabat lo malam ini. Sampai jam 10."
Genta tersenyum pernuh arti. Stimulus yang cukup ajaib bagi Rima yang langsung ikut tersenyum. Manusia satu ini memang benar-benar luar biasa. Rima selalu dibuat tenang bersamanya.
Ya, setidaknya hari ini Genta akan sedikit mengalihkan perhatian Rima dari Biru dan sederet tanda tanya di belakangnya. Apa Biru benar-benar menyukainya? Apa alasan Biru bersikukuh mengubah hubungan mereka jadi spesial jika Biru tak pernah menyatakan perasaannya? Ah, lagipula Rima juga pesimis kalau hal itu karena cinta.
"Rima."
"Ya?"
Genta mengulurkan tangannya dengan senyum yang semakin manis. "Ayo kita kayak yang lain. Makan, nonton, beli sepatu couple–"
"Dan gandengan sepanjang jalan?" tukas Rima seraya meletakkan telapak tangannya di atas telapak tangan Genta.
"Itu maksud gue," ucap Genta yang berikutnya turun dari motor untuk memulai malam ini.
Rima tak tahu ini dibenarkan atau tidak, tapi ia selalu tak bisa menolak untuk semakin dekat dengan Genta.
🌷🌷
Jam digital Genta menunjukkan pukul 20.05. Waktu yang tepat untuk meninggalkan area mall. Kini Genta sudah melaju di atas motor dengan Rima yang duduk manis di boncengan. Sejak motor mulai berjalan sampai sekarang, sebelah tangan Genta tak pernah lepas menggenggam tangan Rima.
"Kak!" teriak Rima karena angin meredam suaranya.
"Hm?"
"Tangan lo dingin banget."
"Makanya jangan lepasin."
"Siapa juga yang mau lepasin? Wlekk!" Rima menjulurkan lidahnya, membuat Genta terkekeh gemas.
"Nggak papa, kan?"
Rima diam sejenak sebelum akhirnya berucap mantap. "Gue sama Amara juga sering gandengan." Ya, setidaknya rasa bersalah itu jadi mau sedikit memberi kelonggaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ru in Love [End]
Teen FictionPada akhirnya kau akan tahu, bahwa birunya fajar dan magentanya senja adalah dua hal yang tidak bisa dinikmati bersamaan. ••• Rima sangka sebuah bukit tak cukup sakti untuk menjebaknya dalam pesona asmara. Tapi ia keliru, bukit dan senja kali itu be...