Jika maaf adalah alasan kita bertemu, maka bolehkah aku terus melakukan kesalahan?
~RIL
🌷
Vanila. Mantan pacar Biru ini menjadi dekat dengan Genta karena sewaktu pacaran dengan Biru ketiganya selalu pergi kemana-mana bersama. Selain karena satu kelas, Genta bersedia berteman lantaran Vanila jarang menuntut ini-itu dan selalu menghargai pemberian sekecil apapun.
Sesuai janji Genta, ia akan berangkat ke pameran bersama Vanila dan Biru. Sayangnya couple goals terhits tahun lalu itu belum menampakkan batang hidung mereka. Genta dengan bercelanakan levis panjang dan kaus oblong putih yang dibalut lagi dengan jaket maroon sudah menunggu lebih dari setengah jam di kamarnya.
Suara mesin mobil yang berhenti di pelataran melonjakkan Genta dari depan laptop. Tadi ia memang sedang mengurus sesuatu sampai akhirnya melihat Biru turun dari jeep dengan lengannya yang diamit Vanila. Genta terkekeh. Kadang ia lupa kalau Biru dan Vanila sudah mengakhiri hubungan spesial mereka.
Genta kembali ke layar laptopnya, berpura acuh terhadap kedatangan dua temannya itu.
"Gentayutan, we are coming! Lo lagi ngapain, sih?"
Genta buru-buru menutup laptopnya, meski membiarkan laptop tertutup tanpa mematikannya jelas-jelas tidak dibenarkan. Biru menjauhkan wajahnya dari depan laptop sambil menggerutu kesal.
"Guys, gue masukkin ini ke kulkas bentar, ya?"
Vanila mengangkat dan menggoyang-goyangkan kantong plastik besar di tangannya. Satu yang lepas dari perhatian Genta, ternyata teman perempuannya datang dengan membawa sekantong penuh berisi belanjaan. Vanila alias Vani memang teramat peduli dengan sahabatnya, terkhusus Genta yang sering ditinggal sendirian di rumah.
Genta dan Biru mengangguk bersamaan sebagai izin dari perginya Vanila ke dapur. Genta lekas membuka dan menyalakan laptop untuk menunjukkan kepada Biru apa yang tadi ia lihat.
Begitu layar menyala, Biru membelalakkan mata. Berulang kali ia mempertajam pandangannya takut kalau-kalau penglihatannya salah.
"Lagi?"
Pertanyaan Biru dibalas satu anggukan tegas oleh Genta.
"Lo yakin? Emang lo tau dari mana kalau dia-"
"Perasaan gue, Ru. Lo juga pernah bilang kalau buku yang hilang di bukit cina itu ada dia."
"Iya, sih. Tapi kan, lo nggak bisa cuma mempergunakan satu atau dua alasan buat-" Biru mengibaskan kepala untuk mengusir segala keraguannya, "Oke. Gue setuju."
Brakkk!
Pintu dibanting. Genta dan Biru menoleh bersamaan ke arah Vanila yang wajahnya berubah merah. Belanjaan tadi masih ada di tangannya, arti lain bahwa Vanila tidak pernah benar-benar pergi.
"Sorry, ice cream kalian kebawa."
🌷🌷
Rima berpikir keras sampai keringatnya bercucuran. Seingatnya beberapa waktu lalu ia menyimpan karangan itu di meja bersama buku-buku lain. Tapi kenapa sekarang menghilang begitu saja?
"Karangan apa sih sampai lo ngebet banget pengen dia ketemu?"
Amara sampai ikut mencarikan sampai ke kolong-kolong tempat tidur. Namun di bawah sana tidak ada apa pun kecuali alat penimbang berat badan.
"Pokoknya karangan itu ada di selembar binder. Beberapa hari lalu gue taruh di atas meja."
Amara yang sedang menimbang badannya ikut berpikir kemudian tersenyum seolah berhasil mengingat sesuatu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ru in Love [End]
Fiksi RemajaPada akhirnya kau akan tahu, bahwa birunya fajar dan magentanya senja adalah dua hal yang tidak bisa dinikmati bersamaan. ••• Rima sangka sebuah bukit tak cukup sakti untuk menjebaknya dalam pesona asmara. Tapi ia keliru, bukit dan senja kali itu be...