15| Selesai

400 45 6
                                    

Sesuatu yang dipaksa akan berakhir buruk. Sebaliknya, ikhlas akan membawamu menuju kesudahan yang baik.

~RIL

🌷

Biru menggeram. Marah yang sebenar-benarnya marah terjadi di hari ini. Sebentar-sebentar Biru memandang Rima yang terisak, Relly, lalu Genta. Semua orang terkejut akan kejadian barusan, namun Biru berusaha mengendalikan emosinya. Saat ini yang terpenting adalah mengembalikan kepercayaan Rima.

Biru mendekat dan berjongkok di depan Rima. Gadis itu menunjukkan tanda-tanda penolakan, tapi Biru terus meyakinkannya. Tangan Rima pun berhasil diraih dan berakhir sempurna di genggaman Biru. Relly menabahkan dirinya. Bukan waktu yang tepat untuk cemburu.

"Rim, lo aman selagi ada gue. Justru bahaya itu bakal datang kalau lo jauh dari gue. Percaya Rim, gue bersumpah akan lindungi lo. Dari apa pun dan dari siapa pun yang berniat jahat ke lo."

Serentetan kata yang menyejukkan. Cukup. Relly tak tahan lagi. Walau cuek dan terkesan masa bodoh, ia masih perempuan yang lemah kalau tahu cintanya berkorban demi perempuan lain.

Genta menebar pandangan was-was pada Relly. Yang diam-diam begitu justru biasanya yang berbahaya.

"Lo harus percaya sama gue dan Biru." Genta ikut berujar, serius.

Perlahan Rima mulai yakin. Ia yakin akan aman di dekat Biru dan Genta. Para lelaki baik ini seperti sengaja dikirim Tuhan sebagai sepasang sayap pelindung.

"Rim, gue terlanjur masuk ke kehidupan lo. Tolong biarin gue melakukan ini seseriusnya. Gue janji lo bakal baik-baik aja."

Rima mengangguk dan mulai menghapus bercak air dari pipinya.

"Rim, selain sama temen lo yang tadi itu, lo deket sama siapa lagi di kelas?" tanya Genta.

"Nggak ada, Kak."

Genta diam sejenak untuk berpikir. "Untuk sementara lo jangan duduk sama dia dulu. Nanti biar gue yang bilang ke wali kelas lo."

"Iya, Kak."

Rima hanya bisa mengangguk. Sekarang ia tak bisa melakukan apa pun selain mengikuti saran dari Genta atau pun Biru. Rima percaya mereka akan berupaya yang terbaik.

Genta menatap Biru, meminta persetujuan dari kawannya. Namun bukannya merespon, Biru justru memanyunkan bibirnya.

"Perasaan lo panggil Genta 'kak' mulu. Terus kenapa sama gue cuma Biru doang? Ini gak adil!"

"Mulai sekarang lo harus panggil gue Mas Biru," lanjutnya. Genta tertawa sementara Rima mendelik dan menjwer Biru tanpa ampun.

"Mas? MashaAllah, nggak mungkin lah. Edyan po?"

Yash. Rima telah kembali.

🌷🌷

Berulang kali Biru mengetukkan telunjuknya ke stir. Perjalanannya kali ini merupakan serangkaian misi melindungi Rima. Baru beberapa menit yang lalu ketika tanpa sengaja Biru melihat sesuatu yang menarik di ponsel Rima. Dan hal itu memperkuat dugaannya.

Tempat yang dituju Biru adalah sepetak tanah kosong di pinggiran kota. Tempat itu banyak ditumbuhi rumput liar dan tanaman dandelion. Di sisi utaranya mengalir sungai dangkal yang berkilauan ketika bermandikan mentari senja.

Biru melirik arlojinya. Jam lima tepat. Bukan waktu yang buruk untuk menemui seseorang di sana. Ini adalah kali pertama setelah setahun lalu Biru menghubunginya.

Ru in Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang