35

289 7 0
                                    

Makanan malam dihidang . Jag air diletakkan di atas meja makan . Menu yang ringkas , tapi menyelerakan .

Pintu bilik kerja milik Iyad dipandang . Usai solat maghrib , Iyad terus masuk ke dalam bilik kerja . Nak buat kerja sikit katanya . Lepastu dia pesan jangan masak , nanti dia belikan makanan . Suruh aku rehat

Ahh dah kalau namanya Anggun Qairah , memang takkan dengar cakap . Lagipun bukan dia masak banyak . Buat apa nak bazir duit ? Barang dapur pun ada kan ?

Pintu bilik kerja diketuk . Tombol pintu dipulas . Terpegun melihat bilik kerja Iyad . Kemas . Cantik .

Mata dihalakan disekitar bilik . Nampak mewah . Elegan .

" Ya Puan Anggun . May i help you sweetheart ? Kepala kau pening lagi ke "

Fokus diberi pada Iyad kembali . Kepala digelengkan .

" Err aku dah siap masak . Jom makan ? " ajakku .

" Kau ni degil kan ? Aku cakap tak payah masak kan tadi . Aku boleh belikan makanan "

" Bukan degil . Aku taknak kau bazirkan duit . Kau tak sayang duit ke ? Membazir tahu ? "

" Degil dan keras kepala " ujar Iyad sambil peluk tubuh memandangku . Mata dikecilkan . Kemudian Macbook ditutup . Kertas kerja disusun rapi .

" Come in . Tak payah buat muka macam tak pernah tengok bilik kerja sangat " ujar Iyad bila sedar aku masih melihat hiasan di sekitar bilik .

Kaki mengorak langkah masuk . Tangan sengaja memegang setiap barang yang mungkin harganya tinggi .

" Besarnya bilik kerja kau ni yad . Dengan rak bukunya . Kau boleh buka library macam ni " ucapku seraya ketawa kecil .

Kerusi dihadapan Iyad ditarik . Punggung dilabuhkan . Mata tertumpu pada jam pasir emas yang ada disebelah satu frame . Tak nampak sebab frame itu menghadap Iyad .

Jam pasir emas itu ditilik . Cantiknya

" Cantiknya yad . Mesti mahal kan ? " soalku sambil mata tak lepas memandang jam pasir emas itu .

" Ambil la . Its yours sweetheart " Iyad memerhatikan perilaku ku .

" Eh tak payah . Kau tahu sebab apa ? " soalku sambil mengangkat kedua belah kening .

" Kenapa ? " . Iyad senyum senget
" Sebab ... semenjak kita kahwin . Semua benda dalam rumah ni kau dah kena kongsi dengan aku . Aku punya . Termasuklah.... " ayatku tergantung .

" Termasuklah aku ! " . Senyuman nakal diberi kemudian dia angkat tubuh mendekatiku . Hidung dicuit . " Im fully yours sweetheart "

" Hei ! " marahku .
Iyad sudah menghamburkan tawa .

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
" Dinda , dah makan ubat ? " soal Iyad sambil mencuci pinggan kotor yang berbaki .

" Belum dan taknak ! " jawabku kasar . Mulut dimuncungkan . Semua benda tak boleh buat ! Demam sikit je pun . Antibodi dia kuatlah !

" Nah ! Makan ubat . Kau jangan nak banyak songeh . Aku cium mulut kau nanti . Tak pasal mengandung tanpa rela nanti " paksa Iyad . Dah kalau lembut tak jalan , sini dia nak jadi suami yang sebenar benarnya .

Kan dah cakap . Sehari tak gatal tak sah . " Siapa nak cium dengan kau hah ?! " marahku . Ubat diambil kasar . Kemudian ditelan . Air suam diteguk .

Iyad melabuhkan duduk di sebelahku . Punya luas sofa ni . Dekat sebelah aku juga ya kau nak duduk ?

Punat remote tv ditekan . Kenapa cerita sekarang membosankan ? Huh . Kepala dipicit , pening dia datang dah .

ABANG , YOU ARE MINE !Where stories live. Discover now