Kotak kecil pemberian kakakku,berisi sejumlah kenangan saat kami bersama dulu sebelum semuanya berubah,penyakit yang dideritanya menyebabkan dia kesakitan dan harus melakukan pengobatan ke luar negeri.Akan tetapi,usaha yang dilakukan oleh keluargaku tak membuahkan hasil,takdir berkata lain.Ia pergi meninggalkan kami,meninggalkan orang orang terkasihnya.
Ingin sekali aku berteriak,menangis meraung dan meluapkan semua kerinduan yang membuncah.Dia yang dulu selalu ada untukku,melindungiku dari bully-an anak anak sepantaranku,menggendongku mengelilingi taman,selalu mengusap dan mengacak acak rambutku penuh perhatian,bahkan saat ini usapannya selalu terasa dibenakku.
Tapi sekarang,semua sudah berubah,untuk menangis saja aku tidak bisa,hanya terasa sakit seperti hati yang dicabik-cabik,rasa rasanya air mataku tidak dapat lagi mengalir,kering karena aku terbiasa menangis.Sampai aku belum bisa merasakan bahagia,mungkin tidak bisa.
Menutup kotak itu,semakin aku mengingat tentang kenangan itu,semakin aku tidak bisa ikhlas dengan kepergian kakakku.Terlalu sulit untuk menerima semuanya,kebahagiaanku ada padanya,namun sekarang kebahagiaanku telah tiada,hanya meninggalkan luka,tidak ada lagi kata bahagia.
"Bella!!kau tidak kuliah?"tanya bunda bersandar di pintu kamarku yang terbuka.Segera aku berbalik,tersenyum sekilas lalu mengangguk.
"Aku akan berangkat 1 jam lagi,"kataku menyimpan kotak itu kebawah ranjang.
Bunda mendengus pelan,"kau masih menyimpan kotak itu ternyata,"ucapnya menghampiriku.
Aku menunduk,enggan menatap mata bunda,takut membuatnya merasa bersalah dengan raut wajahku yang murung.
"Tidak ada alasan untuk aku membuang kotak ini,Bun."jawabku masih menunduk,terasa belaian bunda di surai panjangku.Ia adalah wanita yang lemah lembut,tapi sekalinya ia marah,ia akan mengabaikanku sampai aku benar benar meminta maaf padanya secara tulus.
"Bersiap-siaplah untuk ke kampus,wajah cantikmu ini tidak boleh bersedih lagi,"sarannya lalu menatap wajahku dengan senyum menyemangati diriku yang lemah.
Aku mengangguk paham,segera kuambil handuk yang tersampir dan melesat menuju kamar mandi.
Diriku dilanda rasa resah kala aku mendengar isak tangis bunda dikamar,aku memejamkan mata,mengenyahkan suara menyedihkan dipendengaranku.Aku benci melihat wanita yang telah mendidik dan membesarkanku itu ikut bersedih karena aku yang terus terusan mengingat kakakku.Bunda selalu terlihat tegar dihadapanku,padahal aku tahu,hatinya tercabik cabik kala aku murung mengenang kepergian kakak.
Kali ini aku bertekad untuk tak lagi bersedih,membahagiaankan keluarga dan diriku sendiri.
Ya.Sepertinya terdengar sulit.
tapi aku akan mencoba.◇◇◇
Berjalan di sepanjang koridor adalah hal yang paling aku hindari,aku benci orang-orang menatapku dengan tatapan tak biasa.Sering kudapati segerombolan perempuan yang membicarakanku saat aku melewati mereka,saat ditangga pun sama,gerombolan laki laki selalu menatapku penuh ketidak biasaan seperti baru melihat diriku.
Aku benci tatapan mereka yang membuatku risih,digunjingkan kaum perempuan maupun kaum laki-laki sudah menjadi kebiasaan,bahkan hal yang sudah ku anggap wajar.
Seperti saat ini,2 tahun aku belajar di kampus ini,2 tahun pula aku diberikan tatapan aneh dari mereka.Memandangku seolah aku ini makhluk paling menyeramkan karena mereka selalu menghindariku,bukan.Bukan mereka yang menghindariku,tapi aku yang menghindari mereka.
Aku bahkan tidak suka memiliki banyak teman,karena kebanyakan dari mereka hanyalah seorang yang bersikap baik di depan dan menggunjing diriku dibelakang.Dulu aku hanya gadis manja yang selalu bertopang pada kakakku.Ia selalu melindungiku kala aku di cemooh oleh mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUDUL_
Fiksi Remaja"Tuhan memberikan kita mulut untuk makan,bukan untuk membicarakan keburukan orang lain,tuhan memberikan kita telinga,untuk mendengarkan kata kata yang baik,bukan mendengarkan omong kosong orang lain,tuhan juga memberikan kita tangan,untuk menutup te...