Twenty three-memanfaatkan

3 1 0
                                    

"Bella,kau tak apakan,kemarin kau sempat terguncang saat bunda kemari,aku tidak ingin tahu apa masalahmu tapi aku juga tidak ingin melihat kau seperti kemarin Bell,"ujar Imelda khawatir kepadaku,mungkin ia juga kaget melihat aku untuk pertama kalinya seperti itu kepada bunda.Aku tahu sebenarnya ia ingin tahu apa penyebab aku seperti kemarin,tapi sekali lagi,dia Imelda,dia sedang mencoba mengerti diriku.

"Aku tidak apa-apa,hanya masalah kecil yang mungkin sulit terselesaikan karena diriku yang egois,benar-benar egois sehingga aku tidak mau menyelesaikan masalah itu,"

"Bell--,"

"Aku sesekali ingin sedikit saja memenangkan egoku,aku sudah lelah terus mengalah dengan keadaan,"ucapku dengan senyum nanar yang terpatri diwajahku. Ditambah lagi dengan bertemunya aku dengan Dama kemarin,membuat pikiranku semakin berkecamuk saja.

"Aku tahu kau memang selalu mengalah dengan keadaan,jadi biarkanlah egomu memenangkan ini,aku mendukungmu kalau kau mau egois,tapi ini bunda,apakah sebesar itu masalahnya?"lirihnya,aku menatapnya dengan senyum yang masih tercetak jelas dibibir,setidaknya aku tak menunjukkan rasa dikhianati dan rasa dibohongi ini kepada Imelda.

"Kau tahu saat kau merasa bahwa kepercayaanmu dihancurkan oleh orang yang sangat kau percayai?"

Imelda menganggukkan kepalanya,"Sakit,"ucapnya lirih.

"Seperti itulah hukum alam,semakin kau percaya pada seseorang maka kemungkinan orang itu untuk menghancurkan kepercayaan kita semakin besar,"

"Bella,kau yang sabar,aku sedang berusaha merasakan apa yang kau rasakan,tapi aku tidak kuat jika kau terus-terusan tersenyum seperti itu,"ujar Imelda.

Benarkah?kenapa dengan senyumku?Imelda tahu bahwa senyumku ini senyum palsu,dia memang orang yang pantas untuk kujadikan sahabat,selalu mengerti keadaanku,tapi aku tidak boleh terlalu percaya padanya bukan?karna aku takut ia menghancurkan kepercayaanku seperti yang orang lain lakukan padaku.

Hah?orang lain?mungkin untuk saat ini bunda menjadi orang lain bagiku.

Aku malah semakin melebarkan senyumku,"Tapi ini yang selalu kau inginkan jika aku sedang bersedihkan?"ucapku enteng seolah mengingatkannya dengan ucapannya waktu itu.

"Iya,tapi dengan ketulusan,bukan kepura-puraan macam ini!"lalu kemudian dia mendesis,memalingkan wajahnya dariku,mengusap wajah dengan kerudung pasmina yang membungkus rapi kepalanya.

Aku tertawa,entah menertawakan apa.

"Ternyata hidup selucu ini,"

"Bella!akan kutarik ucapanku waktu itu,kau boleh menangis meraung sekarang,aku tidak suka senyum palsumu ini bell,"

Aku terdiam,merubah ekspresiku menjadi datar,bukan karena Imelda menyuruhku untuk menangis meraung tapi karena ucapannya membuatku semakin yakin kalau hidup itu simple,hanya pribadinya saja yang membuat hidup itu rumit.

Seperti yang dilakukan Imelda ini,dulu saat aku sedang dirundung kesedihan ia memintaku untuk tersenyum,menghilangkan raut kepedihan diwajahku,tapi sekarang saat aku tersenyum meratapi nasibku ia malah melarangku untuk tersenyum karena ia tahu kalau itu senyum palsu.

"Setidaknya berpura-puralah tidak tahu kalau aku sedang berpura-pura tersenyum,"jawabku enteng kembali mengulas senyum.

"Aku tidak bisa memberi saran atas semua masalahmu,tapi mendengarmu menceritakan sedikit keluh kesah terhadapku sudah membuatku nyaman dengan posisiku sebagai sahabat,kau bisa percaya padaku,"

"Tidak!aku tidak akan percaya padamu,karna aku tidak mau kau seperti yang sudah-sudah,"

Lalu senyum terbit dibibir Imelda,"Terima kasih telah tidak percaya padaku,aku akan menjaga ketidak percayaanmu itu Bella,"ucapnya dengan lengkungan bibir semakin lebar.

"Karna aku tahu kau orang yang tertutup,setidaknya kalau kau menceritakan sedikit masalahmu padaku,sudah jelas kalau aku orang yang cukup berarti dihidupmu,"lanjut Imelda.

Aku hanya tersenyum menanggapi perkataannya.

●●●●

"Jadi--kita akan membuat suatu grup menari?"tanya Kak Tari yang dengan wajah berbinarnya,mungkin ia senang atau apalah aku tidak mengerti.

"Iya,Bella memaksaku untuk segera membentuk grup,"jawab Valleron enteng,aku segera membelalakkan mata,sialan!dia sungguh menyebalkan!

"Benarkah?aku tidak percaya kalau Bella seantusias itu untuk mengikuti kontes ini,"ujar Kak Rio tidak percaya. Dia masih disibukkan dengan laptop dipangkuannya.

Aku mendesah pelan,entahlah,aku tak peduli,saat ini sisi jahatku ingin memanfaatkan mereka untuk mendapat hadiah uang yang besar itu untuk menunjang kehidupanku. Tak ayal acaranya memang cukup besar karna yang mengikuti pun hampir seluruh pelosok negeri.

Aku memang jahat ingin memanfaatkan mereka,tapi tidak ada cara lain yang bisa kulakukan,lagipula,saat kemarin aku mencoba berselancar disosial media,aku memang sedang trending,bukan sombong,tapi aku memang mahir dalam melakukan gerakan saat acara di balai kota. M enumbuhkan rasa percaya diriku.

Sedikit miris karna saat itu lagu yang akan kubawakan untuk menari malah diganti oleh seseorang yang entah aku tidak peduli wujudnya. Namun,aku tidak menyesalinya,berkatnya aku malah terkenal dijejaring sosial karna bakatku.

Aku juga tidak peduli jika Valleron sudah mengetahui kebusukanku dari awal ini,ia nampak anteng-anteng saja dengan sikap sok acuhnya itu. Aku tahu ia sebenarnya sedang bersikap seolah dia tidak tahu bahwa aku akan memanfaatkan mereka. Lagipula aku sebenarnya tidak masalah jika ia mengetahuinya,membeberkannya kepada Kak Rio dan Kak Tari,aku justru bersyukur karna aku sedikit menghilangkan rasa bersalah yang tertanam didalam hati.

Sedari tadi Kak Tari terus menampakkan senyum dibibirnya,entah itu karena akan mengikuti kontes ini atau senang karna bisa satu grup bersama Kak Rio,aku yakin kini hubungan mereka semakin dekat,tinggal officialnya saja yang mungkin masih mereka simpan rapat-rapat.

"Sepertinya kau sangat bahagia,ada apa denganmu?"Valleron seperti menyuarakan isi hatiku kepada Kak Tari.

"Ehh,kelihatan sekali ya?entahlah--aku bahagia Bella mulai menunjukkan bakatnya kepada semua orang,aku senang saat ini dia mulai percaya diri."

Entah itu hanya sekedar bualan atau apa tapi dari pancaran matanya ia tulus mengatakan itu,aku tak percaya kalau dengan sikapku yang sekarang akan membuat Kak Tari se-bahagia ini.

"Hah?"aku tergagap tak mengerti,kenapa?

"Aku tidak bisa menjelaskannya,emmm...bagaimana Rio?sudah menemukan lagu yang tepat?"tanya Kak Tari segera mengalihkan perhatian kepada Kak Rio yang masih sibuk memilah lagu untuk tarian kita nanti.

Perhatian kami semua tertuju pada Kak Rio,ia segera mendongak,menatap kami bergantian.

"Kalian lihat sendiri saja lagunya,aku takut tidak sesuai dengan kriteria kalian."ucapnya sambil menyerahkan laptop kepangkuan Valleron.Ia menerimanya dengan senang hati.

●●●●●

tbc

3 Mei 2020

JUDUL_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang