Nine-Percaya Diri

0 0 0
                                    

Aku memakan burgerku dengan lahap,perutku sudah tidak bisa diajak kompromi.Kulihat Valleron sedang memandangi becek air dijalanan yang menggenang,sesekali memandangku dengan senyum yang selalu mengembang.

Hawa semakin dingin,aku memasukkan satu tanganku kedalam saku jaket dan mencari kehangatan disana.Satu tangan kananku masih sibuk memasukkan burger kedalam mulut.

"Kau masih menolak untuk menjadi partner menariku?"tanyanya dikeheningan malam yang mencandukkan.

Aku masih tak menghiraukannya,seharusnya ia tak usah bertanya kalaupun jawabanku masih tetap sama.

"Tidak!"tegasku,ia nampak mengambil sebuah batu kecil dibawah lalu melemparkannya ke genangan air.

Aku mengernyitkan dahi bingung.

"Kenapa kau tidak mau menjadi partner menariku?"

Oke,pertanyaan yang hampir sama dengan pertanyaan-pertanyaan yang lalu.

"Aku tak perlu menjawabnya,"jawabku datar,mengalihkan pandangan ketempat sampah didepan,sekedar membuang bungkus burger.

"Kau masih tak percaya diri?"

"Bukan urusanmu,"

Kulihat di bergumam,yang jelas aku tak bisa mendengar tetapi ia kembali melayangkan pernyataan dan pertanyaan yang malas ku jawab.

"Aku tidak akan memaksamu menjadi partner menariku,tapi kau punya bakat Bell,setidaknya kau bisa menunjukkan bakatmu itu kesemua orang,"tuturnya panjang lebar.

"Kau bisa solo dance!"

Aku menatapnya malas,lalu bergeming.Tidakkah dia tahu kalau aku ini orang yang kurang percaya diri,bahkan tidak percaya diri.

"Jangan kedepankan ketidak percaya dirimu,aku tahu kau bisa dan--"

"Dan aku tetap tidak akan mengikuti acara di balai kota itu!"jawabku telak,tak mau mengungkit masalah tentang acara menari yang membuat kepalaku pening.

"Kau tidak punya temankan?"tanyanya lagi dengan nada sinis.

Aku mendengus,lalu menatap tajam lelaki disebelahku.

"Aku hanya--"

"Kurang percaya diri untuk memiliki teman?"

Huh,sok tahu sekali dia.

"Dulu aku punya banyak teman,tapi mereka seperti ular berbisa yang membicarakan keburukanku di belakang,"

"Kau tahu,kenapa aku dulu menjadi musuh Saga?"

"Karena aku iri dengannya,dengan semua yang dia miliki,berati kau seperti dia.Mereka iri denganmu seperti aku iri dengan kakakmu,"lanjutnya yang membuatku diam seribu bahasa.

"Menurutku,kau tak perlu punya banyak teman,pepatah yang mengatakan,'satu musuh terlalu banyak,seribu teman kurang'itu omong kosong.Nyatanya dikehidupan nyata,seribu orang teman itu adalah musuh yang sebenarnya.Bermuka topeng untuk kepentingan pribadi kan?"

"Aku pernah mengalaminya,dan aku mendapatkan pelajaran dari Saga.Semua yang aku terawang dalam pikirannya tidak bisa kutebak,dia selalu terlihat tenang padahal sebenarnya,dilain waktu dia sedang mempersiapkan balasan dengan pelajaran hidup yang berharga."

"Bukan maksudku untuk mengungkit dirinya,tapi aku merasa kagum dengan dirinya yang tetap tenang walaupun diterpa badai,kebencian,dan ke-irian dari diriku."

"Aku lebih bebas bercerita denganmu.Aku merasa kalau aku benar-benar harus menjagamu.Gadis kecil 2 tahun-an yang masih bergantung pada kakaknya."

"Itu semata-mata karena perintah Kak Saga kan?"

JUDUL_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang