Aku melangkahkan kakiku menyusuri jalanan yang sepi,dengan hoodie hitam dan celana kain panjang menampakkan keadaanku yang kurang baik,sudah 2 hari aku tidak berangkat kuliah,entahlah sepertinya tuhan kembali memberikan aku kejutan.
Semua berlalu begitu saja tanpa bisa aku hentikan,kepergian nenek kembali membuatku down,benar benar kacau hidupku,padahal baru sebentar aku menikmati rasanya menjadi cucu yang disayangi.
Dan kini kembali aku ditampar kenyataan bahwa aku memang tidak pantas untuk bahagia,itu definisi diriku.
Dari arah depan aku bisa melihat 2 sosok yang sedang bertengkar,aku terdiam memandang mereka,mungkin ini bisa menjadi hiburan bagiku,entah mengapa aku juga ingin orang lain merasakan hal yang sama dengan,merasakan bagaimana kejamnya dunia. Dan bagaimana manusia dipermainkan oleh takdir.
"Aku masih mencintaimu!!"teriak seorang wanita yang berpakaian minim itu,jalannya juga sempoyongan,mungkin dia mabuk berat.
"Lepas,aku sudah tidak mencintaimu lagi,"sang pria menjawab sambil menjauhkan tangan wanita itu dari bahunya.
"Aku tidak percaya,kau pasti masih mencintaiku kan?"tanyanya lagi dengan nada merendahkan.
"Kau ini hanya cinta kepadaku,kau saja rela kehujanan hanya untuk mengantarku pulang,"
"Kau juga memakaikanku jaket ketika aku kedingin,"
"Kau rela menggendongku ketika kakiku pegal,"
"Kau sungguh mencintai ku..."
"Sekarang pun kau masih mencintaiku,"
"Kalau tidak mengapa kau mau menemaniku disini,"
"kau mau mengangkat panggilanku,"
"kau mau menjemputku untuk pulang dari bar ini,"
Racau wanita itu terus menerus tiada henti,aku mengernyit,lalu seulas senyum miring tercetak jelas diwajahku. Drama murahan tapi menyenangkan,kalau saja aku yang menjadi pria itu maka aku akan dengan senang hati meninggalkan wanita itu.
"Cukup,aku tidak peduli padamu lagi,lepaskan ini!!"pria itu membentak sang wanita,tetapi tidak berpengaruh sama sekali terhadapnya.
"Aku menyesal dulu pernah mencampakanmu dan malah memilih lelaki penyakitan itu...,"
"Maafkan aku..."
"cukup,aku tidak peduli!!"
"Aku menyesal,tolong maafkan aku,"
"Lepas atau kau ku lempar,"ancam pria itu.
"Terserah kalau kau mau melemparku,aku baru sadar kalau aku mencintaimu,"
Oke,sekarang ini benar benar menjadi hiburanku,aku ingin melihat pria itu benar benar melempar sigadis,lalu gadis itu akan menagis meraung,tak tau malu ditempat umum seperti ini.
Terdengar jahat bukan?tapi aku ingin itu terjadi sekarang juga."Aku dulu menyesal,kenapa aku bisa mencintai pria penyakitan seperti dia dulu,"
"Terserah,kau ternyata sudah gila,"
"Aku gila karenamu,"
"Aku sungguh jijik melihatmu yang sekarang,ada apa dengan kau ini?"
"Kau jijik denganku?benarkah?"
"Menyedihkan,"
"Aku memang gila,menyedihkan seperti yang kau bilang,"
"Sekarang aku yang menyesal dulu pernah mencintai gadis yang mencintai orang lain,"
"Vall...."
"Dan parahnya orang lain yang kau cintai itu adalah orang yang kubenci,"
"Ituu.."
"Lagi,aku menyesal mencintaimu karna kau membuatku benci orang lain yang bahkan rela mendonorkan retina matanya padaku,"
"Aku sungguh menyesal,"
"Vall..apa kau sudah tidak mencintaiku?"
"Ya,"
"Dan apa kau sudah mencintai gadis lain?"
"Ya,"
"Siapa dia?"
Aku masih menatapnya penuh penasaran,jarang jarang sekali melihat drama live didepan mata tanpa jeda.
"Adik dari pendonor mataku ini,"
Ya!dia Valleron dan--Kak Dama,kejutan apalagi ini tuhan?
○○○○○
Aku sampai di apartementku tepat pukul 10 malam,keadaan ruangan masih sepi,lampunya juga mati. Aku memilih tidak menyalakannya,entahlah,aku malas.
Kurebahkan tubuhku diranjang,memejamkan mata sejenak,sepertinya malam ini akan turun hujan,suhunya pun cukup dingin ditambah ruang pendingin yang ada dikamarku.
Aku melihat ponsel ku sejenak,baterainya tinggal 5%,oh my...kakiku sungguh malas hanya untuk mengisi dayanya.
Aku kembali teringat beberapa hari ini ketika semua keluarga besar ku meminta maaf secara tulus(mungkin)dihadapanku.
mereka nampak merasa bersalah telah memperlakukanku dengan kurang baik,aku jadi bingung harus bersikap bagaimana. Disatu sisi aku bahagia,ada rasa plong seperti telah menghempaskan beban yang berat,tapi disatu sisi aku juga merasa kecewa karena hal yang aku sendiri pun tidak tahu.
Bagaimana dengan hari esok dan seterusnya?apakah aku akan merasakan hal sama seperti ini?mengapa hidupku terlalu tabu?
Tadi bunda sempat memaksaku untuk kembali pulang kerumah,tapi aku menolaknya,bukan karena aku belum memaafkan mereka,hanya saja aku masih merasa asing dengan suasana yang baru itu. Aku cukup canggung jika berdekatan dengan mereka.
Dan mungkin saja kedepannya aku tidak akan merepotkan mereka dengan mengurusku,aku akan memilih mandiri,membiayai semua kebutuhanku sendiri.
Dua hari terakhir ini aku juga tak melihat Valleron,hanya tadi saat aku melihatnya bertengkar bersama Kak Dama. Sebenarnya ada hubungan apa mereka berdua?aku tidak tahu dan tidak mau tahu. Diriku sudah terlalu dipusingkan dengan masalah yang terus berdatangan. Kepergian nenek membuatku kembali terpuruk,walaupun dulu ia sempat membenciku tapi aku tetap menyayanginya.
Mataku menerawang ke jendela luar kamarku,lampu-lampu kendaraan terlihat memburam,sepertinya minusku bertambah.
Untuk memeriksakan mataku saja aku tidak sempat,oh..bukan tidak sempat,tapi tidak ingat.
Tubuhku semakin kurus saja,lihat tanganku seperti jika dibelah langsung memunculkan tulang kecil yang mudah rapuh.
Hujan mulai terasa derasnya,aku menghirup aroma yang menguar dalam-dalam,merasakan dinginnya malam,dinginnya kesendirian.
Bangun dari tempat tidur,mengamati hujan dari jendela kaca dengan lebih dekat.
Aduhhh....aku lapar.
○○○○○○○
tbc
13 juli 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
JUDUL_
Teen Fiction"Tuhan memberikan kita mulut untuk makan,bukan untuk membicarakan keburukan orang lain,tuhan memberikan kita telinga,untuk mendengarkan kata kata yang baik,bukan mendengarkan omong kosong orang lain,tuhan juga memberikan kita tangan,untuk menutup te...