Aku terbangun dari mimpi burukku,peluh keringat membasahi dahi,tak ayal aku begitu tertekan dengan semua ini,ditambah kemunculan kakak dari Dimas yang mungkin saja masih membuntutiku untuk membalas dendam terhadapku.
Bukannya bangkit,aku malah menelentangkan tubuhku menatap langit langit kamar,menangis dengan diam disana. Zaira...aku ingin kau kembali,aku ingin meminta maaf,menebus semua rasa bersalahku, Dimas...apa karenaku kau pergi?kak Saga...aku ingin menghabiskan waktu lebih lama bersamamu,Bunda aku rindu pelukanmu,dan Ayah..maaf membuatmu terluka dengan sikapku.
Aku membekap mulutku dengan tangan,berusaha menghilangkan isak tangis memilukan. Aku ingin pergi,tapi aku tahu apa konsekuensinya dengan aku pergi.
Imelda memang sahabatku sejauh ini,tapi aku sebenarnya trauma memiliki sahabat,aku takut ia akan meninggalkanku.
Aku sudah lelah menangisi kehidupanku,aku memang lemah,jadi aku boleh egoiskan?
Berusaha untuk tak mengeluarkan air mataku,aku mengusapnya dengan kasar,mengumpat dalam hati,dasar lemah,oh Tuhan...aku ingin semua ini berakhir,tapi menghindar dari masalah sama saja dengan memupuk karma yang terus berdatangan.
Aku bangkit dari tidurku,melangkah menuju balkon apartement,menghirup udara segar kota ini,sambil menghilangkan stres berkepanjangan yang membuatku merasa tertekan,bintang bintang malam ini tak menampakkan wujudnya karena terhalang awan gelap malam,tapi bulan setia menemaniku malam ini,seolah memang hanya dia yang mampu mengerti diriku.
Seperti kehidupan,bintang diibaratkan orang-orang yang perlahan menghilang meninggalkanku dan hanya tersisa bulan yang setia menemani keluh kesah kehidupanku.
aku menghirup udara malam dalam dalam,ingin menunjukkan ke alam bahwa aku Bella,gadis kuat sang pengangum malam,yang tak kenal lelah menghadapi setiap cobaan kehidupan dengan porsiku sendiri.
Aku menatap kesekitar,menatap tepat kemata jernih lelaki yang kini juga sedang menatapku dalam,ia mengukirkan senyum manis andalannya sepertinya. Tepat dibalkon samping unitku,dia mendudukkan dirinya di pinggiran pagar,tak takut dengan ketinggian.
Aku terdiam,apakah dia bulan yang aku maksud?dia selalu ada disaat aku terpuruk seperti ini,dia yang seolah membuatku tenang menghadapi cobaan.
Senyumnya masih terus dikembangkan,membuat jantungku berdetak tak karuan.
Aku berdehem,mengalihkan perhatian dan pandangan darinya,berusaha menetralkan detak jantung.
"Kenapa belum tidur?"tanyanya memandangku dengan suara beratnya.
Aku hanya menggeleng,enggan menjawab pertanyaannya.
"Mimpi buruk?"tebaknya tepat sasaran.
Seperti biasa ia selalu tahu tentang keadaanku,aku hanya mengangguk samar kemudian mengalihkan pandangan ke remang remang cahaya lampu kota.
"Itu karena kau tidak mendapat salam dariku tadi,"katanya spontan.
Aku tersenyum samar,percaya diri sekali dia,memangnya salam selamat malam sangat penting bagiku?
"Jangan terlalu dipikirkan tentang masalahmu,aku tahu kau kuat. Tidurlah,"lanjutnya. tanpa menatapku.
"ini sudah pagi,"jawabku datar,dia terkekeh pelan,kemudian mengusap usap matanya,aku tak tahu kenapa,karna hanya terlihat samar samar,seperti yang kalian tahu kalau aku minus.
"Kalau gitu selamat pagi,tidur nyenyak ya,aku tahu kau tak sudi memimpikanku,jadi aku yang akan memimpikanmu,"ucapnya kemudian berdiri dari tempatnya.
Aku mengalihkan pandangan kemudian cepat cepat masuk kedalam,jantungku berdesir tidak karuan.
○○○○○○
KAMU SEDANG MEMBACA
JUDUL_
Novela Juvenil"Tuhan memberikan kita mulut untuk makan,bukan untuk membicarakan keburukan orang lain,tuhan memberikan kita telinga,untuk mendengarkan kata kata yang baik,bukan mendengarkan omong kosong orang lain,tuhan juga memberikan kita tangan,untuk menutup te...