Five-Night Changes

0 0 0
                                    

Aku dan Imelda mengunjungi perpustakaan kota yang terletak di sebelah kafetaria tempat kami bekerja.

Dipenuhi dengan jajaran buku-buku yang membuat mataku berbinar,tak kusangka Imelda mengikutiku kedalam perpustakaan dan mengambil salah satu buku cerita fantasi.

Aku menatap heran kearahnya,tumben sekali ia suka membaca,padahal setahuku dia selalu malas dan bosan saat membaca kata per-kata dalam buku.

Sadar dengan tatapanku yang heran,Imelda langsung tersenyum menghadapku."Sekali-kali aku ingin membaca sepertimu,aku masih penasaran tentang 'detektif konyol' yang selalu kau baca itu setiap hari,"ujarnya membuatku menggeleng pelan.

"Kau selalu membaca 'detektif konyol' itu tapi tidak pernah ada habisnya,"Ucapnya lagi.

"Detektif konyol ada beberapa seri buku,"jawabku masih fokus menatap buku.

Imelda nampak mengangguk,setelah itu fokus membaca buku.

Dari dulu aku memang gemar membaca cerita bergenre fantasi dan komedi,bisa di bilang imajinasiku ini tinggi.Aku bisa merasakan diriku sendiri ada dalam cerita tersebut,cerita fantasi juga menampilkan tokoh-tokoh yang sifatnya tidak bisa ditebak.Aku kagum dengan para penulis cerita fantasi.Bisa membawaku ke halusinasi yang mereka buat.Juga cerita komedi yang membuat perutku sakit karena terlalu banyak tertawa,humor ku memang rendah.

Ponselku berdering nyaring di sunyinya perpustakaan,aku mendengus pelan,orang-orang yang berada disini menatapku horor,seolah menyuruhku segera untuk mengangkat panggilan.

Aku menundukkan badan meminta maaf,lalu pamit kepada Imelda,keluar dari gedung perpustakaan.

Nomor tidak dikenal.

"Hallo,salah panggilan?"ucapku kepada si penelpon saat aku sudah berada diluar perpustakaan.

"Tidak,"ujar di seberang.

Oh God,sepertinya aku mengenal suara itu.

"Aku Valleron,"ucapnya lagi di seberang.

Aku mendengus pelan,benar-benar menyebalkan,aku lupa memberitahu Kak Tari untuk tidak memberikan nomorku kepada siapa pun.

Aku segera menekan tombol merah,memutuskan panggilan sepihak,kemudian men-silent ponsel agar tidak ada yang menggangguku lagi.

Masuk kembali ke perpustakaan,menghampiri Imelda yang kini telah terlelap dimejanya.Dasar gadis pemalas.

Aku duduk disampingnya,membaca buku kembali tanpa ingin mengganggu tidurnya.

○○○

Aku masuk ke studio ruangan,nampaklah Kak Tari yang sedang melakukan pemanasan bersama dengan para penari yang lain.

Ia terlihat fokus,lalu tersadar saat aku menutup pintu ruangan,Kak Tari menatapku dari pantulan kaca,seulas senyum terbit di bibir manisnya kala aku meletakkan tas dan masuk kebarisan.

"Bella,"ucapnya menoleh kearahku,aku mendongak lalu menatap Kak Tari dengan kening berkerut.

"Bisa bicara sebentar?"tanyanya mendekatiku.

Aku menggangguk mengiyakan ajakannya,menyuruh Ceri memimpin pemanasan,selanjutnya membawaku keruang studio senior.

"Kau menolak tawaran Valleron untuk menjadi partner menarinya?"tanya Kak Tari setelah kami sampai di ruangan.

Aku mengangguk,"sudah aku katakan bahwa aku tidak ikut acara itu,"ucapku datar menatap pantulan diriku dan Kak Tari di kaca besar.

"Oke,aku tahu kau pasti akan menolaknya,tapi kau tak menyesal kalau tidak ikut acara di balai kota itu,"ucapnya duduk di salah satu sofa ruangan.

JUDUL_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang