Eight-Malam

0 0 0
                                    

"Kau punya cutter?"tanyaku kepadanya dengan nada datar.

"Untuk apa?"

"Memotong lehermu kalau kau masih menatapku,"

"Oww,sadis!"

Aku menghela napas jengah,merapalkan doa-doa agar lelaki di sampingku ini tidak terus-terusan menatap memuja kearahku.

"Kau manis,"ucapnya lirih,kemudian mengalihkan pandangannya ke depan.

Aku malas meladeni,"Aku suka menatapmu,"ujarnya kembali membuatku mengernyitkan dahi.

"Kau tahu,aku sebenarnya tidak terlalu pandai mengendarai mobil,kalau kau macam-macam aku tidak akan segan untuk menabrakkan mobil ini ke tiang di depan sana,"ancamku kepada dia tanpa mengalihkan perhatian dari kemudi.

Jujur aku hanya beberapa kali mengendarai mobil,aku tidak suka memakai mobil sendiri,aku lebih suka menaiki bus umum untuk menuju kampus.

"Kau sungguhan?"tanyanya nampak meragukan kesungguhanku.

"Kau bisa menerawang pikiranku kan?kenapa kau masih meragu?"ucapku sarkastik.

"Oke,aku diam,"

○○○

Kutatap keluar jendela mobil,cuaca remang-remang lampu jalanan terlihat begitu indah,hujan nampaknya mulai reda,dan udara dingin menerpa wajahku,suara kendaraan yang lalu lalang membuat diriku benar-benar ingin keluar dari mobil.

"Kau membawaku kesini?"ucap Valleron mengikutiku keluar dari mobil.

Aku tak menjawab pertanyaannya,melemparkan kunci mobil kearahnya,dengan gerakan reflek dia menangkap,lalu mengikutiku duduk disalah satu bangku trotoar jalan.

"Kau suka jalanan?"tanyanya menatapku.

"Atau kau suka malam?"

Aku masih tak bergeming,seharusnya dia tidak perlu bertanya karena dia bisa membaca pikiranku.

"Kenapa kau bisa sedekat itu dengan Bunda?"tanyaku kepadanya masih menatap jalanan.

"Aku juga dekat dengan Ayahmu dan--Saga,"jawabnya membuatku mengernyitkan dahi.

Dengan seulas senyum dia berucap kembali,"aku dulu musuh Saga,"

Aku tambah bingung,lalu menatapnya seolah aku butuh penjelasan,ia yang mengerti apa isi hatiku pun berkata,"lihat mataku,"ujarnya menyuruhku menatap matanya.

Aku menghindari tatapannya,malas sekali menatap matanya,tapi mata itu--

"Kau pasti tau mata ini Bell,"ucapnya lirih,aku tetap tidak bergeming.Masih sibuk dengan pikiranku sendiri.

"Ini--mata kakakmu,"katanya dengan sendu,aku membelalakkan mata.

"Apa maksud semua ucapanmu itu?"tanyaku mulai bingung dengan kata-katanya yang tidak jelas.

"Kau mau mendengar ceritaku?"

Aku mengangguk malas,kurapatkan hoodie untuk mengurangi hawa dingin yang menusuk.

"Dulu aku musuh kakakmu,aku membenci dia dengan suatu alasan.Selalu merecokinya dan entah kenapa dia tidak pernah membalas,suatu saat aku kecelakaan yang membuatku kehilangan penglihatanku,dia mendonorkan matanya untukku,"

terdengar hembusan napas darinya.Aku sungguh tertegun mendengar pernyataannya yang baru ku ketahui sekarang.

"Aku terkejut bahwa dia yang mendonorkan kornea matanya untukku,dia bilang,dia memberikan itu kepadaku supaya dia tidak ingin aku terus-terusan membencinya,dan aku semakin terkejut saat mengetahui kalau dia---mengalami penyakit yang mematikan,"

JUDUL_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang