Fifeteen-Suicide?

0 0 0
                                    

kulangkahkan kakiku keluar dari toilet,tapi tunggu sebentar.

Ada yang menyebut namaku dari luar,aku menunggunya menyelesaikan kalimat.

"Sial,rencana kita untuk menggagalkan penampilannya hancur total,kenapa dia bisa sepandai itu menarikan gerakan yang baru,"ucap seseorang yang pasti kuketahui dia adalah perempuan.

"Aku tak paham dengan jalan pikirannya,kenapa ia bisa mengikuti gerakan lagu sesuai nada,padahal yang kutahu itu adalah gerakan yang sangat sulit,"lanjut seseorang dengan suara berbeda dari yang pertama.

Aku menghela napas pelan,jadi mereka yang menyabotase lagu yang sudah kupersiapkan,sial.Ada masalah apa mereka denganku?

Aku kembali mengusap wajah dengan kasar,karena mereka aku kembali mengingat kenangan kelamku.

Dengan tenang kakiku berjalan keluar,aku bisa melihat gerombolan gadis sedang merapikan sesuatu didepan cermin,tentunya sambil berceloteh membicarakanku.

Menghampiri mereka,mungkin aku hanya akan melihat reaksi terkejutnya.Aku malas untuk meladeni ataupun protes dengan apa yang sudah mereka lakukan.

berdiri tepat disamping gadis yang entah bernama siapa,yang akhir-akhir ini sering kujumpai ditempat latihan.

Nampak keterkejutan dari mereka terpancar jelas diwajah,aku ingin tertawa terbahak melihat ekpresinya,tetapi kuurungkan karena aku ingin berpura-pura tidak mendengarkan apa yang telah mereka bicarakan sedari tadi.

Kuusap wajah dengan air dingin kembali,menghilangkan bercak air mata dan darah yang sempat mengalir dihidungku tadi,mengusapnya dengan tisu dan mencoba bersikap biasa saja,aku tidak ingin menjadi perhatian sekarang,terlebih mood ku sedang buruk.

"ehmm..,ayo kita keluar,"ujar seorang gadis dengan rambut dikuncir kuda,dia sosok yang sering memberikanku tatapan mengejek,kini terlihat gugup.

Aku bisa melihat mereka mengangguk,cepat cepat menaruh barang kedalam ransel mereka dan segera pergi dari sini.

Senyum miris tersungging dibibirku,banyak sekali orang yang kejam denganku,benci sekali mengetahui kalau diriku benar-benar orang yang patut dihindari oleh mereka.

"Terima kasih telah membuatku sadar bahwa hidup sekejam ini,maka--aku harus membiasakannya,"ujarku lirih.

Setelahnya aku pergi menuju rooftop balai kota,menenangkan diriku yang dirundung masalalu.

Duduk dikursi renta yang tersedia disana,kaki-kakinya sudah lapuk dimakan waktu tetapi aku tak peduli,aku tak peduli jika sewaktu waktu kursi ini akan patah menahan bebanku.

Kembali kememoriku terdahulu,aku mengingat kebersamaanku dengan Kak Saga ataupun Dimas,masalaluku.

Setelah keputusan Bella memutuskan hubungannya dengan Dimas,lelaki itu tak henti-hentinya memejamkan mata,berharap bahwa ia sedang bermimpi.

Di ranjangnya kini ia meringkuk malasan,membenamkan wajah kebantal,tak ingin terlihat lemah hanya karna seorang perempuan,sungguh konyol kalau ia sampai terlihat lemah dengan keadaannya sekarang,seolah ia adalah lelaki budak cinta yang akan tunduk terhadap semua kemauan gadisnya.

Dimas terlihat kacau,semua pikirannya hanya tertuju kepada sang gadis,Bella,yang kini telah menjadi mantan kekasihnya.

Ia butuh pelepasan,ia butuh kesendirian untuk menenangkan hati,baginya sekarang hidup sudah tidak ada gunanya lagi,karena satu-satunya gadis yang membuat ia hidup dengan kehidupannya telah pergi.Dengan alasan yang tak masuk akal.

Dimas keluar dari kamarnya,dengan pakaian yang tak bisa dibilang baik,ia menuju kesebuah danau yang terletak didekat stasiun.Ia akan menghabiskan waktunya sendirian disana,ia ingin segera mengenyahkan kegalauannya sekarang.

JUDUL_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang