Eighteen-Dance In The Night

0 0 0
                                    

"Brosur apa ini?"kataku kepada Valleron yang sedang menyunggingkan senyum menawannya.Eh,maksudku senyum jahil seperti biasa.

"Baca saja dulu,siapa tahu kau tertarik untuk mengikuti kontes tersebut,"jawabnya menyerahkan sebuah brosur kepadaku.

Oke,aku akan membaca.

Dance in the night?kontes menari macam apa ini?

Tidak,tidak,aku tidak ingin mengikuti kontes ini.Lagipula kontes itu diadakan untuk grup,dan aku tidak begitu tertarik mengikuti kontes itu.

"Terima kasih,"ujarku seraya mengembalikan brosur itu kepada Valleron.

Dia pastinya sudah tahu kalau aku akan menolak mentah-mentah tentang kontes menari itu,tetapi mungkin ia berusaha mencoba,kali saja aku mau mengikuti.

"Hmm,sudah kuduga.Hadiahnya lumayan besar,bisa untuk membeli 1 apartemen mewah dan mobil,atau--biaya hidup selama 1 tahun?"kata Valleron lagi.

Cukup besar,tapi aku masih bisa mencukupi kehidupanku dengan profesi sebagai penulis,hanya saja,untuk membayar kuliah dan membayar sewa apartemen juga lumayan besar.

"Kau harus memikirkannya,pendaftaran akan ditutup 3 hari lagi,jangan sia-siakan kesempatan ini,"

○○○○○

Tidur seharian di apartemen saat ini sedang menjadi rutinitasku sehari-hari,entah berapa panggilan yang ada diponselku dari ayah dan bunda masih tak kubalas,aku butuh sendiri saat ini.Tak ingin memaksa untuk bertemu mereka,membuka luka lama dan berpura-pura kuat didepan mereka.

Aku tahu mereka menyayangiku,sungguh,aku tidak ingin mengecewakan mereka,tapi mendengar kebohongannya,hancur sudah kepercayaanku terhadap mereka.

Kotak kenangan yang Kak Saga simpan untukku masih kubawa,aku sedang tidak mood untuk membuka isinya,aku lelah menangis seharian kemarin,aku ingin menetralkan kondisi tubuh dan psikisku.

Aku butuh waktu untuk menerima semua,menjalani hidup sendiri,berusaha untuk mandiri,dan mengikhlaskan semua yang ada dalam hidup.Tak boleh berlama bersedih-sedih dalam kabung kelam yang menyelinupi sebagian hidupku.

Kegiatanku menjadi seorang penulis juga berpengaruh besar terhadap penghidupan diriku,penghasilannya tak seberapa tapi aku menyukai pekerjaanku.

Mungkin aku akan memikirkan kembali tawaran Valleron untuk mengikuti kontes dance in the night itu,aku harus mencukupi kebutuhanku sendiri,tidak bergantung dengan orang lain.Apalagi biaya hidup di kota terbilang cukup tinggi,hidupku sudah penuh dengan kesengsaraan,aku tak ingin menambahnya lagi dengan hidup susah dijalanan.

Ponselku berdering nyaring,tanda ada seseorang menelponku,entah itu ayah ataupun bunda,aku segera mengeceknya.Dugaanku salah,itu panggilan dari Valleron sialan,baru saja aku memikirkan tawarannya,tetapi nomor ponselnya langsung tertera dihandphoneku.

Aku sedang malas mengangkatnya,kubiarkan teleponku berdering nyaring terus menerus,aku butuh istirahat kali ini,kuraih ponselku dan membuat mode silent agar nada deringnya segera berhenti.

Kupejamkan mataku,hari ini,jiwaku sedang melayang entah kemana,sebagian dari diriku lupa akan bagaimana keadaan diriku sendiri,seperti dibawa melayang,melambung tinggi,aku memang harus berusaha untuk membuang masalaluku,bukan melupakan,tetapi mengikhlaskan.

○○○

"Aku mau ikut kontes itu,"ujarku kepada Valleron yang kini tengah sibuk merapikan buku-buku tebal setebal kamus bahasa indonesia di perpustakaan.Ia kemudian menatapku,mencari kebenaran dibalik mataku.

Aku mendengus,memutar bola mata malas,lalu mengambil brosur yang ada disampingnya.

"Emmm,kau-- mau menjadi partner menariku?"tanyaku to the point kepadanya.

Sial!kulihat ia terkekeh meremehkan tawaranku,masa bodo dengan semuanya,aku harus menurunkan gengsiku,karena gengsi itu penyakit hati.Kali ini aku benar-benar meminta bantuan Valleron,kalaupun ia menolak,aku tidak akan memaksanya.

"Tidak mau,"jawabnya dengan nada menantang,aku mengernyitkan dahi.Kenapa?

"Memangnya kau tahu aku bisa menari?"ucapnya lagi yang membuatku berpikir sejenak.Ya!aku tidak tahu ia bisa menari atau tidak.

"Tapi waktu ada acara di balai kota kau mengajakku untuk menjadi partner menarimu,"tukasku dengan nada yang tak biasa.

"Errr...,kalau aku tidak bisa menari bagaimana?"

"Oke!oke,kalau kau tidak mau membantuku bilang saja,aku juga tidak akan memaksamu."

Kemudian suasana berubah canggung,aku memutar otakku,kira-kira siapa yang mau menjadi partner menariku?

Aku sedang membutuhkan uang untuk biaya kuliahku,jika hasil menulisku digunakan untuk biaya kuliah,bagaimana dengan kehidupanku sehari-hari?lagipula hadiahnya juga lumayan besar,oh,sangat besar.Jadi tidak salah kalau aku ingin mengikutinya.

Pikiranku menerawang ke-kejadian beberapa waktu lalu,saat di studio senior aku melihat seorang lelaki menarikan troublemaker dengan indahnya,tapi siapa lelaki itu?apakah kak Tari mengenalnya?kalau iya,aku akan menanyakan padanya,hanya saja,aku pastinya tidak mungkin meminta tolong kepada orang yang tidak kukenal,aku juga tidak mudah untuk bersosialisasi,mungkinkah itu terjadi?

memijit kepalaku sebentar,kemudian menghembuskan napas gusar.Sekali lagi aku harus menanyakan kepadanya,menurunkan rasa gengsi yang sudah mendarah daging.

"Aku tidak tahu kau bisa menari atau tidak,tapi kau mau membantuku?"ucapku lirih kearahnya,seolah aku meminta dengan sangat.

Ia terdiam sejenak,"Oke,aku akan membantumu,dengan satu syarat,"

Aku melebarkan mata,kalau ia tidak mau membantuku ya sudah,itu terkesan pamrih.

"Jadi kau tidak tulus membantuku?"

"Bukannya aku tidak tulus,tapi--sekali kali kau harus merasakan menjadi diriku,"

"Maksudnya?"

"Kemarin-kemarin saja kau menolakku untuk menjadi partner menari di acara balai kota,sekarang kau memintaku untuk menjadi partner menarimu,kalau aku menerima dengan suka hati,dimana kutaruh harga diriku,aku juga harus jual mahal Bella,kau harus mengerti itu,"jujurnya yang membuatku terkekeh pelan lalu memutar bola mata jengah.

"Oke,aku sedang berusaha mengerti posisimu,sekarang apa syaratnya?"tanyaku tidak sabaran.

"Hmm..,aku sangat sibuk hari ini,besok saja aku memberi tahukan kepadamu apa syaratnya,"ucapnya kembali merapikan buku-buku yang akan terasa sakit bila dilemparkan kekepala.

"Kenapa harus besok?"

"Agar kita bisa bertemu lagi,"

"Tapi kau sudah terlalu sering bersamaku,"

"Benarkah?"

Aku memutar bola mata malas,kembali ke sifat lelaki sialan brengsek yang menyebalkan.

"Kau selalu membuntutiku dimana pun aku berada,"

"Karna itu tugasku,"

Kali ini aku malas menyela perkataannya,lebih baik aku segera mengisi perutku di kantin kampus.Berjalan keluar dari perpustakaan,kembali mendapat tatapan aneh dari orang-orang sekitar dan aku tidak peduli.

Mengurusi omongan orang lain itu melelahkan,semakin kita banyak di gunjingkan,semakin besar pahala yang kita dapatkan,semakin besar pula kita menjadi terkenal.

Menatap nyalang kesekitar,tetap saja aku tak bisa mengenyahkan suara suara bangsat mereka,membicarakan bagaimana keadaanku,sudah biasa,aku melangkahkan kaki dengan santai,melewati mereka dengan santai,bersikap seolah aku tidak mendengar apa kata mereka.

○○○○

tbc

15 Maret 2020

JUDUL_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang