Twenty nine-self reminder

4 0 0
                                    

Aku pulang ke apartement seperti biasa bersama Valleron,kami duduk santai menunggu bus kota datang,sebenarnya tadi aku sempat melihat Imelda,aku mencoba untuk memanggilnya tetapi Valleron menahanku,ia bilang kalau Imelda pasti butuh sendiri. Aku hanya mengangguk pasrah,rasa bersalahku padanya semakin menjadi saja.

Aku tahu kalau ia tadi juga sempat melirikku dan Valleron,tapi langsung memalingkan wajah ketika aku berbalik menatapnya.

"Kau dan Imelda ada masalah apa?"tanya Valleron to the point kearahku.

Aku hanya menggeleng pelan,aku malas menceritakannya.

"Huh,seperti biasa,kau masih tertutup dengan semua orang,"ucapnya datar.

Aku menghembuskan napasku pelan,memikirkan berbagai hal yang terus membuatku merasa tak tenang.

"Kau itu seperti telur rebus
cangkangnya keras dalamnya lembut
ketika kita mau memakannya kita harus mengetukannya ke benda keras,kemudian menbukanya dengan pelan supaya dalamnya tidak rusak,sama sepertimu,kita harus mengetuk hatimu dengan keras kemudian membuka dengan perlahan supaya didalamnya tidak rusak."

"Maksudnya?"

"Bus sudah datang,ayo pulang,"

○○○○○○

Sesampainya di apartement aku segera membersihkan diriku,tubuhku sangat lengket karena keringat,setelah ini aku juga ada kelas menari dan latihan untuk kontes 'Dance in the night'.

Aku menyisir rambutku kemudian mengikatnya menjadi satu kebelakang,mengambil cardigan hitam lalu berjalan keluar untuk segera menuju ke studio latihan.

Sesampainya di studio aku meletakkan tasku di loker,mengambil sepatu untuk menari dan melepas cardingan yang tadi kukenakan,lalu melakukan pemanasan mandiri sebelum pemanasan bersama sama.

Seperti biasa kawanan gadis yang akhir-akhir ini sering menampakkan wujudnya dihadapanku melirikku dengan tidak suka,aku berusaha untuk tak memedulikannya.

Kalau dia hanya diam menatapku dengan tatapan garang mungkin aku tak akan menghiraukan,tapi kalau dia mulai menyerang dengan perkataan ataupun fisik,aku akan membalasnya dengan lebih kejam darinya.

Langkah kakinya mulai menuju kearahku,seperti biasa pula antek-anteknya mengikuti dibelakang,benar-benar seperti anak kecil.

"Ohh...Si sombong kembali dengan kesombongannya,"ucapnya 'sok' merendahkanku,aku masih diam. Tetap melanjutkan pemanasan.

"Masih berani menampakkan wujudnya dihadapan kita ternyata,"lanjutnya lagi membuat kekehan mengerikan. Semua yang berada distudio ini tampak acuh,mereka asik dengan dunia mereka masing-masing,walaupun ada yang terang-terangan menatap bahkan membicarakan kami.

"Enak sekali mendapat dukungan dari orang dalam,jadi melakukan apapun sesuka hatinya tidak masalah,"

"Katanya direkrut menjadi pelatih disini,coba tunjukkan seberapa hebatnya kau dalam memengaruhi pelatih senior kita  sampai-sampai mereka seperti menjadikanmu anak emas,"

Aku masih tidak peduli dengan ocehannya,pemanasanku hampir selesai tetapi saat aku melakukan gerakan kayang tiba-tiba kakiku di tendang sehingga aku terjatuh dalam posisi telentang,aku berdiam sejenak,menetralkan emosi menatap langit langit studio. Kesabaranku sedang diuji sepertinya.

Aku bangkit lalu menatapnya dengan tatapan datar,aku malas meladeninya tapi aku ingin orang-orang tahu kalau gadis sepertinya tidak pantas untuk dihormati kalau dia masih tidak mau menghormati sesamanya.

Ia juga melemparkan tatapan yang tajam kearahku,aku memutar bola mata malas,menunggunya berbicara panjang lebar tentang keburukanku.

"Lihat tampang datarnya,seperti tidak punya dosa,hahahahahaha....,"kata gadis itu yang mengundang gelak tawa antek-anteknya,keadaan distudio semakin memanas,aku berharap kak Tari akan terlambat untuk datang kesini,supaya drama ini lebih lama disaksikan oleh orang-orang dan semakin memancing emosi gadis pedengki ini.

"Aku heran kenapa gadis sepertimu tidak tahu malu,kau memang cantik sampai dapat memikat lelaki seperti kak Valleron yang setia menemanimu dimana pun kau berada,aku cukup iri dengan itu,"

Kau memang suka iri denganku,bitch.

"Sebenarnya apa pesonamu?kenapa kau selalu menjadi sorotan banyak orang?"

"Kenapa selalu kau yang diagung-agungkan,padahal banyak sekali disini penari berbakat yang lebih baik darimu,tapi lagi-lagi kau yang selalu menarik perhatian khalayak,"

benarkah?

"Apa kau merogoh uang untuk itu semua?aku yakin kalau kau mampu mengeluarkan uang yang cukup besar untuk mendapat dukungan dari semua,"

"Kenapa hanya diam?semua perkataanku benarkan?aku tidak mengada ada kan?"

"Aku memang cukup pandai dalam hal menelusuri privasi orang,"

HA HA HA HA,cukup pandai katamu?cukup pandai dalam mencari privasi seseorang?dimana letak kepandaianmu bitch,bahkan semua yang kau katakan itu bullshit. Mengusik privasi seseorang pun bukan hal yang patut dibanggakan karena termasuk pencemaran nama baikkan?

"Heyy,kau tidak bisa mendengar atau kau bisu?kenapa sedari tadi diam?kau mati kutu dengan semua ucapanku?"ujarnya lagi sambil memainkan rambutnya nakal.

Aku tersenyum miring menanggapinya,ia yang melihatku seperti terbakar emosi. Tiba-tiba tangan kotornya sudah terangkat diudara ingin menampar wajah cantikku tapi segera kutahan tangannya.

"Quiet down girl,padahal aku belum melakukan apapun,tapi kau sudah emosi seperti itu."kataku lalu menurunkan tangannya,aku mengusap tanganku menggunakan tisu basah,bertindak seolah tangannya itu terlalu jijik untuk kupegang.

Seperti biasa,gadis yang selalu berbuat masalah denganku itu mengeluarkan emosinya. Aku kembali tersenyum miring,sedangkan para anteknya berusaha menenangkan sang ratu.

"Kau---bitch,"lirihnya penuh emosi.

"Seberapa iri kau terhadap kehidupanku?"tanyaku tenang,berusaha menarik atensi orang-orang yang berada distudio.

"Seberapa penasaran kau terhadapku,aku bukan gadis yang sempurna,asal kau tahu,"

"Lalu kenapa kalau perhatian para senior lebih dominan kepadaku,aku memang selalu menjadi perhatian,memangnya kenapa?kau irikan?kalau kau iri setidaknya jangan pernah tunjukan ke-iri-an mu itu dihadapanku,pendam saja sendiri,berusahalah untuk lebih baik dariku,jangan menyalahkan aku kalau aku sering mendapat perhatian lebih dari mereka,"

"Sebenarnya aku cukup lelah menghadapi orang sepertimu,tapi mau bagaimana lagi,kau didiamkan semakin melunjak,"

"Kurang ajar,aku tidak iri kepadamu,kau hanya gadis murahan yang tak tahu diri!aku sungguh membencimu!sangat!"ucapnya penuh amarah.

"Biarkan aku berbicara padamu,kau mau ikut aku sekarang atau tetap disini?"tawarku ke gadis itu,ia nampak tersenyum meremehkan.

"Kenapa?kau malu diperhatikan seperti ini?"ucapnya seolah dia yang tak punya malu.

Bukan,aku tidak malu dengan tatapan mereka yang mengarahkan antensinya kepadaku dan gadis ini,tetapi--

"Padahal aku sedang berbaik hati untuk tidak mempermalukanmu disini,"jawabku santai.

"Silahkan permalukan diriku dihadapan semua orang,"

Aku tersenyum lebar,hampir tertawa menanggapi kepercayaan dirinya.

"Tuhan memberikan kita mulut untuk makan,bukan untuk membicarakan keburukan orang lain,tuhan memberikan kita telinga,untuk mendengarkan kata kata yang baik,bukan mendengarkan omong kosong orang lain,tuhan juga memberikan kita tangan,untuk menutup telinga ketika kita merasa bahwa ucapan mereka sudah sangat menyakitkan.
Orang yang baik akan memaafkan,orang jahat akan balas dendam,orang bodoh memikirkan,dan orang pandai mengabaikan,sampai disini paham?kalau kau masih merasa iri terhadapku,biasakanlah dirimu. Aku akan terus tetap bersinar walaupun sekuat apapun kau menghalangiku,"ucapku,menepuk bahunya agar dia tersadar,bukannya aku sok menasehati,tapi dia memang butuh dipermalukan ditempat umum agar otaknya sedikit sadar bahwa ia telah mempermalukan dirinya sendiri.

Tepat di pintu masuk studio aku bisa melihat Kak Tari,Kak Rio,dan Valleron,tersenyum kearahku. Kenapa?

●●●●●●

tbc

14 Juli 2020

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JUDUL_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang